Ada yang Tidak Manusiawi, Ini 7 Pengobatan Gangguan Jiwa di Masa Lalu

Namun, pengobatan ini dianggap efektif

Ada yang Tidak Manusiawi, Ini 7 Pengobatan Gangguan Jiwa di Masa Lalu

Dulu, saat ilmu psikiatri belum jauh berkembang seperti sekarang, metode pengobatan gangguan jiwa terbilang cukup sadis dan tidak manusiawi. Beberapa di antaranya bahkan menimbulkan efek samping yang mengkhawatirkan, hingga berpotensi membahayakan nyawa.

Nggak percaya? Berikut 7 pengobatan sadis yang pernah dilakukan untuk menangani gangguan jiwa di masa lalu.

1. Trepanasi

Ada yang Tidak Manusiawi, Ini 7 Pengobatan Gangguan Jiwa di Masa Lalu

Trepanasi merupakan salah satu metode pengobatan tertua di dunia yang dimulai sejak sekitar 12 ribu tahun lalu. Trepanasi sendiri merupakan prosedur bedah otak yang dilakukan dengan cara melubangi tengkorak si pasien menggunakan benda-benda tajam.

Dikutip dari laman Live Science, masyarakat zaman dulu percaya bahwa trepanasi mampu mengatasi berbagai masalah, mulai dari sakit kepala, gangguan kejiwaan, hingga mengusir roh jahat.

2. Lobotomi

Lobotomi pertama kali dicetuskan oleh seorang ahli saraf Portugis, António Egas Moniz, pada tahun 1935. Lobotomi adalah operasi bedah otak yang dilakukan untuk merusak koneksi saraf di lobus prefrontal. Tujuannya adalah untuk "menenangkan" pasien dari emosi atau perilaku negatif akibat masalah kejiwaan seperti skizofrenia, depresi, dan bipolar. Meski cukup kontroversial, metode ini marak dilakukan pada tahun 1940-an.

Mengutip laman Live Science, Moniz awalnya melakukan lobotomi dengan cara melubangi tengkorak pasien dan menyuntikkan ethanol ke otak. Ia kemudian memperbarui metodenya dengan menggunakan alat berupa kawat besi sebagai pengganti ethanol.

Operasi tersebut selanjutnya dikembangkan lagi oleh Walter J. Freeman II dan James Watts dari Amerika. Tanpa melubangi tengkorak, mereka mendorong sebuah alat dengan ujung besi yang runcing yang disebut orbitoclast ke dalam rongga mata pasien.

Mengutip Britannica, meski sebagian besar pasien yang dilobotomi berhasil menjadi "lebih tenang", namun tidak sedikit dari mereka yang mengalami sejumlah efek samping yang mengkhawatirkan. Mereka menjadi pasif, apatis, dan kehilangan kemampuan berkonsentrasi, koordinasi, serta respon emosional setelah operasi tersebut.

3. Terapi koma insulin

Koma merupakan kondisi yang gawat dalam dunia medis. Namun, pada tahun 1930-an, para dokter sengaja membuat pasien gangguan jiwa menjadi koma sebagai upaya penyembuhan. Caranya, pasien disuntik dengan insulin dalam dosis besar untuk menurunkan kadar gula darah, sehingga mereka jatuh koma.

Mengutip laman Everyday Health, para ahli saat itu percaya bahwa penurunan kadar insulin secara drastis mampu mengubah arus listrik pada otak. Pasien biasanya dibiarkan dalam kondisi koma selama sekitar satu jam sebelum akhirnya diberikan larutan garam hangat atau injeksi glukosa agar kembali sadar. Dikutip dari Britannica, terapi ini dianggap sangat efektif terhadap pasien yang mengalami skizofrenia selama kurang dari dua tahun.

4. Terapi metrazol dan kejut listrik

Melansir Scientific American dan Psychology Today, pada tahun 1930-an, psikiater menemukan bahwa kejang-kejang dapat mengurangi gejala gangguan jiwa. Hal ini dilatarbelakangi oleh pasien skizofrenia yang menunjukkan kondisi yang membaik setelah menderita epilepsi. Penemuan ini kemudian mendasari psikiater untuk menemukan cara alternatif untuk menimbulkan kejang. 

