Bagi kelompok penyuka teori konspirasi, sejarah Neil Armstrong yang dikabarkan pernah mendarat di Bulan masih terus dipertanyakan. Kelompok ini meragukan apakah tim astronot Amerika Serikat memang benar-benar pernah mendaratkan kakinya di sana atau semua ini hanya rekaan studio belaka. Sebab, kelompok penyuka teori konspirasi tak hanya sekadar mengungkapkan pikirannya belaka. Beberapa bukti pun bermunculan seiring dengan semakin beredarnya kabar soal kebohongan pendaratan di Bulan tersebut.
Isu tersebutlah yang menjadi benang merah dari film besutan sutradara Greg Berlanti itu. Sebetulnya, mana yang benar? Apakah Neil Armstrong pernah ke Bulan? Atau semua hanya settingan?
Sinopsis: saat pemerintah tak percaya akan kemampuan timnya
Presiden Amerika Serikat sangat tak terima saat Russia berhasil mendaratkan pesawat mereka di Bulan dan kembali ke Bumi dengan selamat. Ia pun menekan NASA untuk dapat melakukan hal yang sama agar bisa mengklaim Bulan adalah miliknya.
Meski pesimis, Pemerintah Amerika Serikat selalu mendorong NASA agar segera bisa mendaratkan roket beserta astronot mereka ke Bulan. Makanya, Pemerintah menugaskan Cole Davis (Channing Tatum) sebagai kepala misi ini.
Di sisi lain, agen rahasia Pemerintah Amerika Serikat berasumsi bahwa NASA akan selalu gagal dengan misinya. Sebab, ia tahu bagaimana keadaan sumber daya mereka walau telah mempekerjakan orang-orang terbaik. Agen rahasia ini kemudian merekrut Kelly Jones (Scarlett Johansson) sebagai humas mereka untuk membuat wajah NASA menjadi begitu meyakinkan di mata publik.
Lantas, bisakah mereka mendarat di Bulan dan masyarakat serta anggota parlemen percaya dengan NASA?
Akting mengagumkan Channing Tatum dan Scarlett Johansson
Berbicara soal film ini, tentu kita tak akan lepas dari penampilan kedua bintang utamanya, yakni Channing Tatum dan Scarlett Johansson. Kemampuan akting keduanya tak perlu diragukan lagi. Baik Tatum dan Johansson sama-sama begitu meyakinkan untuk memerankan perannya; Tatum sebagai pilot terbaik tapi tak diizinkan ikut keluar angkasa karena masalah kesehatan, serta wajah ramah Johansson sebagai public relation yang setiap perkataannya langsung begitu mudah dipercaya oleh lawan bicaranya.
Film yang ber-genre komedi romantis (dibalut dengan inspirasi dari kisah nyata) ini sepertinya memang cocok untuk Tatum dan Johansson. Akting keduanya yang menggemaskan, dan proses mulai dari benci hingga sama-sama jatuh cinta membuat kita tak ingin berpaling dari layar.
Memantik kembali teori konspirasi soal pendaratan di Bulan
Film ini bukan hanya begitu menarik untuk disaksikan, tapi juga memantik kembali perdebatan soal benar atau tidaknya manusia pernah menjejakan kaki mereka di Bulan. Mau tidak mau, penonton yang telah menyaksikan film ini akan kembali membicarakan soal teori konspirasi tersebut yang telah muncul sejak tahun 1970.
Apollo 11 yang dikabarkan telah mendarat di Bulan pada tahun 1968 dapat kembali ke Bumi dengan selamat. Hal ini diyakini oleh banyak orang karena saat peluncuran roket dan penancapan bendera Amerika Serikat dilakukan, siaran langsung dapat disaksikan oleh banyak orang melalui televisi. Meski ada bukti kuat berupa siaran langsung itu, tetap saja banyak yang menyangsikan kebenarannya.
Walau tak menjawab soal kebingungan banyak orang apakah Apollo 11 benar-benar mendarat di Bulan atau tidak, film ini tetap memberikan perspektif berbeda soal sejarah tersebut.
Sindir pemerintah di tahun politik
Terlepas dari teori konspirasi yang menjadi benang merah utamanya, saya justru fokus ke salah satu isu penting yang juga diangkat dalam film ini. Yakni, menyindir tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Saya yakin, Fly Me to the Moon diproduksi sebelum tahun 2024. Namun, film ini dirilis pada tahun ini dan tepat di tahun politik.
Menyindir soal kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang semakin menurun, film ini justru menghadirkan sindiran satir yang benar-benar bisa mempertanyakan ulang "apakah pemerintah benar-benar bisa dipercaya?". Bagaimana settingan yang rapi, tuntutan tak masuk akal dari pemerintah yang menekan bawahannya, hingga harus selalu terlihat baik di mata publik menjadi tiga hal yang benar-benar ditonjolkan dalam film ini.
Walau hanya film dan fiksi semata, tetap saja bukan, isu ini menjadi begitu sensitif. Terlebih di tahun politik seperti tahun ini.
Soundtrack yang dibawakan oleh Jaz Hayat
Satu hal lagi yang spesial dari film ini adalah soundtrack-nya yang dibawakan oleh Jaz Hayat. Penyanyi kelahiran Brunei Darussalam, 5 Mei 1993, ini mengisi lagu tema
dengan menyanyikan ulang lagu populer karya Bart Howard, "Fly Me to the Moon".
Sebagai informasi, lagu "Fly Me to the Moon" diciptakan Bart Howard pada tahun 1954 dengan memakai judul awal "In Other Words". Versi yang paling terkenal adalah versi yang dinyanyikan Frank Sinatra pada tahun 1964 dan dimuat di album It Might as Well Be Swing. Menurut Howard sendiri, pada saat versi Sinatra muncul, mungkin lagu ini sudah memiliki lebih dari 100 versi dengan penyanyi berbeda.
Meski mengusung genre jazz, namun untuk versi terbaru ini, aransemen "Fly Me to the Moon" (From Fly Me to the Moon Movie) akan disesuaikan dengan karakteristik Jaz.
"Aku belum pernah menyanyikan lagu bergenre jazz murni dan aransemen lagu ini pun dibuat menyesuaikan dengan ciri khas dan sentuhan yang dimiliki seorang Jaz. Jadi, untuk para penggemar Jaz yang selama ini sudah terbiasa mendengar Jaz bernyanyi genre pop, tidak akan kaget saat mendengar 'Fly Me to the Moon' (From Fly Me to the Moon Movie) yang cenderung ke arah jazz," katanya.
Prosesnya sendiri terbilang cepat karena hanya memakan waktu dua minggu, mulai dari rekaman hingga pembuatan video klip. Jaz bersyukur banyak pihak yang membantu pengerjaan single ini, sehingga ia tidak menemui hambatan yang berarti. Namun, Jaz mengakui bahwa ia sempat merasakan keraguan untuk menyanyikan lagu legendaris ini.
"Jujur, ada rasa takut saat harus menyanyikan 'Fly Me to the Moon' (From Fly Me to the Moon Movie) karena memberikan nyawa di lagu ini cukup sulit mengingat ada banyak sekali versi di luar sana oleh penyanyi berbeda. Tapi, karena sudah diberi kepercayaan oleh pihak Sony Pictures, maka aku akan menyanyikan versiku dengan sebaik-baiknya. Semoga hasilnya tidak mengecewakan."
Siap dinikmati oleh para pendengar musik secara luas pada 29 Juli mendatang, Jaz berharap versinya ini akan bisa diterima oleh seluruh masyarakat.