Usai menjalankan ibadah Ramadan hampir satu bulan penuh, momen Idulfitri hadir sebagai hari kemenangan bagi umat muslim di seluruh dunia. Banyak orang menggemakan takbir dan melaksanakan salat Idulfitri sebagai wujud rasa bersenang hati.
Kehadiran momen Idulfitri diwarnai dengan silaturahmi dan berkumpul bersama keluarga serta orang tersayang. Bahkan, Hari Raya Idulfitri bisa menjadi momen pelepas rindu bagi orang yang tinggal jauh dengan keluarga. Momen Idulfitri makin istimewa, karena memiliki tradisi beragam yang sarat makna.
Namun, tahukah kamu bahwa Idulfitri memiliki sejarah panjang yang menyertainya? Kalau mau tahu informasinya, simak lewat artikel berikut ini, Bela!
1. Perayaan Idulfitri saat masuk bulan Syawal
Idulfitri (عيد الفطر) biasanya berlangsung pada hari pertama Syawal, bulan ke-10 dalam Kalender Hijriyah. Menurut sejarah Islam, Idulfitri dirayakan pertama kali oleh Nabi Muhammad SAW setelah ia hijrah dari Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi. Saat Nabi Muhammad SAW ke Madinah, Baginda Rasulullah melihat bahwa ada dua hari perayaan, Idulfitri dan Iduladha.
Karena bersifat "lebih kecil" dibandingkan Iduladha, maka Idulfitri disebut "Idul Kecil". Disesuaikan dengan kalender Masehi, tanggal jatuhnya Idulfitri didasarkan pada penampakan Bulan baru oleh otoritas keagamaan setempat. Idulfitri jatuh setelah sebulan penuh berpuasa selama Ramadan, bulan ke-9 Hijriyah, di waktu yang berbeda tiap tahunnya. Oleh karena itulah, Idulfitri memiliki makna "Festival Berbuka Puasa".
2. Idulfitri berkaitan dengan Perang Badar
Sejarah Hari Raya Idulfitri berkaitan erat dengan dua peristiwa dalam sejarah Islam, yaitu Perang Badar dan Hari Raya masyarakat Jahiliyah. Perayaan Idul Fitri pertama kali digelar pada tahun ke-2 Hijriah, yaitu bertepatan dengan kemenangan kaum muslimin pada Perang Badar.
Usai perang, secara tidak langsung umat muslim merayakan kemenangan dengan penuh rasa syukur dan gembira. Bukan hanya kemenangan dalam perang, tetapi juga kemenangan karena berhasil berpuasa selama satu bulan di saat itu. Kemudian, ini mulai menjadi tradisi dan ibadah yang dilakukan umat muslim hingga saat ini.
Sebelum itu, tepatnya sebelum agama Islam datang, kaum Arab Jahiliyah merayakan dua hari raya yang sangat meriah. Disebutkan dalam hadis bahwa Idulfitri yang kini dirayakan setiap tahun, tak lepas dari sejarah tradisi masyarakat Jahiliyah yang memiliki kebiasaan khusus bermain dalam dua hari.
3. Lailatul Qadar dan Idulfitri
Datangnya bulan Ramadan, sebagai bulan penuh keberkahan dan kesempatan untuk memohon pengampunanNya. Selain itu, juga merayakan diwahyukannya ayat pertama Alquran kepada Nabi Muhammad SAW di akhir Ramadan oleh Malaikat Jibril.
Periode tersebut, dihitung 10 hari menjelang Idulfitri dan disebut Lailatul Qadar (لَيْلَةِ الْقَدْرِ). Konon, Malaikat Jibril mewahyukan lima ayat pertama Surah al-'Alaq (العلق) kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira pada 610 Masehi. Menurut umat Islam, Lailatul Qadar tidak bisa dilewatkan karena lebih baik dari malam 1000 bulan.
4. Tata cara perayaan umum Idulfitri
Sebelum merayakan Idulfitri, biasanya ditandai dengan umat muslim membayar atau memberikan zakat fitrah kepada yang membutuhkan. Saat hari H, dimulai dengan salat Subuh sebelum mandi wajib atau ghusl, lalu memakai pakaian terbaik.
Selanjutnya, pergi untuk melaksanakan salat Idulfitri sebanyak dua rakaat secara berjamaah, yang biasanya dilangsungkan di dalam maupun di luar ruangan. Kemudian, umat muslim biasanya akan berkumpul bersama sanak saudara atau halalbihalal untuk menjaga tali silaturahmi selama Idulfitri.
5. Makna Idulfitri sembari bermaaf-maafan
Kalau umat muslim di seluruh dunia, biasanya mengucapkan Lebaran dengan hanya menyebut "Eid Mubarak". Namun, di Indonesia, ucapan "Selamat Lebaran" diikuti kalimat "Mohon Maaf Lahir dan Batin". Tradisi lebaran sembari bermaaf-maafan, jadi hasil pergabungan budaya Jawa dan Islam di abad ke-15.
Tradisi tersebut dimulai oleh Sunan Bonang (1465-1525), salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Lebaran dalam artian Bahasa Jawa sendiri artinya "Sesudahnya" atau "Sesudah Bulan Puasa". Sunan Bonang menyerukan, agar umat Islam Indonesia menyempurnakan puasa dengan saling memohon dan memberi maaf.
6. Tradisi sungkem saat Idulfitri di Indonesia
Sungkeman menjadi salah satu tradisi yang biasa dilakukan usai salat Idulfitri. Istilah sungkem berasal dari bahasa Jawa yang berarti sujud atau tanda bakti. Pada momen ini, biasanya anggota keluarga yang lebih muda bersimpuh, mencium tangan dan memohon maaf pada orang yang lebih tua.
Tradisi sungkeman diyakini sudah ada sejak masa Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Mangkunegara I memperkenalkan tradisi sungkeman saat momen Idulfitri. Kalau dilihat dari sudut pandang syariat, sungkeman sama sekali tidak bertentangan dengan hukum Islam.
7. Ketupat jadi hidangan istimewa saat Idulfitri
Selanjutnya, ada kebiasaan mengonsumsi ketupat atau kupat saat lebaran. Kebiasaan ini pertama kali dilakukan oleh Sunan Kalijaga (1460-1513), salah satu Wali Songo. Ketupat pun juga menyebar di Asia Tenggara seperti ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, hingga daerah Thailand.
Bila mengetahui hubungan antara ketupat dengan Idulfitri, kupat sendiri dalam bahasa Jawa berarti "ngaku lepat" atau "mengakui kesalahan". Selain itu, anyaman menyilang melambangkan dosa manusia, dan lontong putih di dalamnya melambangkan kemerdekaan dari dosa setelah menunaikan Ramadan dan Idulfitri.
Itulah, 7 fakta sejarah Idulfitri yang menjadi hari kemenangan bagi umat Islam. Kalau kamu tahu informasi lainnya, silakan tulis di kolom komentar, Bela!