Terapi metrazol menjadi solusi pada awalnya. Penggunaan metrazol dalam dosis tinggi terbukti menimbulkan efek kejang yang bisa mengurangi gejala psikotis. Namun, efek sampingnya yang cukup serius, seperti patah tulang akibat efek kejang yang dahsyat, membuat para ahli berusaha mencari alternatif lain yang lebih aman.

Terapi kejut listrik atau ECT (Electroconvulsive Therapy) menjadi solusi selanjutnya. Terapi ini bekerja dengan cara mengalirkan listrik ke otak untuk memancing efek kejang. Meskipun efektif dan diadopsi oleh banyak rumah sakit jiwa di dunia, penggunaan ECT tetap menimbulkan kontroversi lantaran dianggap mengerikan dan tidak manusiawi, mengingat pada saat itu belum ada anestesi, relaksan otot dan jumlah listrik yang digunakan juga cukup besar.

Hari ini, ECT masih digunakan di banyak rumah sakit jiwa, namun tentu dengan prosedur yang jauh lebih aman.

5. Hidroterapi

Penggunaan air untuk menyembuhkan pasien gangguan jiwa sudah dilakukan sejak berabad-abad lalu. Namun, jangan membayangkannya sebagai terapi yang ramah pasien. Praktik ini justru dilakukan secara tidak manusiawi pada masa lalu.

Metodenya pun beragam. Dilansir dari laman The Atlantic, seorang dokter bernama Jan Baptist van Helmont pada abad ke-17 melakukan "terapi" ini dengan cara menceburkan pasien yang telanjang dan diikat tangannya ke dalam kolam atau laut. Cara lainnya adalah pasien disemprot dengan air bertekanan tinggi atau direndam dalam bak mandi sambil diikat selama berjam-jam atau bahkan sampai berhari-hari.

6. Menghilangkan organ tubuh

Metode pengobatan lainnya yang cukup mengerikan datang dari Dr. Henry Cotton, seorang psikiater asal Amerika Serikat. Menurutnya, infeksi bakteri merupakan akar dari permasalahan gangguan jiwa. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menyembukan penyakit ini adalah dengan membuang organ yang terinfeksi dengan jalan operasi.

Cotton menganggap mulut sebagai tempat bersarangnya banyak kuman. Jadi, ia biasa memulai dengan mencabut gigi-gigi pasien yang terinfeksi. Jika hal tersebut belum membuahkan hasil, Cotton akan kembali melanjutkan operasinya dengan membuang amandel, kantong empedu, tiroid dan bagian tubuh lainnya.

Mengutip dari Discover Magazine, tingkat kematian akibat praktik yang dilakukan Cotton mencapai 25 – 30%. Namun, ia membantah hal tersebut dengan alasan kondisi fisik pasien yang memang telah memburuk. Bahkan, Cotton sendiri mengklaim bahwa tingkat kesuksesan dari praktik yang dilakukannya mencapai 80%.

7. Dikurung dalam peti sempit

Pengekangan merupakan cara yang umum digunakan untuk menghindari pasien gangguan jiwa dari melukai dirinya sendiri ataupun orang lain. Salah satu alat yang digunakan di lalu adalah utica crib, yaitu peti kurungan yang terbuat dari kayu atau besi.

Mereka yang menunjukkan perilaku agresif nantinya akan dikurung di dalam utica crib selama beberapa waktu. Ketakutan dan perasaan terisolasi diharapkan dapat mengubah sikap maupun perilaku mereka tersebut.

Itulah 7 metode pengobatan gangguan jiwa di zaman dulu yang terbilang cukup sadis. Beruntung dengan kemajuan ilmu pengetahuan seperti sekarang, prosedur pengobatan gangguan jiwa makin berevolusi menjadi lebih aman dan manusiawi.

Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "7 Pengobatan Sadis pada Pasien Gangguan Jiwa Zaman Dulu" ditulis oleh Fatimah Nasir

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved