Ketika menikmati drama korea, sense saya seperti sudah terbiasa dengan penokohan yang tidak terlalu memiliki perbedaan menyolok antara drama satu dengan drama lainnya. Akan selalu ada karakter yang senang berbicara, karakter perempuan yang terlalu banyak bertanya dan berbicara, karakter lelaki tampan dengan aura cool, atau seorang ahjumma atau ahjussi yang tampak tertekan, terlalu baik hati atau entah kenapa selalu berjalan dengan sangat lamban.
Stigma itu seketika buyar ketika saya menonton D.P., sebuah serial yang berkisah seorang prajurit muda yang diangkat menjadi petugas D.P. (Deserter Pursuit), untuk menangkap pembelot tentara. Cerita berkembang menjadi terungkapnya kenyataan menyakitkan yang dialami oleh para tamtama selama panggilan tugas wajib mereka.
Serial ini menampilkan ragam kisah tekanan mental dan fisik yang memengaruhi keputusan para tamtama ini untuk membelot. Mulai dari lingkungan militer itu sendiri, perundungan dari senior, hingga tekanan hidup.
D.P. menghadirkan bintang utama Jung Hae-in sebagai tentara Ahn Joon-ho, serta peran pembantu Koo Kyo-hwan sebagai Kopral Han Ho-yeol, yang ditugaskan bersama untuk menangkap para pembelot tentara tersebut. Duet mereka inilah yang menjadi pusat cerita.
Saya sudah mulai tertarik—bahkan mulai dari intro serial. Intro yang menampilkan kutipan dari Peraturan Tindakan Dinas Militer, hingga tampilan video kilas balik tahun 1999, D.P. membuat sajian ini terasa personal dan menggiring penonton ingin lebih tahu apa yang terjadi dalam hidup Ahn Joon-ho.
Dia tidak berbicara banyak, namun bukan juga lamban memproses suatu kejadian atau percakapan. Ia bertindak seperlunya, semestinya dan sesuai kebutuhannya dalam mengolah emosi.
Hingga satu kejadian yang emosional, yang membuatnya bertemu dan bekerja sama degan Kopral Han Ho-yeol. Sebagai seorang senior dan sudah menjadi D.P. duluan, ia cakap dalam bekerja, namun jenaka dalam bertindak dan berbicara.
Salut kepada Koo Kyo-hwan yang mampu mencuri perhatian dalam serial ini—yang bahkan saya rasa juga hal serupa terjadi di film Peninsula, ketika ia berperan sebagai Kapten Seo yang bermuka dua dan hanya memikirkan diri sendiri.
Tidak ada adegan atau dialog yang berlebihan di serial ini. Han Jun-hee selaku sutradara sekaligus co-writer bersama Kim Bo-tong, dengan halus dan sempurna mampu menjahit cerita menjadi kepelikan yang mengikat amarah, emosi, empati, sekaligus pesona untuk tetap menontonnya.
Ditambah, padanan music scoring dan soundtrack yang jempolan, sehingga membuat enam episode rasanya jadi kebersamaan yang terlalu ringkas.
Apakah memang seperti ini kehidupan di balik wajib militer Korea Selatan? Hal itu yang membuatmu pada akhirnya penasaran ketika serial ini berakhir. Saran saya, sebelum September berakhir, tonton serial yang menurut saya termasuk dalam drama korea terbaik tahun ini.