Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia pada 10 Oktober, Ubah Stigma menggelar acara tahunan Senigma, acara ajang apresiasi seni tahunan yang telah dilaksanakan sejak tahun 2018 dengan tema kesehatan mental.
Pada tahun ini, Senigma mengadakan beberapa Art Workshop dalam rangkaian yang bertajuk Road To Senigma 2021. Kegiatan Art Workshop ini terbagi menjadi tiga segmen bertema “Expressive”, yaitu Expressive Writing, Therapeutic Painting dan Expressive Movement.
Bagaimana acara ini berlangsung? Berikut rangkumannya untukmu.
Deretan workshop seru untuk menjaga kesehatan mental
Dalam acara Senigma 2021, terdapat tiga workshop seru yang semuanya bertujuan untuk menjaga kesehatan mental kita. Terutama di masa pandemi seperti saat ini, kegiatan ini dianjurkan untuk dilakukan untuk mengurangi stres dan rasa penat.
Workshop Expressive Writing dipandu oleh Sherine Hassan, seorang Mental Health Counselor & Behavioural Therapist bersama The Self Hug, sebuah organisasi kesehatan mental yang bertujuan untuk menciptakan komunitas yang mendorong pentingnya proses pertumbuhan, menjalani kehidupan yang memuaskan dan menciptakan kebiasaan yang positif. Dalam sesi ini, Sherine membimbing partisipan untuk memahami konsep dasar dari menulis secara ekspresif, yaitu self-awareness hingga pelaksanaan praktik expressive
writing berupa kegiatan journaling dan self-reflection.
Sherine dan The Self Hug menyarankan untuk mengoptimalkan proses expressive writing, menulislah dengan jujur, fokus dengan pengalaman sendiri, mengingat nilai yang kita miliki, dan mengingat bahwa tujuan menulis adalah untuk diri sendiri bukan orang lain.
Kemudian pada workshop Therapeutic Painting bersama Art Therapist Ardhana Riswarie (Dhana), seorang Art Therapist, partisipan dibimbing untuk memahami cara melakukan therapeutic art dengan tujuan memaksimalkan fungsi therapeutic, hingga pelaksanaan praktik therapeutic art dengan metode 3R, yaitu regulate, relate dan reflect. Proses ini melibatkan regulasi emosi, proses menghubungkan pemikiran dan perasaan, serta ditutup dengan refleksi dan pemaknaan hasil karya.
“Hidup itu seperti membuat karya seni, yang paling paham tentang proses dan maknanya adalah diri kita sendiri. Karena hidup kita akan selalu chaos dan random, cara kita memaknai hidup adalah dengan membingkai pengalaman-pengalaman itu seperti seorang seniman membingkai karyanya, yang mungkin bagi orang lain terlihat chaos atau random,” tutur Dhana pada proses refleksi dan pemaknaan hasil karya sekaligus menutup sesi workshop.
Pada workshop Expressive Movement yang dipandu oleh Zia Kusumawardini, seorang Holistic Health Practitioner & Dance Therapy Facilitator, partisipan diperkenalkan pada teknik Soul Dance yang merupakan kombinasi pemanasan Qi Gong. Teknik ini menggabungkan eberapa elemen tari dan Yoga Nidra yang secara spesifik ditujukan untuk membantu mengekspresikan emosi.
Mengutip pernyataan Zia, “Our body actually remembers things, jadi walaupun pikiran kita mungkin lupa saat ada trauma, emosi atau amarah, badan kita mengingat rasanya saat berhadapan dan mengalami situasi tersebut. Apa yang kita pikirkan dan rasakan berdampak pada tubuh kita.”
Art exhibition, tampilkan ragam hasil karya seniman sebagai wadah berekspresi
Ubah Stigma juga menyelenggarakan Art Exhibition sebagai puncak rangkaian acara Senigma. Galeri seni ini menampilkan karya seni para Senigman (sebutan untuk seniman di acara Senigma) ternama seperti Hana Madness, Ucita Pohan dan Benny Lim, serta karya-karya seni yang dikirim oleh masyarakat luas.
Art Exhibition ini dapat dikunjungi secara online di https://www.ubahstigma.org/senigma2021-home maupun offline di A1 Kitchen and Lounge pada 8 - 10 Oktober 2021.
Art Exhibition ini digelar dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa seni adalah medium berekspresi secara bebas dan mempelajari lebih dalam tentang kesehatan mental. Sebagai organisasi yang mengedepankan kesehatan mental sejak tahun 2018, Ubah Stigma bangga dapat menjadi wadah bagi masyarakat Indonesia untuk berekspresi, menyalurkan aspirasi, dan berbagi lebih banyak terkait kesehatan mental melalui seni.
Asaelia Aleeza, Co-founder Ubah Stigma, mengungkapkan sangat bangga dapat menggelar acara ajang apresiasi seni setiap tahunnya sejak 2018 dengan tema kesehatan mental.
Acara ini diadakan sebagai bentuk apresiasi untuk memperingati Hari Kesehatan Mental Dunia melalui medium seni. Karena Ubah Stigma percaya bahwa, seni dapat menjadi medium yang baik untuk mengekspresikan diri. Proses mengekspresikan diri merupakan hal penting untuk menjaga kondisi kesehatan baik fisik maupun mental.
Seni dapat mendorong kita untuk berkreasi dengan perasaan dan emosi, sehingga seni dapat berfungsi sebagai mekanisme koping, membantu mengatasi stres dan mendorong munculnya pemikiran kreatif.