Review ‘Black Panther: Wakanda Forever’: Ketika Duka Menjadi Kekuatan

Penghormatan tertinggi untuk Chadwick Boseman

Review ‘Black Panther: Wakanda Forever’: Ketika Duka Menjadi Kekuatan

Tak ada yang menyangka ketika kabar mengenai kesehatan Chadwick Boseman terus memburuk di awal tahun 2020 merebak luas. Kabar buruk itu kian diperkuat dengan kabar duka pada 28 Agustus 2020 bahwa sang pemeran King T’Challa itu akhirnya harus tunduk pada penyakitnya dan meninggal dunia.

Kabar ini tentu mengejutkan semua pihak. Apalagi, Chadwick masih terlihat begitu gagah saat memerankan tokoh Black Panther dalam Avengers: Endgame (2019). Ternyata itu adalah film terakhir yang dikerjakannya meski diam-diam kanker usus besar mulai menggerogotinya.

Review ‘Black Panther: Wakanda Forever’: Ketika Duka Menjadi Kekuatan

Pasca kematian Chadwick–sementara jadwal sekuel Black Panther 2 sudah diumumkan–publik pun bertanya, siapa pemeran pengganti King T’Challa nanti? Adakah sosok yang bisa menggantikan kharismanya sebagai seorang Black Panther? Atau apakah pantas jika Marvel dengan segera mencari pengganti Chadwick pasca kepergiannya yang begitu mendadak?

Tentu pertanyaan-pertanyaan itu berputar di benak para pencinta Marvel. Namun sepertinya, kamu tak perlu risau. Sebab melalui sekuel terbarunya, Black Panther: Wakanda Forever, semua pertanyaan itu akhirnya terjawab.

Sinopsis: sulitnya bangkit dari rasa duka yang mendalam

Chadwick Boseman sebagai seorang Black Panther memang tak tergantikan. Alih-alih menggantinya dengan aktor baru, Black Panther: Wakanda Forever dibuka dengan adegan kehilangan yang begitu mendalam. King T’Challa dikisahkan mengidap penyakit misterius yang bahkan kecanggihan teknologi milik Shuri (Letitia Wright) tidak bisa menyelamatkan nyawanya.

Setahun berlalu sejak kepergian T’Challa, takhta Wakanda dipegang oleh The Queen Mother of Wakanda, Ramonda (Angela Bassett). Karena kehilangan begitu banyak orang yang dicintai dalam waktu yang tak terlampau jauh, Ramonda menjadi begitu protektif terhadap Shuri. Ia pun sangat membebaskan Shuri untuk bereksperimen di laboratoriumnya tanpa pernah keluar.

Bagi Okoye (Danai Gurira), Shuri sudah terlalu lama ia berada di ‘rumah’. Sudah saatnya Princess of Wakanda itu pergi keluar untuk mengetahui bagaimana keadaan di sana. Meski sempat ditentang Ramonda, Okoye berjanji akan menjaga Shuri dengan segenap hidupnya.

Ketika menemui Everett K. Ross (Martin Freeman) untuk bertanya soal informasi super rahasia, ada insiden yang tak terelakkan. Shuri menghilang dan Ramonda marah besar. Ia berjanji akan melakukan apa saja demi menjaga putrinya dan kerajaannya.

Moment of silence sebagai bentuk penghargaan tertinggi untuk Chadwick Boseman

Melansir dari AsiaOne, Marvel Studios melewati proses yang begitu sulit untuk membuat sekuel film ini. Semua persiapan yang telah direncanakan harus berubah total di tahun 2020 pasca meninggalnya Chadwick.

Tentu akan ada satu hal yang kurang jika film ini muncul tanpa sang pemeran utamanya. Namun, dengan berbagai hal–juga kekurangan–yang mereka hadapi saat itu, Black Panther: Wakanda Forever berhasil diselesaikan dan rilis pada 9 November 2022. 

Tujuan dari film ini pun berubah seiring dengan kepergian Chadwick. Menurut Danai Gurira, tak ada yang mereka kejar dari film ini selain memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Chadwick Boseman.

