Ada film Indonesia terbaru yang tayang di Netflix dan dirilis secara global, nih, Bela. Judulnya Kabut Berduri. Diproduksi bersama Palari Films, Kabut Berduri mengikuti perjalanan seorang detektif dari kota besar yang menyelidiki kasus pembunuhan berantai misterius di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.
Serangkaian kasus ini pada akhirnya membuat ia harus berhadapan dengan masa lalunya. Aktris Putri Marino berperan sebagai Sanja, sang detektif yang bertekad untuk mengungkap kebenaran di balik kejadian mengerikan ini.
Sudah tayang sejak 1 Agustus 2024, berikut ini hal yang harus kamu tahu sebelum menonton filmnya. Apa saja?
Kisah detektif dari perbatasan
Sutradara Edwin yang telah memenangkan beragam penghargaan hadir dengan film terbarunya yang bergenre crime-thriller. Dengan empat Piala Citra, Edwin dikenal sebagai nama besar di art house dan sirkuit festival sejak film pertamanya pada 2005, Kara Anak Sebatang Pohon. Kali ini ia bekerja sama dengan Netflix menggarap Kabut Berduri, yang akan jadi terobosan baru di Indonesia berkat genre yang jarang digarap di dalam industri film nasional. Terlebih, protagonis utama film ini adalah seorang perempuan.
Berlatar di perbatasan Indonesia-Malaysia, Kabut Berduri bercerita tentang kisah detektif perempuan dari Jakarta yang menginvestigasi serangkaian pembunuhan mengerikan di Kalimantan. Kasus ini dipenuhi ketegangan, takhayul, dan cerita-cerita gelap di daerah perbatasan.
Terinspirasi dari seorang antropologi
Inspirasi Edwin muncul pada awal tahun 2000-an setelah mendapat cerita tentang kerja-kerja antropologi Dave Lumenta, narasumber serta tim penata musik dalam film ini, di daerah perbatasan. Penelitian tersebut menggagas lahirnya konsep visual adegan penemuan mayat di zona tak bertuan, yang menjadi adegan pembuka film ini.
"Bagaimana kalau ada mayat yang ditemukan di daerah itu? Di daerah no man’s land. Kata Dave, kadang diurus kadang tidak diurus karena daerah itu bukan tanggung jawab negara mana pun," kata Edwin mengawali cerita soal ide film Kabut Berduri.
"Ide itu sudah muncul hampir 20-an tahun lalu. Menarik buat saya karena ternyata ada kemungkinan semenyeramkan itu. Orang bisa hilang dan tidak perlu diurus karena bukan area yang ada hukumnya," tambah Edwin.
Film ini menjadi ranah baru bagi sang sutradara yang dikenal melalui film-film panjangnya seperti Posesif (2017), Aruna dan Lidahnya (2018), serta Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) yang memenangkan piala tertinggi Golden Leopard di Festival Film Internasional Locarno 2021. Kabut Berduri akan menjadi film keempat Edwin yang digarap bersama Palari Films, sekaligus cerita pertama Edwin dengan genre crime-thriller dengan plot whodunnit.
"Saya melihat genre ini masih jarang sekali dieksplorasi di Indonesia. Ada cerita detektif, tapi komedi. Sementara [Kabut Berduri] ini lebih gelap, mengungkap pembunuhan," tambah Edwin, yang sebetulnya juga menggemari film bergenre serupa.
Proses produksi yang melibatkan kru dan aktor lokal di Kalimantan
Kabut Berduri dibintangi Putri Marino yang memerankan Sanja, polisi perempuan yang berusaha menguak otak di balik pembunuhan misterius di Borneo. Di saat yang sama, Sanja juga harus berhadapan dengan hantu masa lalunya. Bagi Putri, pengalaman memerankan Sanja amat menarik berkat kesempatan syuting langsung di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan.
"Jarang sekali kan sebetulnya dapat kesempatan untuk syuting di daerah luar Jakarta. Saya merasa beruntung karena diberi kesempatan untuk melihat langsung suasana di sana," tambah Putri.
Proses syuting di Kalimantan sendiri menghabiskan waktu lima minggu. Produksi juga melibatkan aktor dan kru lokal dari sana. Menurut produser Meiske Taurisia, persiapan dan pelaksanaan logistik jadi salah satu tantangan terbesar proses syuting di Kalimantan. Meski sebelumnya sudah pernah syuting di Pontianak untuk film Aruna dan Lidahnya, Meiske mengaku pengalaman syuting di daerah perbatasan jauh berbeda.
"Kami harus siap dengan jalur perjalanan yang lebih panjang dan akses terbatas," kata Meiske. Namun, ia bersyukur karena selama proses syuting warga lokal justru menerima hangat dan mendukung mereka.
Tinggal di rumah warga yang memberikan kesan mendalam
Bagi Lukman Sardi yang memerankan Panca, pengalaman disambut warga Sungai Utik juga amat berkesan. Para kru dan pemain disambut para pemuka agama dan sempat diizinkan untuk tinggal di Rumah Panjang, rumah adat Kalimantan Barat sepanjang 100 meter yang biasa ditinggali puluhan keluarga.
"Saya punya memori yang luar biasa indahnya dengan orang-orang yang ada di situ, bagaimana mereka menerima kami semua dengan tangan dan hati terbuka," kata Lukman.
Perjalanan panjang menuju lokasi syuting juga jadi kenangan membekas di ingatan para aktor. "Pesawat ke sana terbatas, cuma dua kali seminggu," kata Kiki Narendra yang memerankan Agam.
Ia dan Siti Fauziah, pemeran Umi, tidak bisa lupa pengalaman mereka melakukan perjalanan darat 22 jam dari Pontianak menuju perbatasan Badau.
"Naik mobil 22 jam di Jawa sama di Kalimantan itu pengalaman yang berbeda banget," kata Fauziah. “Sepanjang jalan [di Kalimantan] cuma ada hutan, kebun sawit," tambahnya.
Angkat realita dan kultur masyarakat Kalimantan
Edwin sendiri sengaja ingin datang langsung ke Kalimantan untuk menangkap realitas kultur dan masyarakat di daerah tersebut. Kesempatan ini juga ia gunakan untuk mempersembahkan cerita-cerita dari luar Jawa yang jarang hadir di industri film Indonesia.
"Saya tertarik sekali dengan cerita, kultur, dan termasuk hidup orang-orang di sana. Ternyata apa yang kita lihat dari sudut pandang orang yang tinggal di Jakarta atau Jawa terhadap mereka yang tinggal di perbatasan itu sama sekali jauh dari yang benar-benar terjadi. Ada banyak yang saya pelajari tentang Indonesia, lewat (kacamata) perbatasan," kata Edwin.
Kiki mengagumi keputusan Edwin untuk syuting langsung di Kalimantan. "Saya pernah tanya ke Mas Edwin, kenapa mesti syuting jauh-jauh ke sana? Jawabannya bikin saya kagum. Beliau bilang, mata kami para aktor itu tidak bisa bohong. Kalau kami sudah melewati jalan panjang untuk sampai ke sana, kamera bisa menangkap pengalaman itu lewat mata kami," ujarnya.