Melihat kejadian pengeroyokan yang melibatkan oknum suporter Persib dengan korban pendukung Persija beberapa waktu lalu membuat Trivet Sembel semakin yakin dengan bisnis yang dirintisnya selama hampir dua tahun lalu. Ia khawatir remaja Indonesia akan menjadi beringas seperti tindakan pengeroyokan hingga menghabisi nyawa seseorang, padahal dua puluh tahun mendatang Indonesia akan dipimpin oleh anak-anak muda seumuran mereka.
“Bahaya banget kalau Indonesia nantinya dipimpin oleh anak-anak muda yang punya mental penuh kebencian terhadap sesama anak Indonesia lainnya,” kata Trivet membuka pembicaraan saat bertemu dengan Popbela.
Sebelum pemotretan dimulai, di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, selain mengungkapkan keresahannya tentang mentalitas anak muda Indonesia saat ini, Trivet juga membagi kisah dan alasan terbesarnya mendirikan Proud Project, termasuk keterpurukan yang ia rasakan hingga disapa oleh orang asing yang ingin mengakhiri hidupnya sendiri.
Diremehkan dan ‘Meremehkan’
Sembari tersenyum dan dengan candaan yang spontan, lulusan Sosiologi University of Washington ini mengatakan bahwa awalnya mendirikan bisnis ini ia sempat diremehkan, bahkan oleh orangtuanya sendiri.
“Kalau orangtua aku sih melihatnya dari sisi untung dan rugi. Sebagai seseorang yang selama puluhan tahun hidup dan bekerja di perusahaan besar dan stabil, orangtuaku sempat menanyakan dari mana keuntungan yang didapat dari bisnis ini nantinya. Aku pun mengakui kalau bisnis ini bukan bisnis yang konservatif, sehingga kalau di Indonesia akan agak sulit untuk diterima,” kata Trivet.
Mendengar kritik dari orangtuanya tersebut, Trivet berpikir dan ikut meremehkan apa yang sedang ia kerjakan saat itu. Bukan untuk menjatuhkan, meremehkan diri sendiri yang ia lakukan justru menjadi cambuk agar lebih semangat mengembangkan bisnis yang telah ia buat ini.
“Ya seperti introspeksilah. Meremehkan di sini bukan dalam hal negatif. Justru dengan meremehkan, aku tahu apa yang kurang dari aku dan apa yang harus ubah supaya bisnis ini semakin dikenal luas dan berkembang.”
Uang Rp7 ribu dan Keinginan untuk Bunuh Diri
Mendapat kepercayaan diri untuk semakin mengembangkan bisnisnya ternyata nggak serta merta membuat jalan yang ditempuh Trivet semakin mulus. Ia justru mendapat masalah yang lebih besar, yakni nggak punya uang sama sekali alias bangkrut.
“Ketika aku pulang gereja dan ngecek ATM, aku kaget banget. Aku cuma punya uang Rp7 ribu. Bayangin aja Rp7 ribu, ditarik juga nggak bisa kan?” ungkap Trivet sambil tertawa mengenang masa-masa sulitnya itu.
Melihat keadaan keuangannya yang cukup menyedihkan saat itu, Trivet bahkan sempat terpikirkan untuk berhenti dari Proud Project dan bekerja di perusahaan mainstream dengan gaji yang tetap. Keinginan untuk bekerja di perusahaan besar semakin hari semakin kuat. Trivet semakin mantap untuk sementara meninggalkan Proud Project karena keterbatasan dana yang dimilikinya. Sampai pada suatu malam, Trivet mendapatkan sebuah pesan di Instagram milik Proud Project yang isinya cukup panjang tapi menohok hati hingga membuat Trivet mengurungkan niatnya meninggalkan Proud Project.
“Isi pesannya lumayan panjang. Tapi, inti pesan itu adalah ia ingin mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang telah membuat Proud Project karena berhasil bikin dia nggak jadi bunuh diri,” ujar Trivet.
Kata Trivet, si pengirim pesan ini memang sudah merencanakan bunuh diri sejak lama dan sudah nggak memiliki semangat hidup. Namun, entah bagaimana ceritanya, si pengirim pesan tersebut menemukan salah satu unggahan Proud Project dan ternyata unggahan itu mengembalikan kepercayaan dirinya lagi sehingga keinginan untuk mengakhiri hidupnya batal.
“Pas baca pesan itu, aku tuh langsung bereaksi ‘wow!’, begini ya rasanya bisa menginspirasi orang lain. Sebenarnya saat itu kan aku pribadi juga lagi ada di titik terendah. Di tengah keterbatasan dan bisnis belum berkembang, cuma punya uang Rp7 ribu, tapi aku bisa menginspirasi orang lain. Bahagia banget rasanya. I’m ok with being broke as long as I give impact to people.”
Setelah mendapat pesan dari seseorang itu, Trivet jadi semangat lagi untuk mengembangkan bisnisnya dan keinginannya untuk bekerja di perusahaan besar pun kandas. Hal ini terbukti dengan berkembangnya Proud Project saat ini. “Untungnya sekarang secara bisnis Proud Project sudah lebih baiklah ya. Bisa menggaji beberapa karyawan yang kami punya,” jelasnya.
Memanusiakan Manusia
Kini Proud Project telah dikenal sebagai salah satu media yang aktif di Instagram. Proud Project yang saat ini tergabung dalam Proud Media diharapkan bisa menginspirasi orang lain melalui profil para tokoh yang kisah hidupnya diangkat dan diceritakan dari sisi yang lain.
Menjadi media yang bisa menginspirasi lebih banyak orang adalah misi besar dari Proud Project. Karena sukses bagi Trivet bukan hanya dilihat dari seberapa sukses bisnisnya berkembang, tetapi juga seberapa besar dampak positif yang bisa dihasilkan.
“Sebagai media kita nggak terlalu melihat rating dan angka. Karena gue percaya manusia itu bukan diangkakan, tetapi dimanusiakan.”
Sebagai penutup obrolan bersama Popbela, Trivet juga memberikan pesannya kepada generasi Millennials yang ingin mendirikan bisnisnya sendiri. Menurutnya, nggak perlu takut untuk memulai sesuatu meskipun harus merasakan titik terbawah dalam hidup.
“Kalian pasti akan merasakan di titik jenuh atau di titik terendah. Serendah-rendahnya seperti kotoran. Tapi satu hal yang harus kalian ingat bahwa nggak semua kotoran itu buruk, karena kotoran bisa jadi pupuk. Jadi tetap semangat dengan apa yang kamu jalani, pasti suatu saat akan membuahkan hasil.”
Photo Credit
Photographer: Andre Wiredja
Makeup & Hair: Engelina Inez
Stylist: Wilsen Willim
Asst. Stylist: Jilly Loren, Sari
Fashion Editor: Michael Richards
Wardrobe & Accessories: Wilsen Willim
Location: NPM Studio