Jika kamu menyaksikan film ini nanti, kamu akan mendapati dua moments of silence dan satu adegan penuh yang didedikasikan untuk mengenang Chadwick. Moment of silence yang pertama adalah di bagian pembuka film Marvel saat logo Marvel Studios muncul. Biasanya logo tersebut menampilkan potongan-potongan superhero Marvel. Namun, dalam film ini, logo tersebut hanya menampilkan potongan foto dan video Chadwick Boseman.

Kemudian, moment of silence yang kedua akan muncul di akhir film, tepat saat Shuri tengah merindukan sang kakak. Kita akan melihat potongan-potongan adegan Chadwick dari film Black Panther (2018) saat Black Panther pertama kali diperkenalkan melalui film solonya. 

Saat momen ini hadir di layar perak, saya yakin ada rasa haru, rindu, dan tersenyum simpul sambil mengingat sang aktor tersebut.

Momen comeback Rihanna ke dunia musik

Hal lain yang spesial dari film ini adalah juga menjadi momen comeback Rihanna ke dunia musik. Seperti diketahui, sejak tahun 2016, Rihanna tak lagi merilis album ataupun single baru dan ia fokus pada bisnisnya.

Rihanna dikabarkan akan menyanyikan dua lagu untuk film ini yang salah satunya berjudul "Lift Me Up". Lagu ini ditulis oleh Tems, komposer asal Swedia; Ludwig Göransson, Rihanna, dan pengarah film Black Panther; Ryan Coogler.

Lagu ini begitu melekat kuat dengan film karena sama-sama menceritakan tentang kehilangan dan kerinduan yang teramat sangat terhadap sosok yang kita cintai.

Visual yang tak pernah mengecewakan dari Ryan Coogler

Lagi-lagi saya dibuat begitu terpesona dengan visual yang dihadirkan dalam film ini. Ryan Coogler–sang sutradara–berhasil membawa tampilan menakjubkan, baik itu dari Wakanda maupun dunia bawah air Talokan. 

Jujur saja, dibandingkan dengan semua film Marvel yang pernah saya saksikan, sekuel Black Panther adalah yang paling saya suka dari segi visualnya. Ryan, bersama dengan Ruth Carter (costume designer), begitu brilian memilih deretan kostum yang sangat memanjakan mata. Mulai dari bentuk, hingga warnanya, semuanya begitu menakjubkan.

Bukan tanpa alasan, Ryan dan Ruth benar-benar terinspirasi langsung oleh suku-suku di Afrika dan Mesoamerika sebagai inspirasi kostum para tokohnya. Warnanya pun memiliki makna khusus yang menjadi simbol bagi masing-masing suku tersebut.

The future is female

Women empowerment begitu terasa di film ini. Hampir 80% dari tokoh penting dalam film berdurasi 161 menit tersebut adalah perempuan. Mulai dari Ratu Ramonda yang memimpin Wakanda, Jenderal Okoye yang menjadi pasukan paling mematikan di Wakanda, Shuri yang seluruh hasil riset dan ciptaannya digunakan untuk melindungi Wakanda, Riri Williams sebagai ilmuwan paling cerdas, hingga Nakia mata-mata paling canggih dari Wakanda, semuanya perempuan.

Dalam sebuah wawancara, Lupita Nyong’O–pemeran Nakia–mengatakan bahwa sejak awal film ini dibuat Marvel memang ingin mengeksplorasi lebih dalam soal feminis. Maka dari itu, tokoh-tokoh perempuan dalam film benar-benar digambarkan sebagai sosok yang kuat, berambisi, memiliki passion, kuat dalam berargumen, namun tak melupakan cinta dan kelembutan.

The future is female benar-benar digambarkan dengan nyaris sempurna di sini. Bahkan dalam beberapa komentar di media sosial, Wakanda merupakan negeri impian di mana setiap perempuan bisa bebas menjadi apapun dan melakukan apa saja yang mereka inginkan.

Secara keseluruhan, setiap adegan dan momen mengenang Chadwick dalam Black Panther: Wakanda Forever benar-benar mengaburkan kekurangan yang ada. Film ini tidak membosankan untuk ditonton dan tak ada adegan atau tokoh yang sia-sia. Secara personal, saya berani memberikan nilai 4.5/5 karena memang begitu menyenangkan untuk ditonton.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved