Bukan hanya film Hollywood, di awal April 2019 ini banyak film Indonesia yang siap memanjakanmu. Menyambut pemilihan umum yang jatuh pada 17 April 2019, film Bumi Itu Bulat hadir untuk mengajak millennial memahami kembali apa arti toleransi.
Film yang berkisah tentang keberagaman ini rencananya akan tayang pada 11 April 2019 mendatang. Sebelum menonton filmnya, simak dulu review Bumi Itu Bulat berikut ini.
Sinopsis: Perbedaan yang Terkadang Membuat Kita Berselisih
Film ini berkisah tentang seorang anak muda bernama Rahabi (Rayn Wijaya) yang memiliki grup musik bernama Rujak Acapella. Dinamakan demikian karena anggota grup musik tersebut terdiri dari berbagai latar suku dan agama.
Rahabi sangat ingin grup musiknya sukses dan memiliki album sendiri. Ia bersama teman-temannya pun bekerja keras untuk dapat masuk ke dapur rekaman. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Aldi (Arie Keriting), seorang produser musik yang siap menerbitkan album Rujak Acapella dengan syarat Aisha (Febby Rastanti) harus masuk ke dalam grup tersebut.
Perjalanan mereka ternyata nggak mudah. Aisha sudah hijrah dan berhenti menyanyi. Mengetahui hal tersebut, Rahabi akan melakukan apa saja, termasuk mewawancarai Melinda (Ria Irawan), dosen di kampusnya yang baru saja dipecat karena diduga menyebarkan paham kebencian.
Masalah Rahabi tidak berhenti sampai di situ, di sisi lain ia juga harus bekerja keras untuk membiayai studi adiknya (Tissa Biani). Hubungan Rahabi dengan sang ayah tidak baik-baik saja sebab menurut Rahabi, ayahnya (Mathias Muchus) lebih peduli dengan pekerjaannya dibandingkan keluarganya.
Dengan masalah yang bertubi-tubi, bisakah Rahabi mewujudkan mimpinya menjadi penyanyi terkenal sekaligus menyekolahkan adiknya?
Digagas Oleh Banyak Tokoh Terkenal Indonesia
Film Bumi Itu Bulat diinisiasi oleh Gus Yaqut (Ketua Umum PP GP Ansor), Robert Ronny (filmmaker), Christine Hakim (aktris), Arie Keriting (komedian), dan Jenahara Nasution (desainer). Kelima warga Indonesia dengan latar belakang berbeda tersebut mendukung pembuatan film ini setelah melihat meningkatnya anak muda yang intoleran. Film ini adalah sebuah inisiatif untuk mempromosikan toleransi di kalangan anak muda.
Robert Ronny, selaku inisiator, penulis cerita dan produser film Bumi Itu Bulat mengatakan, "Saya tumbuh dewasa di lingkungan yang sangat majemuk di mana Bhinneka Tunggal Ika bukanlah slogan kosong, tapi kenyataan kehidupan saya sehari-hari. Saya merasa resah karena beberapa tahun terakhir ini, intoleransi semakin meningkat dan perbedaan yang ada di Indonesia dijadikan alasan untuk membenci dan konflik. Lewat film ini saya ingin mengingatkan lagi bahwa semua perbedaan yang ada di Indonesia justru adalah kekuatan kita."
Film Ringan Namun Sarat Makna Positif
Film ini menyampaikan pesan toleransi melalui kisah persahabatan, cinta dan hubungan orangtua dan anak. Dengan memberikan latar belakang anak-anak mudah yang sedang mengejar impian menjadikan film ini relevan dengan kehidupan anak muda Indonesia masa kini. Cerita yang mudah dicerna dan gampang terkoneksi dengan siapapun membuat para penggagas film yakin, film ini dapat diterima dengan baik di masyarakat.