Sebelum Nonton, Simak 10 Fakta tentang 'Venom: The Last Dance' ini!

Akhir dari perjalanan yang mendebarkan

Sebelum Nonton, Simak 10 Fakta tentang 'Venom: The Last Dance' ini!

Film Venom: The Last Dance akhirnya tayang di bioskop mulai 25 Oktober 2024 dan menjadi penutup dari trilogi yang penuh aksi dan humor gelap. Dengan Tom Hardy kembali memerankan Eddie Brock dan symbiotenya, Venom, film ini memberikan kisah perjalanan emosional yang penuh dinamika antara manusia dan makhluk luar angkasa yang liar.

Disutradarai oleh Kelly Marcel, yang juga menulis naskahnya, film ini membawa kita pada petualangan baru yang lebih mendalam, dengan ancaman besar dari sosok kuno, Knull, dan kekuatan yang mengancam bumi.

Venom: The Last Dance menggabungkan elemen sci-fi, komedi, dan aksi dengan sempurna, meskipun masih ada beberapa titik yang membuat penonton terpecah. Di tengah hujan kritik, Venom: The Last Dance tetap mendapatkan tempat di hati para penggemar berkat kejenakaan khas Venom dan ikatan kuatnya dengan Eddie Brock.

Belum menonton filmnya? Simak dulu sepuluh hal tentang Venom: The Last Dance berikut ini.

1. Konflik Eddie Brock yang kian mendalam

Sebelum Nonton, Simak 10 Fakta tentang 'Venom: The Last Dance' ini!

Tom Hardy telah memantapkan dirinya sebagai aktor yang sempurna untuk memerankan Eddie Brock dan Venom. Kembalinya Hardy dalam Venom: The Last Dance memberikan penonton pengalaman yang sangat dinantikan, dengan dinamika yang semakin berkembang antara Eddie dan symbiotenya. Mereka masih berseteru soal makanan, tempat tinggal, dan segala hal kecil lainnya yang memperlihatkan sisi humor di tengah ketegangan cerita.

Namun, tidak hanya humor yang disuguhkan. Film ini menyoroti konflik internal Eddie yang semakin mendalam. Eddie yang kini terasing dari kehidupannya sebagai jurnalis dan kehilangan cintanya, Anne (Michelle Williams), merasa semakin tergantung pada Venom, membuat hubungan mereka terlihat seperti dua sahabat lama yang tak terpisahkan.

2. Pendekatan baru dari sang sutradara terhadap kisah Eddie-Venom

Sutradara Kelly Marcel, yang sebelumnya terlibat dalam Venom: Let There Be Carnage, kembali sebagai sutradara sekaligus penulis naskah di Venom: The Last Dance. Pendekatannya kali ini tampak lebih emosional dengan fokus pada hubungan antara Eddie dan Venom, serta musuh besar mereka, Knull. Marcel berhasil menyisipkan elemen-elemen cerita yang kompleks, meskipun beberapa kritikus merasa alur cerita terlalu padat dan berantakan.

Kritik terhadap alur yang berantakan mungkin valid, tetapi Marcel tetap menjaga inti cerita, yaitu dinamika Eddie dan Venom. Film ini seperti perjalanan terakhir bagi keduanya, dan Marcel ingin memastikan penonton terhubung secara emosional dengan apa yang terjadi di layar.

3. Pertarungan melawan Knull yang antiklimaks

Musuh besar dalam Venom: The Last Dance adalah Knull, Raja Symbiote, yang memiliki kekuatan luar biasa dan niat jahat terhadap bumi. Knull diperankan oleh Andy Serkis, yang juga pernah menyutradarai Let There Be Carnage, dan membawa ancaman serius dalam cerita ini. Knull memiliki kekuatan untuk menghancurkan bumi, dan satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan menghancurkan codex yang berada dalam tubuh Venom.

Ancaman Knull ini menciptakan ketegangan yang tak bisa diabaikan, terutama karena ini adalah film terakhir dalam trilogi Venom. Namun, ada kritik bahwa Knull terasa seperti prolog untuk proyek Sony berikutnya, alih-alih menjadi penjahat utama yang memberi kesan akhir yang besar pada trilogi ini.

4. Sisipan humor yang segar

Venom: The Last Dance sekali lagi menonjolkan kejenakaan Venom dan Eddie, yang selalu menjadi daya tarik utama dari franchise ini. Banyak adegan konyol yang melibatkan keduanya, termasuk saat mereka bermain mesin slot di Las Vegas atau tarian besar di tengah-tengah kota. Komedi ini membantu meringankan suasana film yang seharusnya dipenuhi ketegangan karena ancaman dari Knull.

Namun, di balik semua kekonyolan itu, ada lapisan emosi yang kuat. Eddie dan Venom, meskipun sering bertengkar, menunjukkan bahwa mereka saling membutuhkan. Hubungan yang rumit antara manusia dan symbiote ini menjadi landasan kuat dari cerita, menambah kedalaman emosional yang jarang ditemukan dalam film superhero lainnya.

