Menginspirasi seseorang ketika kita berhasil berada di tahap tertentu adalah sesuatu yang mungkin sering kita temui. Namun, menginspirasi dan menyebarkan hal positif di saat kita sendiri sedang struggling terhadap sesuatu yang membuat kita nggak percaya diri adalah hal yang luar biasa, karena tidak semua orang dapat melakukannya. Aveline Agnes adalah salah satunya.
Beauty vlogger yang akrab disapa Agnes ini menjadi salah satu sosok inspiratif yang saya pilih untuk membagi kisahnya di #IAMREAL, poWerpuff Beauty. Di saat sebagian masyarakat masih percaya dengan stereotip bahwa cantik itu putih dan langsing, Agnes berani mendobrak itu semua. Dengan apa adanya ia menampilkan dirinya bahwa cantik bukan sekadar ukuran tubuh semata.
Lewat issue poWerpuff Beauty, Agnes berbagi kisahnya dengan Popbela soal penerimaan terhadap bentuk tubuh dan bagaimana ia menyebarkan pengaruh positif kepada yang lainnya.
“Ini badanku, orang lain nggak tahu bagaimana aku sebenarnya.”
Kepada Popbela, Agnes bercerita bahwa saat kecil dulu, ia sempat memiliki tubuh yang sangat kurus. Menginjak sekolah dasar, tubuh Agnes berangsur tumbuh. Hal ini didukung dengan struktur tulangnya yang besar sehingga membuat tubuhnya terlihat bongsor.
“Tapi semenjak SD badanku membesar-membesar. Entah mengapa aku tipe orang yang berpikir yaudahlah kalau aku memang dikasih badan yang seperti ini nggak apa-apa selama aku bisa menjaga kesehatan juga. Jadi memang aku nggak mengejar harus punya bentuk badan seperti apa tapi lebih ke bagaimana aku bisa sehat.”
Menerima tubuhnya yang bongsor, membuat Agnes penasaran dan sering bereksperimen dengan tubuhnya. Bentuk eksperimen sekaligus ekspresinya dituangkan lewat hobi makeup-nya dan kebiasaannya mengganti warna rambut. Mau bagaimana pun hal positif yang Agnes lakukan terhadap dirinya sendiri, selalu ada saja yang berkomentar negatif, bahkan tidak sedikit yang melontarkan komentar body shaming terhadap dirinya.
“Dulu aku kan sempat punya warna rambut abu-abu. Pokoknya yang aneh-aneh gitu. Terus ada aja orang yang bilang, jangan cuma rambut yang diurusin, badannya juga harus diurusin. Ada yang ngomong kamu tuh lebih cantik kalau kurus, lebih cantik kalau begini, lebih cantik kalau begitu. Tapi kan ini badanku. Orang lain nggak tahu bagaimana aku. Dan aku pernah mencoba untuk kurus tapi malah bikin aku kelihatan menyedihkan. Aku kelihatan kayak tengkorak gitu. Mukanya kayak panjang banget gitu aneh. Dari situ aku berpikir kalau aku mau kurus, aku nggak mau sekurus itu.”
“Standar cantik di dunia sudah berubah banget.”
Lewat setiap foto dan unggahannya di media sosial, bisa dibilang kalau Agnes sudah berani mendobrak standar cantik yang selama ini digiring oleh media dan juga iklan. Meski sudah bergeser, tidak dapat dipungkiri bahwa kita pernah tergiring stereotip bahwa cantik itu adalah yang langsing dan putih. Agnes membantah itu semua. Ia mengatakan justru saat ini standar cantik sudah sangat berubah.
“Menurutku saat ini semua itu sudah bergeser. Saat ini warna kulit gelap atau tanned itu lebih seksi menurut sebagian besar orang saat ini. Tanned itu lebih keren deh. Kulitnya juga terlihat lebih glowing. Aku rasa saat ini standar di dunia sudah berubah banget. Karena banyak orang saat ini sudah lebih open minded soal kecantikan, soal fashion. Tapi memang masih ada orang yang berpikir, terutama di indonesia, kalau cantik itu harus begini harus begitu.”
Karena hal tersebut pula, Agnes merasa nggak masalah jika banyak orang mengenalnya sebagai perempuan dengan tubuh plus size. “Aku nggak masalah orang mau berbicara apa tentang aku. Aku sebenarnya tipe orang yang kalau orang lain bercanda ya aku bawa bercanda juga. Tapi kalau orang itu ngomongnya sambil sinis, ya aku bakalan ya sudah biarin aja. Nggak perlu dipusingkan.”
“I’m dealing with self confidence everyday.”
Meski terlihat percaya di setiap foto dan video yang diunggahnya, ternyata Agnes harus berjuang mati-matian untuk tetap percaya diri setiap harinya. Berusaha untuk nggak mendengarkan omongan orang lain, toh Agnes juga terkadang masih memikirkan hal tersebut yang berimbas pada menurunnya kepercayaan dirinya dan hal ini membuatnya down.
“I’m dealing with confidence everyday. Saat mau pergi, aku terkadang suka berpikir pasti orang akan ngomong begini ngomong begitu. Apalagi saat aku lagi stres, semua itu pasti kepikiran. Jadi saat aku berada di titik paling rendah aku sering nggak percaya diri gitu. Kalau ditanya kapan aku mengalami titik terendah, ya hampir setiap hari aku begitu. Aku sampai pernah berpikir, dengan tubuh besar ini aku berharap banyak yang nggak lihat aku. Jadi aku bebas mau pakai baju apapun tanpa ada yang komentar macam-macam.”
Jika sudah begini, hal yang dilakukan Agnes adalah melakukan apapun yang disuka agar mood dan pikiran positifnya kembali lagi. “Aku coba bikin mood-nya naik. Berpikir dan kasih motivasi ke diri sendiri, untuk lebih positif lagi. Biasanya dengan baca buku, makeup-an, atau dengerin musik. Atau nonton juga. Pokoknya apapun yang bisa membuat aku happy dulu.”
“Komentar negatif di sosmed itu sebetulnya ingin memberitahu sesuatu yang baik ke aku.”
Komentar-komentar yang membuatnya down bukan saja ia temui secara langsung. Sebagai seseorang yang aktif di media sosial pun, Agnes mengaku bahwa ia juga sering mendapatkan komentar negatif di sosial media. Alih-alih marah dan membalas komentar negatif para warganet, Agnes mengaku mencoba melihat komentar tersebut dari sisi yang lain.
“Kadang aku berpikir kenapa sih ada orang yang sampai segininya komentar ke orang lain. Aku juga coba berpikir dari sisi mereka. Mungkin saja mereka lagi bad day, mungkin mereka lagi nggak baik-baik saja terus tiba-tiba lihat konten aku di media sosial, jadi ya udah marahnya dilampiasinnya di kolom komentar akunku. Daripada kesal duluan, jadi aku mencoba berpikir dari sisi mereka.”
Bukan hanya itu, Agnes mengaku bahwa komentar negatif tentang dirinya bukanlah hal yang buruk. Ia menganggap komentar itu sebagai masukan untuk dirinya karena terkadang hal-hal yang dikomentari membuatnya menyadari sesuatu yang selama ini luput dari perhatiannya.
“Aku mikir kalau misalnya aku egois dan malah balik menghujat mereka juga kan nggak baik. Siapa tahu dari komentar negatif di internet itu sebetulnya mereka lagi mau memberitahu sesuatu yang baik ke aku. Tapi caranya saja yang memang kasar.”
“Punya tubuh plus size membuatku bisa membantu orang tanpa aku sentuh langsung orang itu.”
Apa yang orang lain lihat di media sosial memang nggak seratus persen sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Agnes pun demikian. Di balik foto-fotonya yang penuh percaya diri yang ia unggah di media sosial, nggak banyak yang tahu bahwa Agnes juga sedang struggling terhadap krisis kepercayaan dirinya yang sewaktu-waktu muncul.
“Selama ini saat aku upload foto OOTD, banyak yang berkomentar mau punya self confidence kayak aku. Padahal mereka nggak tahu di balik foto itu aku juga berjuang untuk punya self confidence seperti itu.”
Hal ini dilihat Agnes sebagai sesuatu yang positif dan keuntungan memiliki tubuh plus size. “Dari foto-foto yang aku upload itu ternyata aku bisa membangun orang yang punya krisis kepercayaan diri kayak aku. Jadi, hal positifnya adalah aku bisa membantu orang tanpa aku sentuh langsung orang itu. Tapi dengan menunjukkan hal sesimple itu di media sosial aku bisa membangun kepercayaan diri orang lain tanpa aku sadari. Ternyata dengan aku menyemangati diri sendiri, hal tersebut bisa menular ke orang lain.”
Sampai saat ini pun Agnes masih berjuang membangun kepercayaan dirinya. Satu hal yang ia tanamkan dalam diri, untuk lebih percaya diri, Agnes mencoba untuk nggak terlalu mendengarkan perkataan orang lain, terutama yang sering berkomentar negatif.
“Nggak perlulah kita ngurusin kata-kata orang. Kita nggak bisa nutupin mulut orang satu-satu yang sering komentar tentang hidup kita. Jadi lebih baik, coba tutup kuping dan lihat ke depan. Kalau kita diberi tubuh seperti ini ya sudah terima apa adanya karena memang ini jalan yang terbaik dari Tuhan. Cuma kalau misalnya gemuk dan bawa penyakit, coba untuk hidup sehat. Bukan untuk kurus ya. Menurutku ukuran bentuk tubuh apapun saat ini nggak melihat tampilan luarnya saja. Yang penting pribadi orangnya.”
Photo credit:
Photographer: Ila Schaffer
Makeup & Hair: Kay Mori, Yuliyana Lesmana, Elly Sitompul
Stylist: Nisya Wiliardi
Fashion Editor: Michael Richards
Wardrobe: jaket bulu H&M, dress Uniqlo