'Story of Dinda', Bukan Sekadar Film Percintaan Biasa

Karena setiap perempuan berhak bahagia

'Story of Dinda', Bukan Sekadar Film Percintaan Biasa

Bahagia. Mungkin menjadi skenario awal yang ditawarkan saat dua orang mulai berjanji menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Tapi, tak ada yang tahu ujungnya bagaimana, apakah semenyenangkan yang dijanjikan di awal, atau memang benar akan menjadi jawaban atas apa yang kita panjatkan selama ini.

Begitu juga dengan Dinda dan Kale. Hubungan yang awalnya manis karena Kale menjanjikan kebahagiaan kepada Dinda setelah ia lepas dari Argo, malah berujung toxic dan membuat Dinda merasa tak ada bedanya hubungannya saat ini dengan yang lalu.

Bagai menemukan tempat curhat yang tepat, Pram hadir memberikan pandangannya soal hidup dan terutama soal percintaan. Bukan hanya Dinda, saat saya menulis ulasan ini pun, saya merasa kata-kata Pram untuk Dinda soal kehidupan, bak hujan pertama di akhir musim kemarau. Menyegarkan dan membuatnya bisa berpikir jernih bahwa selama ini, secara tidak sadar, ia telah terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.

'Story of Dinda', Bukan Sekadar Film Percintaan Biasa

Dinda (Aurelie Moeremans) merasa begitu bahagia saat berhasil meninggalkan Argo (Aryasaloka) dan menjalin hubungan dengan Kale (Ardhito Pramono). Hubungan yang awalnya bertujuan untuk menyelamatkan Dinda dari Argo yang kerap bersikap abusive, justru berubah menjadi hubungan satu arah yang hanya menguntungkan satu pihak.

Dinda selalu dikekang Kale yang super posesif. Harus selalu memberikan kabar saat ke mana pun ia pergi, nggak boleh dekat-dekat dengan pria lain meskipun itu rekan kerja Dinda, sampai Dinda dilarang bertemu dengan sahabatnya Nina (Cantika Abigail).

Di tengah masalah ini, Dinda bertemu sosok Pram (Abimana Aryasatya), sahabat Nina juga yang jauh lebih dewasa dan sudah menikah. Dengan Pram, Dinda merasa nyaman dan bisa menjadi dirinya sendiri. Ia pun selalu menceritakan segala keluh kesahnya pada Pram. Bak seorang kakak, Pram selalu memberikan masukan untuk Dinda yang membuatnya semakin dewasa menghadapi kenyataan.

Sayangnya, di balik kedekatan mereka yang berlabel ‘teman curhat’, diam-diam keduanya saling mengagumi. Sayangnya, mereka justru dekat di waktu dan situasi yang salah.

Menyaksikan Story of Dinda: Second Chance of Happiness selama 59 menit membuat saya seolah sedang mencurahkan isi hati ke kakak laki-laki yang bijak. Abimana sangat effortless memerankan sosok Pram yang begitu dewasa dengan pemikiran yang matang, namun tetap tidak pernah menggurui saat Dinda berkisah tentang masalah percintaannya. 

Sang sutradara, Ginanti Rona berhasil membawakan kisah yang begitu padat dan tidak bertele-tele. Dengan tempo film yang stabil, Rona membawa kita dengan sabar melihat perubahan karakter Dinda yang awalnya begitu bergantung terhadap Kale, sampai akhirnya bisa menentukan sikap dan mengambil keputusannya sendiri tanpa dipengaruhi oleh apapun. 

Satu hal yang membuat film ini menjadi satu kesatuan utuh dengan Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini dan Story of Kale: When Someone's in Love adalah sinematografinya yang selalu menggunakan warna-warna earth tone dan dialog yang puitis, tapi tidak terdengar cheesy

Dalam film ini pula, meski terjebak masalah, Dinda tidak dideskripsikan sebagai sosok yang cengeng atau lemah. M. Irfan Ramly, penulis skenario, patut diacungi jempol karena berhasil membawa sudut pandang perempuan kuat dalam skenarionya.

Toxic relationship masih menjadi topik hangat yang kerap disebut-sebut di media sosial belakangan ini. Masalah ini begitu relate dengan kehidupan, sehingga saya (atau mungkin kamu yang juga sudah menontonnya) bisa mengambil pelajaran berharga dari film ini.

Tentu tak ada yang ingin terjebak dalam hubungan yang toxic, atau bahkan tak sadar bahwa hubungan yang sedang kita jalani sudah masuk ke dalam kategori toxic. Lewat film ini, tanpa kesan menggurui dan menghakimi, sebagai perempuan, perlahan kita belajar memahami diri sendiri. Kita belajar mengurai masalah yang kusut dibantu dengan masukan positif dari orang terpercaya dan berharap, kita bisa terbebas dari masalah tersebut supaya selanjutnya, kita tak lagi menyia-nyiakan kesempatan untuk bahagia.

Story of Dinda: Second Chance of Happiness menjadi pelengkap cerita dari universe Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang rilis di awal tahun 2020 lalu dan Story of Kale: When Someone's in Love yang rilis di akhir 2020. Penyambung kisah dari film ini dengan film-film terdahulunya ada di sosok Kale yang begitu menarik perhatian saat pertama kali muncul dalam film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.

Tenang saja, jika kamu tidak mengikuti dua film sebelumnya, film Story of Dinda: Second Chance of Happiness masih bisa kamu ikuti tanpa membuatmu bingung. Sebab, semua kisah dan sebab-akibat dalam masalah yang terjadi dalam film ini, tetap akan tersampaikan dengan jelas, kok.

Baca Juga: 'Ali & Ratu Ratu Queens', Kisah dari New York yang Hangatkan Hati

Baca Juga: ‘Selesai’, Romansa Rumah Tangga yang Terlalu Jujur untuk Diekspos

Baca Juga: Review Film Onward: Petualangan Seru Mengembalikan Kekuatan Sihir

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved