Kalau melihat aktor Sylvester Stallone, pasti kita akan selalu teringat dengan sosok Rambo. Stallone memang sudah memerankan sosok Rambo sejak muda berpuluh tahun yang lalu. Meski sudah main di banyak film, namun image Rambo masih melekat kuat pada diri Stallone.
Di tahun 2019 ini, secara mengejutkan Stallone merilis kembali film Rambo-nya yang berjudul Rambo: Last Blood. Masih dengan suasana mencekam khas film action Stallone, yang membuat Rambo: Last Blood berbeda adalah ia tak lagi jadi tentara. Kini ia hidup layaknya pria pensiunan biasa bersama dengan seseorang yang ia anggap sebagai keluarga.
Seperti apa film Rambo: Last Blood yang mulai tayang pada pertengahan September 2019 ini? Simak review-nya berikut ini ya.
Sinopsis: Ketika Veteran Perang Rindu Bertarung Lagi
Rambo: Last Blood dibuka dengan bencana alam banjir bandang yang terjadi di salah satu pegunungan di Arizona. Di tengah badai dan ancaman banjir bandang yang bisa menewaskan siapa saja yang dilewatinya John Rambo (Sylvester Stallone) sekuat tenaga menolong tiga orang pendaki gunung yang terjebak. Ia berhasil menyelamatkan satu orang sementara yang lainnya tak selamat karena ia tak bisa berbuat banyak.
Setelah selesai dengan misi menolong pendaki yang tersesat, Rambo kembali ke rumahnya yang nyaman. Ia tinggal di sebuah rumah yang di sana juga tinggal seorang nenek bernama Maria Beltran (Adriana Barraza) beserta cucunya, Gabrielle (Yvette Monreal) yang Rambo selamatkan di masa lalu. Tinggal bersama selama bertahun-tahun membuat Rambo menyayangi Gabrielle seperti anaknya sendiri. Ia berjanji akan selalu menjaga Gabrielle kapanpun dan di mana pun.
Suatu hari Gabrielle memutuskan pergi ke Meksiko untuk menemui ayahnya. Ia hanya ingin mendengar klarifikasi dari mulut ayahnya sendiri mengapa dulu ia meninggalkan Gabrielle dan ibunya. Ayahnya pun memperlakukan Gabrielle dengan sangat tidak baik dan membuat Gabrielle sangat sedih.
Gabrielle ditemani Gizelle berkunjung ke sebuah club untuk menghilangkan kesedihannya. Sayangnya, di sana Gabrielle malah diculik dan dijadikan pelacur oleh jaringan perdagangan manusia terbesar di Meksiko, Martinez bersaudara, Hugo Martinez (Sergio Peris-Mencheta) dan Victor Martinez (Óscar Jaenada). Hal ini membuat Rambo dendam dan merencanakan penyerangan.
Aksi Ciamik dengan Ekspresi Sylvester Stallone yang Mengganggu
Untuk urusan adegan action dan taktik perang a la tentara, Sylvester Stallone memang nggak perlu diragukan lagi. Setiap detail strategi yang dilakukan oleh Rambo membuat kita penasaran bagaimana ekskusinya nanti.
Benar saja, adegan ranjau di 1/3 akhir film tereksekusi dengan apik. Meski kita tahu pada akhirnya Rambo akan memenangkan pertempuran itu, namun tetap saja detik demi detik menuju akhir film sangat mendebarkan dan membuat saya nyaris tak bernapas menunggu ranjau demi ranjau meledak.
Sayangnya, sepanjang film saya sangat terganggu dengan wajah Stallone yang seolah tanpa ekspresi. Memang diketahui sepanjang hidupnya, Stallone banyak mengoperasi bagian wajahnya demi penampilan. Ia pernah melakukan facelift, operasi kelopak mata, hidung, dan botox untuk mengencangkan wajah.
Meski penampilannya memang masih sempurna untuk pria di usianya, namun efek buruknya adalah ia tak bisa menampilkan ekspresi ekstrem pada wajahnya. Misalnya saja, pada adegan sedih wajah Stallone tak benar-benar menunjukan kesedihan atau tak terlihat bahagia padahal adegan tersebut menuntutnya berekspresi demikian.
Ekspresi datar Stallone sepanjang film tentu sangat mengganggu. Sebab, kita jadi nggak bisa ikut merasakan suasana yang ada di dalam film sehingga apa yang terjadi pada tokoh utama terasa hambar begitu saja.
Menampilkan Kehidupan Nyata Kaum Pinggiran
Ada satu hal yang sangat saya salutkan dari film ini adalah sang sutradara, Adrian Grunberg, berhasil menampilkan kehidupan nyata kaum pinggiran yang hidup di perbatasan Amerika dan Meksiko. Di sana diperlihatkan pula bagaimana kesenjangan sosial.
Tak hanya itu, film ini juga dinilai sebagai salah satu bentuk kritik terhadap pemerintah betapa perdagangan manusia masih sangat tinggi di kawasan perbatasan. Besarnya peran aparat hukum dan pejabat setempat dalam praktik perdagangan manusia membuat kegiatan ini sangat sulit diberantas.
Melihat hal-hal yang disajikan dalam film Rambo: Last Blood, seharusnya film ini bisa memuaskan rasa rindu para penggemar terhadap aksi John Rambo yang dikenal tangguh dan tak terkalahkan. Bagaimana? Kamu tertarik juga ingin menontonnya?