Tumbuh di tengah koloni yang kejam dan penuh tekanan, tentu sangat tak nyaman. Karena kondisi inilah, sekelompok remaja memutuskan untuk mencari jalan keluar agar mereka bisa hidup dengan lebih tenang dan damai. Sayangnya, satu-satunya harapan agar mereka bisa lepas dari jeratan pemerintah yang kejam malah mendatangkan teror baru yang lebih sadis.
Sinopsis: stasiun ruang angkasa terbengkalai yang terornya nggak santai
Bagi Rain Carradine (Cailee Spaeny), Yvaga adalah planet yang begitu menjanjikan. Di sana ia bisa hidup lebih tenang dan bisa melihat sinar matahari. Maka dari itu, Rain bekerja sangat keras agar bisa mendapatkan izin meninggalkan tempat tinggalnya itu. Sayang, meski target pekerjaannya tercapai, Rain tetap tak bisa mendapat izin pergi.
Ia bersama saudara manusia buatan, Andy (David Jonsson) kemudian mendapat secercah harapan. Salah satu teman lamanya, Tyler (Archie Renaux) dan kelompoknya, menemukan stasiun ruang angkasa yang terbengkalai. Mereka mengajak Rain dan Andy karena butuh bantuan lebih. Walau ragu, Rain akhirnya menyetujui ajakan mereka demi bisa tinggal di Yvaga.
Sesampainya di stasiun ruang angkasa, mereka memang menemukan banyak bahan bakar yang lebih dari cukup untuk membawa mereka ke Yvaga. Namun, teror mematikan justru baru dimulai saat stasiun ruang angkasa itu mereka aktifkan kembali.
Pintu masuk jika kamu ingin mengulik franchise film Aliens
Alien: Romulus menjadi salah satu film di bawah franchise Aliens yang pertama kali rilis di tahun 1979. Menjadi film kelima dari semesta Alien, menurut saya, film ini bisa menjadi pintu masuk bagi kamu yang ingin mengulik lebih dalam soal franchise film tersebut. Kisahnya yang 'berdiri sendiri', sama sekali nggak akan membuat kamu bingung untuk mengikuti jalan ceritanya dari awal hingga akhir film.
Saya termasuk salah satu penonton yang belum pernah satu kali pun menonton film Alien lainnya. Namun, kisah mendebarkan Rain Carradine dalam menghadapi teror alien yang hidup kembali setelah dibekukan, membuat saya penasaran, bagaimana kisah alien lainnya di waktu yang berbeda walau tetap di semesta yang sama.
Terobosan unik sang sutradara
Berlatar kurang lebih 20 tahun setelah film Alien yang pertama dan 37 tahun sebelum Aliens, film ini merupakan terobosan kreatif dari sang sutradara. Sutradara Fede Álvarez, yang merupakan penggemar Alien karya Ridley Scott, terinspirasi dari adegan yang dihapus dalam Aliens tahun 1986.
"Ada adegan dimana sekelompok anak-anak berlarian di antara para pekerja di koloni. Saya memikirkan bagaimana rasanya untuk para remaja ini tumbuh di koloni yang sangat kecil dan apa yang terjadi ketika mereka mencapai usia awal 20-an," ungkap Fede.
Berkat ide kreatif Fede pula, Alien: Romulus merupakan film Alien pertama yang menampilkan anak-anak muda sebagai karakter utamanya.
Visual efek yang begitu nyata
Selain kisah baru yang menarik, visual juga menjadi salah satu elemen terpenting dalam film ini. Untuk memastikan kualitas visual dalam film Alien: Romulus, Fede bekerja sama dengan deretan sineas berbakat termasuk Carlos Rosari, yang sebelumnya terlibat sebagai desainer kostum dalam serial pemenang penghargaan Shogun, perancang set Zsuzsanna Sipos—yang juga turut menggarap Dune: Part Two, serta Gábor Kiszelly, yang dikenal lewat film Poor Things, sebagai special effects supervisor, dan masih banyak lagi.
Dengan dukungan dari Ridley Scott, Fede juga memutuskan untuk tetap memberi sentuhan klasik lewat visual dari film ini dengan menggunakan gaya visual efek yang dari film Alien Ridley di tahun 1979.
Alien-alien Xenomorph, Facehugger, Chestbursters yang akan mengusik ketenangan manusia dalam Alien: Romulus juga dibuat oleh tiga studio efek berbeda menggunakan teknik unik dengan animatronik, kostum, bunraku (boneka tangan tradisional dari Jepang), dan CGI. Khusus untuk film ini, 80 seniman dari Legacy Effects termasuk seniman digital, konseptor, pematung, pelukis, dan ahli robotika membuat empat Xenomorph.
Untuk alien Facehuggers, para desainer dari WĒTĀ WORKSHOP membuat 12 versi; ada facehugger animatronik yang dapat membuka pintu dan dapat diprogram, ada yang hanya bergerak sedikit, dan ada pula yang dikendalikan dari jarak jauh dan berlari di sekitar set.
Sementara, untuk alien Chestbursters, sutradara Fede Álvarez secara khusus meminta Alec Gillis, pemilik STUDIO GILLIS yang turut berkontribusi dalam Aliens, Alien dan Alien VS Predator untuk membuat Chestbursters dan efek telur dalam film ini. Chestbursters di Alien: Romulus sangat mirip dengan makhluk aslinya, dengan beberapa modifikasi seperti lengan yang bisa bergerak dan pergerakan yang lebih leluasa.
Hati-hati jumpscare
Satu hal yang perlu kamu perhatikan saat akan menonton film ini adalah jumpscare yang begitu banyak. Mungkin, jika saya tak salah ingat, jumpscare hampir selalu ada sejak 2/3 film berjalan hingga akhir. Ruang angkasa yang gelap dan hening, seolah menjadi pendukung munculnya jumpscare yang tak terduga.
Jika layar sudah menunjukkan situasi yang gelap, hening, dan bahkan tanpa suara, siap-siap kamu akan dikejutkan dengan kemunculan berbagai makhluk yang tak akan pernah kamu duga sebelumnya.