Pernah nggak, sih, kamu membayangkan bagaimana jika dunia ini begitu ramah terhadap perempuan? Kita bisa menjalani profesi apapun sesuai dengan apa yang kita suka, menggunakan pakaian apapun tanpa takut mendapat catcalling dari siapa pun, hingga selalu merasa bahagia setiap hari tanpa ada masalah apapun.
Penggambaran sempurna itulah yang dihadirkan dalam film Barbie yang tayang pada 19 Juli 2023 ini. Film yang paling ditunggu tahun ini–karena promosinya begitu gencar sejak tahun lalu–langsung menjadi trending topic di berbagai media sosial.
Meski penuh dengan warna dan nuansa pastel yang membahagiakan, di balik itu, Barbie menyimpan beragam kritik sosial dan penuh dengan pesan women empowerment. Bagaimana review POPBELA terhadap film ini?
Sinopsis: di kala mainan bisa turut merasakan suasana hati sang pemiliknya
Barbie (Margot Robbie) merasa hidupnya sangat bahagia karena tinggal di Barbie Land. Barbie dengan jenis Stereotypical Barbie ini juga memiliki teman-teman perempuan yang semuanya memiliki profesi hebat. Mulai dari presiden, peraih nobel, jaksa, hingga dokter. Ia juga memiliki penggemar berat bernama Ken (Ryan Gosling) yang seluruh hidupnya hanya untuk Barbie.
Semua berjalan dengan baik, sampai suatu ketika, Barbie merasa sedih, ingin menangis, dan bahkan memiliki pemikiran soal kematian. Merasa bahwa perasaannya ini tidak normal, Barbie akhirnya berkonsultasi dengan Weird Barbie (Kate McKinnon)–Barbie yang bentuknya sudah tidak beraturan karena pemiliknya memainkannya dengan kasar.
Weird Barbie menyarankan Barbie untuk pergi ke Real World untuk bertemu dengan sang pemiliknya agar ia bisa memperbaiki perasaannya lagi. Dengan begitu banyak tantangan, Barbie akhirnya pergi ke sana. Lantas, apakah Barbie bisa menemukan pemiliknya dan mengubahnya menjadi sosok seperti dulu lagi?
Impian Greta Gerwig soal dunia yang ramah untuk perempuan
Melihat bagaimana indahnya Barbie Land yang begitu ramah perempuan dan juga dipimpin oleh perempuan mungkin menjadi gambaran ideal jika dunia menjadi ramah untuk perempuan. Greta Gerwig, menurut saya, berhasil menyajikannya dalam visual yang memang memanjakan mata.
Memang, untuk film dengan pesan women empowerment dan kritik sosial soal kehidupan patriarki bukan pertama kali yang dibuat oleh Greta. Sebelumnya, ia juga pernah membuat Little Women (2019) dan Lady Bird (2017) yang sama-sama berisikan pesan kuat soal perempuan.
Selain itu, tak hanya terinspirasi dari tokoh Barbie itu sendiri, dalam wawancaranya bersama Letterboxd, Greta mengungkapkan ada 33 film yang menginspirasinya dalam membuat Barbieland sekaligus Real World dalam film Barbie ini. Beberapa di antaranya, yakni, The Wizard of Oz (1939), The Umbrellas of Cherbourg (1964), The Young Girls of Rochefort (1967), Model Shop (1969), All That Jazz (1979), Heaven Can Wait (1978), Oklahoma! (1955), dan Women on the Verge of a Nervous Breakdown (1988). Inspirasi-inspirasi film tersebut akan dapat kamu lihat dari pemilihan wardrobe, riasan, beberapa adegan, hingga tarian.
Kritik tajam soal patriarki
Barbie Land digambarkan sebagai dunia impian dengan perempuan sebagai pemimpin alias matriarki dan bisa berprofesi sebagai apa saja. Laki-laki di Barbieland tidak memiliki profesi dan kegiatan lain selain menjadi penggemar Barbie dan meramaikan pesta. Dalam kisahnya, Barbie menganggap Barbieland adalah tempat istimewa di mana setiap perempuan bisa menjadi apa saja.
Kemudian, Barbie berkunjung ke Real World di mana semuanya berbanding terbalik dari Barbieland alias patriarki, yakni semua kekuasaan dikendalikan oleh laki-laki. Bahkan semua petinggi di perusahaan pembuat Barbie (Mattel) adalah laki-laki yang sempat membuat Barbie kecewa.
Penggambaran ini, bagi Greta, menjadi kritik bagi patriarki yang kini banyak ditemukan di berbagai belahan dunia. Ya memang, sih, emansipasi perempuan juga kini sudah banyak digaungkan di mana-mana. Namun, penerapannya belum merata. Di beberapa daerah, misalnya, perempuan masih sulit mendapatkan akses pendidikan dan bahkan masih dianggap sebelah mata untuk memimpin. Maka dari itu, Greta dianggap berhasil menyajikan utopia dunia yang ideal untuk perempuan.
Barbie is Margot Robbie and vice versa
Berbicara soal Barbie tentu tak akan lepas dari sang pemerannya, Margot Robbie. Meski di awal pengumumannya banyak yang menentang karena dianggap terlalu tua, Margot Robbie berhasil membuktikan bahwa dirinya memang layak memerankan tokoh ikonik tersebut.
Bukan hanya berhasil mendalami perannya di depan layar, di balik layarnya pun, Margot Robbie yang juga berperan sebagai produser dalam film ini sukses merepresentasikan Barbie melalui setiap OOTD yang digunakannya di berbagai kesempatan. Hal ini membuat image Barbie benar-benar melekat di dirinya.
Bukan film untuk anak-anak
Secara keseluruhan, menurut saya, film Barbie lebih cocok ditonton oleh orang dewasa daripada untuk anak-anak. Sebab, meski menghadirkan visual dengan warna pastel yang memanjakan mata, kisah yang diangkat cukup berat untuk dicerna oleh anak-anak. Meski begitu, film ini masih cukup menyenangkan untuk disaksikan di kala penat. Siap menyaksikannya, Bela?