Jumlah Populasinya Kurang dari 100 Ekor, 7 Hewan Ini Terancam Punah

Yuk, lindungi satwa ini bersama!

Jumlah Populasinya Kurang dari 100 Ekor, 7 Hewan Ini Terancam Punah

Berita kepunahan flora dan fauna selalu menyakitkan. Baik bagi pencinta hewan, pencinta tumbuhan, maupun masyarakat umum, kepunahan menimbulkan rasa kasihan.

Lagi pula, mereka yang dulunya hidup berdampingan dengan manusia di muka bumi telah menjadi bagian dari sejarah. Kepunahan menjadi pelajaran bahwa flora dan fauna membutuhkan perlindungan, bukan sekadar rasa kasihan.

Terkadang, kita tidak merasakan kegentingan terkait keberlangsungan hidup hewan dan tumbuhan. Tanpa disadari masyarakat luas, hewan dan tumbuhan tersebut menjadi satu langkah lebih dekat menuju kemusnahan. Dalam konteks hewan, berikut sejumlah hewan dengan populasi di bawah seratus dan terancam punah di alam liar.

1. Macan tutul Amur (Panthera pardus orientalis)

Jumlah Populasinya Kurang dari 100 Ekor, 7 Hewan Ini Terancam Punah

Kepunahan ada di depan mata hewan yang elegan ini. Menurut World Wildlife Fund, populasi macan tutul Amur melebihi 84. Angka ini didukung data Rosamond Gifford Zoo yang menunjukkan bahwa estimasi populasi hewan tersebut di alam liar adalah 60 sampai 80.

Macan tutul Amur biasanya ditemukan di daerah Rusia dan Tiongkok. Pemburuan dan kehilangan habitat menjadi penyebab utama rendahnya populasi hewan tersebut. Mengutip Fair Planet, manusia melakukan pemburuan untuk mengambil bulu salah satu macan paling langka di dunia tersebut. Selain keindahan bulunya, tulang macan tutul Amur diambil dan digunakan dalam obat tradisional Asia.

2. Vaquita (Phocoena sinus)

Dengan estimasi populasi sekitar 10, vaquita merupakan salah satu hewan yang akan punah apabila tidak ada tindak lanjut dari manusia, pihak yang menjadi pelaku sekaligus penyelamat. Mamalia laut yang sering disamakan dengan lumba-lumba ini merupakan spesies porpoise yang hidup di Meksiko

Angka yang memprihatinkan tersebut disebabkan oleh tertangkapnya vaquita dalam jaring insang yang digunakan operasi penangkapan ikan ilegal di kawasan lindung laut. Akibatnya, hewan laut yang langka ini tenggelam karena tidak dapat bernapas, sebagaimana dicatat World Wildlife Fund

3. Tikus Belanda Santa Catarina (Cavia intermedia)

Secara geografis, distribusi tikus Belanda Santa Catarina sangat kecil. Di Pulau Moleques do Sul, Brasil, yang memiliki luas sampai 10.5 hektar, habitat mereka mencakup daerah seluas 4 hektar saja.

Laman IUCN SSC Small Mammal Specialist Group menyebutkan bahwa estimasi populasi hewan yang juga disebut guinea pig ini berada di angka 24 sampai 60. Daerah yang dilindungi tersebut dapat diakses dengan mudah dan penegakan peraturannya tidak tegas. Dipercaya bahwa tikus Belanda itu terancam karena pemburuan dan bencana alam.

4. Penyu raksasa tempurung lunak Yangtze (Rafetus swinhoei)

Satu penyu jantan di penangkaran Tiongkok, dua penyu yang belum diketahui jenis kelaminnya di Vietnam. Sejauh ini, hanya tiga penyu itu yang diketahui keberadaannya di seluruh penjuru dunia.

Jika menghitung hewan di alam liar saja, populasi penyu hanya mencapai dua ekor. Dengan kata lain, pencarian penyu raksasa tempurung lunak Yangtze lainnya diikuti pembiakan harus segera dilakukan sebelum terlambat.

Melihat dari sudut pandang sejarah yang panjang, Edge of Existence menjelaskan bahwa ancaman utama yang dihadapi penyu ini adalah pemburuan untuk dagingnya. Polusi dan hancurnya habitat juga memperparah situasi.

5. Lumba-lumba Māui (Cephalorhynchus hectori maui)

Awalnya, estimasi populasi lumba-lumba asal Selandia Baru ini mencapai 63. Walaupun demikian, informasi Sea Shepherd menunjukkan bahwa angka populasi subspesies lumba-lumba Hector tersebut menurun menjadi 54. Bahkan, organisasi konservasi laut ini percaya bahwa angka itu ada di bawah 50.

Dilansir situs resmi Department of Conservation Selandia Baru, terdapat banyak ancaman yang dihadapi lumba-lumba Māui, mulai dari penangkapan, penyakit, kebisingan laut, sampai eksplorasi minyak dan gas. Populasinya juga berkurang karena lumba-lumba Māui memiliki hidup yang relatif pendek, tingkat reproduksi yang rendah, dan membutuhkan waktu yang lama sebelum menjadi dewasa.

6. Kungkang berjari tiga kerdil (Bradypus pygmaeus)

Pada tahun 2012, estimasi populasi kungkang berjari tiga kerdil mencapai 79. Kini, tidak diketahui jumlah kungkang kecil yang hidup di Isla Escudo de Veraguas, Panama. Menurut Edge of Existence, jumlah hewan tersebut diperkirakan ada di bawah angka 100.

Berkurangnya populasi kungkang ini disebabkan oleh perusakan habitat. Mengingat mereka senang bergantung pada pohon, tidak heran apabila kehilangan habitat berpengaruh besar terhadap populasinya.

7. Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis)

Berdasarkan catatan International Rhino Foundation dan World Wildlife Fund, populasi badak Sumatra tidak banyak. Estimasinya, terdapat kurang dari 80 badak Sumatra di alam liar.

Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan alasan berkurangnya populasi badak Sumatra. Culanya dimanfaatkan untuk obat-obatan dan hiasan yang berkaitan dengan status sosial. Kehilangan habitat juga menjadi ancaman yang menjadi penentu hidup dan mati.

Selain dari tujuh hewan di atas, masih banyak hewan yang berada di ambang kepunahan tetapi tidak masuk dalam daftar. Sebagai contoh, badak putih utara (Ceratotherium simum cottoni) yang tersisa dua di konservasi Kenya. Nah, seperti yang sudah kamu baca, daftar ini lebih banyak membahas jumlah hewan yang tersebar di alam liar.

Besar harapannya agar konservasi hewan-hewan ini dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, kepunahan dapat dicegah dan populasi pun makin bertambah.

Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "7 Hewan dengan Populasi di Bawah 100, Mendekati Kepunahan" ditulis oleh Mikhaangelo Fabialdi Nurhapy

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved