Sejak awal Oktober, Jakarta selalu diguyur hujan lebat. Sejak siang hari sampai menjelang tengah malam, hujan tak henti membasahi Jakarta dan sekitarnya. Bahkan, sampai pada di tanggal 8 Oktober 2022 pagi pun, awan mendung masih menggantung di langit.
"Semoga hari ini tak turun hujan," batinku sebelum pergi ke Gambir Expo Kemayoran, Jakarta, tempat digelarnya Synchronize Fest 2022.
Berbekal selembar jas hujan hitam panjang, saya akhirnya memutuskan untuk menghabiskan malam minggu di festival musik yang mengusung tagline "Lokal lebih Vokal" itu.
Membuka malam minggu dengan menyaksikan penampilan Java Jive
Saya tiba di lokasi konser tepat pukul 16.30 WIB setelah menerjang macetnya Depok-Jakarta yang jalanannya seolah tak pernah sepi. Pas sekali saat itu Java Jive bersiap tampil. Meski mendung masih bergelayut dan langit menjadi lebih gelap dari biasanya, tak ada yang membuat para penikmat musik mundur. Malah, area depan panggung semakin penuh sesak.
Suasana semakin meriah ketika Fatur dan Danny Spreet, sang dua vokalis Java Jive masuk ke panggung dan membawakan lagu "Dansa Yo Dansa". Lagu yang rilis di tahun 1977 itu berhasil memanaskan penonton untuk ikut bergoyang.
Masuk ke lagu kedua, gerimis yang cukup deras tiba-tiba saja mengguyur area panggung. Bukannya mencari tempat untuk berteduh, para penonton langsung mengeluarkan jas hujan masing-masing, sehingga area depan panggung menjadi berwarna karena jas hujan. Penampilan masih terus berjalan dan makin meriah di bawah guyuan hujan.
Lagu "Keliru" yang dibawakan Java Jive sore itu menjadi yang terbaik menurut saya. Sebab, di bawah guyuran hujan yang cukup deras, ditambah lagu dengan lirik yang galau, sangat pas untuk overthinking sekaligus curhat colongan, bukan
Penampilan singkat Batavia Madrigal Singers, sekejap tapi membekas
Selesai menyaksikan Java Jive, saya memutuskan untuk menonton Batavia Madrigal Singers, grup vokal akapela yang telah memenangkan berbagai kejuaraan dunia di panggung Dynamic Stage. Saya ada waktu kurang lebih 40 menit untuk berpindah panggung. Waktu tersebut saya manfaatkan untuk melihat Pasar Musik, booth di Synchronize Fest yang khusus menjual album dalam bentuk fisik.
Tak lama, dalam balutan busana serba merah-putih, Batavia Madrigal Singers tampil membawakan lagu daerah asal Aceh berjudul "Bungong Jeumpa". Saya sangat terpana dengan penampilan mereka yang bisa membawakan lagu daerah di tengah penampilan musik modern yang ada di panggung lainnya.
Lagu "Sik Sik Si Batumanikam" menjadi lagu kedua yang dibawakan oleh Batavia Madrigal Singers. Tak hanya menampilkan harmonisasi vokal, grup tersebut juga tampil dengan koreografi yang memukau. Saya begitu dimanjakan dengan pertunjukan yang lengkap itu.
Lagu terakhir, "Bahasa Kalbu" menjadi penutup yang manis. Tanpa iringan musik, lagu tersebut berhasil membuat penonton merasakan romantisnya sore hari itu. Meski hanya sebentar, penampilan singkat Batavia Madrigal Singers cukup membekas untuk saya.
Potret salah pilih setlist?
Move on dari suasana romantisnya Batavia Madrigal Singers, saya bergegas ke Lake Stage untuk menyaksikan Potret. Dua minggu lalu, di festival musik sebelumnya, Melly Goeslaw berhasil mengajak saya bernostalgia dengan lagu-lagu soundtrack Ada Apa dengan Cinta?. Pada penampilan kali ini, saya mengharapkan vibes serupa. Sayangnya, harapan tinggal harapan.
Potret, menurut saya, malam itu salah memilih setlist. Alih-alih membawakan lagu lama mereka yang banyak orang tahu supaya bisa sing-a-long, Potret memilih untuk membawakan lagu baru mereka berjudul "Friendzone No More" soundtrack untuk film Argantara.
"Saya mau bawakan lagu baru, kalian dengerin saja ya. Pasti banyak yang belum tahu. Saya saja belum hapal, ini masih nyontek nyanyinya," ujar Melly.
Alhasil, penonton hanya terdiam terpaku mendengar lagu tersebut. Saya pun sedikit mengeluh dalam hati karena nggak bisa ikutan menyanyi.
Mendekati ujung penampilan, Melly akhirnya membawakan lagu pamungkas Potret seperti "Bunda", "Salah", "Mak Comblang", dan "I Just Wanna Say I Love You". Lagu tersebut cukup mengobati rasa kesal saya yang tidak bisa bernyanyi bersama di awal penampilan mereka tadi.
Bangganya Voice of Baceprot tampil lagi di Synchronize Fest
Voice of Baceprot menjadi musisi terakhir yang saya tonton malam itu. Macetnya malam minggu menjadi pertimbangan saya untuk menyudahi malam yang sebenarnya masih panjang.
Namun tak apa, penampilan Voice of Baceprot cukup membuat puas. Marsya sang vokalis dengan bangga mengatakan kalau ia sangat senang bisa tampil kembali di panggung Synchronize Fest.
Ia bercerita penampilan mereka di Synchronize Fest 2017 dirasa kurang maksimal. Mereka ditinggal penonton di tengah-tengah penampilan, sampai kurang maksimalnya performa mereka malam itu.
Tapi, lanjut Marsya, kini mereka sudah sedikit lebih baik dan siap menghibur penonton yang hadir. Lagu-lagu seperti "God, Allow Me to Play Music", "[Not] Public Property", hingga "Shool Revolution" berhasil menggebrak panggung malam itu.
Meski sempat diguyur hujan, tapi Synchronize Fest 2022 hari kedua sangat menghibur. Kira-kira bagaimana keseruan Synchronize Fest 2022 hari terakhir, ya? Tunggu artikel Popbela berikutnya, ya.