“Mirip ‘Knives Out’, nih!”, “Ini film thiller, ya?”, “Ketebak nggak, sih, ujung-ujungnya gimana.”
Komentar-komentar di atas belakangan saya dengar dan baca di media sosial sebelum saya menyaksikan Teka-Teki Tika. Banyak yang menyangsikan karya terbaru Ernest Prakasa ini karena sebelumnya, ia dikenal sebagai produser dan sutradara film-film komedi. Padahal, nggak ada salahnya dong, membuat sesuatu yang baru. Karena itu adalah bukti kalau hidup dan kemampuan kita bertumbuh seiring waktu.
Seperti saat menyaksikan film-film lainnya, saya memposisikan diri sebagai gelas kosong saat menonton film. Saya tak berani berekspektasi apa-apa karena takut kecewa sendiri. Tapi, untuk kasus Teka-Teki Tika, saya berani mengacungkan dua jempol karena kisahnya yang begitu segar dan megah.
Seorang perempuan bernama Tika (Sheila Dara Aisha) tiba-tiba muncul di rumah mewah keluarga Budiman (Ferry Salim), yang sedang berkumpul untuk merayakan hari ulang tahun pernikahannya. Tika masuk ke rumah itu dan mengaku sebagai anak kandung dari Budiman.
Awalnya, Sherly (Jenny Zhang) tak percaya dengan omongan Tika. Namun, ia berasumsi Tika tidak akan senekat ini jika tidak memiliki bukti yang kuat. Perlahan, Tika membongkar semua keburukan keluarga Budiman. Termasuk, skandal perselingkuhan yang terjadi di keluarga itu.
Jadi sebenarnya, siapa Tika? Apa maksud kedatangannya selain mengungkap rahasia besar keluarga Budiman?
Sejak menit pertama film ini diputar, yang membuat saya terpana adalah coloring dan vibes yang dihasilkan oleh sinematografi arahan Arfian (My Stupid Boss 2 dan Rumah Kentang). Rumah megah dan warna film yang digunakan sebagai latar kisah ini, memang mengingatkan saya pada vibes Knives Out. Padahal, dari segi jalan cerita sangat jauh berbeda.
Ernest Prakasa sang sutradara, berani mengambil risiko itu dengan membuat karya di luar zona nyamannya. Melepas bayang-bayang film komedi yang sukses dibuatnya, seperti Ngenest dan Cek Toko Sebelah, Ernest melabeli film barunya ini sebagai film keluarga. Sebab, meski berbumbu misteri, namun Teka-Teki Tika tergolong ringan, tanpa adegan disturbing.
Sambil ‘menunggu’ misteri Teka-Teki Tika terpecahkan, penata musik Mohamad Ikhsan memilih lagu “Il Sogno” yang dibawakan Isyana Sarasvati sebagai soundtrack utamanya. Menurut saya, lagu ini begitu pas dengan suasana film yang berhasil membawa kita seolah tengah menikmati pertunjukan opera.
Melihat deretan pemainnya, mungkin kita akan hafal kalau Ernest sering berkolaborasi dengan Morgan Oey, Dion Wiyoko dan Ferry Salim. Namun, satu hal yang berbeda kali ini adalah kehadiran Sheila Dara Aisha. Aktris asal Bandung itu cukup memikat dan sukses memerankan sosok perempuan super nyebelin yang ternyata menyimpan rahasia besar. Sebagai tokoh utama yang menjadi wajah dari film ini, Sheila sukses menghidupkan tokoh rekaan yang lahir dari imajinasi Ernest.
Teka-Teki Tika juga menjadi film debut bagi Tansri Kemala. Berperan sebagai Jane, saya menilai tokoh tersebut cukup menjadi scene stealer karena dialognya yang lugu khas Gen Z, namun kocak dan berhasil mengocok perut. Sebagai pendatang baru, peran ini cukup berhasil membuat Tansri meninggalkan kesan positif para penikmat film, meski dialognya tak banyak.
Secara keseluruhan, buat saya Teka-Teki Tika menjadi film debut Ernest di genre drama-misteri yang cukup sukses. Tak ada sama sekali kemiripan dengan Knives Out seperti yang dibilang netizen, serta berhasil menyajikan kisah segar yang tak pernah diangkat ke layar lebar sebelumnya.
Di balik kisah ‘rumit’ Tika, kita akan dengan mudah mengambil pelajaran hidup dari film ini. Sebab, tak seperti film lain yang menebar pelajaran secara tersirat, Teka-Teki Tika justru menyebutkan secara gamblang pesan moral yang ingin mereka bagikan ke penontonnya.
Apa pesan moralnya? Coba kamu tonton dulu film ini dan tulis di kolom komentar pendapatmu!