5. Ada post-credit?

Salah satu elemen yang dinanti-nanti oleh penggemar dari setiap film Marvel adalah adegan post-credit. Venom: The Last Dance tidak mengecewakan dalam hal ini. Ada dua adegan post-credit yang penting untuk diperhatikan, yang satu di pertengahan kredit dan yang lainnya di akhir kredit.

Adegan ini memberikan petunjuk tentang masa depan karakter Venom dan arah yang mungkin akan diambil oleh franchise ini. Meskipun film ini digembar-gemborkan sebagai akhir dari trilogi, adegan post-credit memberikan harapan bahwa kita belum melihat akhir dari Eddie Brock dan Venom. Duh, akan ada film apa lagi, ya, nanti?

6. Tuai kritik sekaligus pujian

Meskipun banyak yang antusias dengan Venom: The Last Dance, tidak semua kritikus merasakan hal yang sama. Di Rotten Tomatoes, film ini hanya mendapat skor 37%, dan menunjukkan banyak ulasan negatif. Kritikus seperti Andrew J. Salazar dari Discussing Film menganggap film ini "tidak baik" dan "melakukan disservice kepada Tom Hardy".

Namun, di sisi lain, beberapa kritikus memberikan pujian. Clarisse Loughrey dari Independent UK menyebut film ini menyentuh secara emosional, sementara Jillian Chilingerian dari Offscreen Central mengatakan ia tertawa dan menangis selama film berlangsung. Ini membuktikan bahwa Venom: The Last Dance tetap berhasil menyentuh hati sebagian penggemar.

7. Sinematografi yang banyak menuai pujian

Satu hal yang sering dipuji tentang Venom: The Last Dance adalah kualitas visual dan sinematografinya. Film ini dianggap sebagai yang paling sinematik di antara ketiga film dalam trilogi Venom. Adegan-adegan aksi besar, terutama pertarungan akhir, disajikan dengan cara yang epik dan monumental.

Adegan pertarungan yang berlangsung di Las Vegas hingga Area 51 menjadi salah satu sorotan utama dari film ini. Dengan pencahayaan dramatis dan efek visual yang memukau, Venom: The Last Dance berhasil menciptakan suasana yang tegang dan spektakuler.

8. Karakter pendukung yang kurang maksimal

Selain Eddie dan Venom, film ini memperkenalkan beberapa karakter pendukung baru seperti Rex Strickland (Chiwetel Ejiofor) dan Dr. Teddy Payne (Juno Temple). Meski karakter-karakter ini memiliki potensi untuk memperkaya cerita, sayangnya mereka kurang mendapatkan pengembangan yang memadai.

Kedua karakter ini lebih sering berperan sebagai penggerak plot daripada memiliki cerita dan konflik yang menarik. Namun, meskipun kurang dimanfaatkan, mereka tetap memberikan nuansa berbeda dalam perjalanan Eddie dan Venom.

9. Masa depan Venom di Sony Spider-Verse

Meskipun Venom: The Last Dance disebut sebagai akhir dari trilogi, film ini tidak sepenuhnya menutup pintu bagi masa depan karakter ini di Sony Spider-Verse. Adegan post-credit menunjukkan bahwa masih banyak yang bisa dieksplorasi, termasuk kemungkinan kolaborasi dengan karakter lain dari dunia Spider-Man.

Dengan hadirnya karakter-karakter seperti Morbius dan Madame Web dalam Sony Spider-Verse, tidak mengherankan jika Venom suatu hari akan kembali dalam petualangan baru. Ini membuat penggemar Venom tetap berharap, meskipun trilogi ini telah berakhir.

10. Kolaborasi smartphone dengan OPPO

Menyambut rilisnya Venom: The Last Dance, OPPO Indonesia mengumumkan kolaborasi eksklusif dengan Sony Pictures. Kolaborasi ini menghadirkan kombinasi hebat antara kekuatan tak terbatas symbiote Venom dan inovasi teknologi terbaru dari OPPO Reno12 F Series.

Kolaborasi ini tak hanya menggabungkan karakter ikonik Eddie Brock dan Venom, tetapi juga memperkenalkan fitur-fitur canggih yang mampu "mengeluarkan kekuatan tersembunyi" dari perangkat OPPO Reno12 F Series terbaru.

Dalam momen peluncuran film Venom: The Last Dance, OPPO bersama Sony Pictures menghadirkan pengalaman sinematik yang lebih intens melalui acara screening eksklusif. Acara ini tidak hanya menyuguhkan film, tetapi juga memberikan kesempatan kepada para undangan untuk mencoba langsung fitur-fitur unggulan Reno12 F Series 5G yang dipadukan dengan nuansa Venom di booth yang tersedia di OPPO Gallery Gandaria City, Jakarta.

Kini, kamu dapat mengekspresikan sisi villainous mereka dengan fitur AI Studio di perangkat Reno12 F 5G, fitur ini dapat mengubah siapa saja untuk "Venomize" diri mereka dalam hasil foto portrait unik dengan hanya berbekal 1 foto diri. Teknologi AI generatif canggih ini menghadirkan pengalaman foto interaktif yang belum pernah ada sebelumnya, hanya tersedia secara eksklusif di OPPO AI Studio

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved