Bukti Kehidupan Lampau, 7 Hewan Purba yang Masih Hidup di Indonesia

Menakjubkan!

Bukti Kehidupan Lampau, 7 Hewan Purba yang Masih Hidup di Indonesia

Indonesia terkenal akan stempat dengan keanekaragaman hewan yang tinggi. Diperkirakan ada sekitar 2.215 spesies hewan dan 8.000 spesies tumbuhan yang sudah teridentifikasi, tersebar dari Sabang sampai Merauke. Jumlah ini menempatkan Indonesia sebagai 3 besar negara di dunia dengan Brazil dan Zaire yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi.

Yang menarik ialah dari ribuan spesies hewan tersebut ada beberapa hewan purba yang telah ada sejak jutaan tahun yang lalu. Beberapa di antaranya tidak mengalami perubahan signifikan. Penasaran, bukan, apa saja hewan tersebut? Mari disimak daftar hewan purba yang hidup di Indonesia.

1. Belangkas (Horseshoe crab)

Bukti Kehidupan Lampau, 7 Hewan Purba yang Masih Hidup di Indonesia

Belangkas atau Horseshoe Crab dijuluki sebagai living fossil karena morfologinya yang tidak berubah sejak jutaan tahun yang lalu. Hewan ini diperkirakan telah hidup sejak 400 juta tahun yang lalu, lebih tua dibandingkan dinosaurus.

Ada tiga jenis spesies belangkas yang hidup di perairan Indonesia, yaitu Tachypleus tridentatus, Tachypleus gigas, dan Carcinoscorpius rotundicauda. Ketiga spesies ini disebut juga dengan Asian horseshoe crab. Selain ketiga spesies ini, ada satu spesies lagi, yaitu Limulus polyphemus yang hidup di perairan Amerika Utara, dijuluki juga dengan Atlantic horseshoe crab.

2. Komodo

Hewan bernama Latin Varanus komodoensis ini dijuluki sebagai kadal terbesar di dunia. Komodo saat ini hanya hidup di Indonesia, tepatnya di wilayah Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur. Hewan ini diperkirakan telah ada sejak 30 juta tahun yang lalu.

Yang menarik dari komodo adalah komodo diketahui memiliki kelenjar bisa. Bisanya akan diekskresikan saat komodo mengigit mangsanya. Bisa tersebut dapat menyebabkan darah tidak bisa menggumpal dan menyebabkan kematian pada mangsanya.

3. Ikan Raja Laut (Coelecanth)

Ikan yang bernama lain Coelecanth ini dulunya dinyatakan telah punah sejak 70 juta tahun yang lalu karena tidak pernah ditemukan lagi. Akan tetapi, pada 1938, Coelecanth ditemukan kembali di Mozambik dan Pulau Komoro, serta diberi nama Latimeria chalumnae. Baru tahun 1998, ikan purba ini ditemukan di Indonesia, tepatnya di wilayah pulau Manado Tua dan diberi nama Latimeria menadoensis.

Di Indonesia, Coelecanth memiliki nama lokal ikan raja laut. Penampilan ikan ini berbeda dengan ikan lainnya karena memiliki tujuh sirip dan siripnya memiliki daging. Coelecanth disebut juga dengan living fossil atau fosil hidup karena tidak berubah sejak 400 juta tahun yang lalu.

4. Penyu Belimbing

Penyu belimbing dijuluki sebagai penyu terbesar di dunia. Panjang tubuhnya berkisar antara satu setengah hingga dua meter dan beratnya dapat mencapai 900 kg. Hewan ini telah ada sejak 100 juta tahun silam atau semasa dengan kehidupan dinosaurus.

Hewan yang bernama Latin Dermochelys coricae ini memiliki morfologi yang berbeda dengan penyu lainnya. Penyu belimbing tidak memiliki karapas yang keras, tetapi karapas lunak yang berbentuk seperti buah belimbing. Di Indonesia, penyu belimbing dapat dijumpai di perairan Sumatera dan selatan Jawa, serta bagian timur Indonesia.

Populasi penyu belimbing saat ini terbilang langka. Menurut IUCN, hewan ini termasuk ke golongan sangat terancam punah atau Critically Endangered (CR). Selain itu, penyu belimbing juga termasuk hewan yang dilindungi di Indonesia.

5. Biawak Tak Bertelinga

Biawak tak bertelinga merupakan hewan endemik di wilayah Kalimantan. Hewan ini ditemukan pertama kali pada tahun 1877 di daerah Sarawak, Malaysia. Hewan bernama Latin Lanthanotus borneensis ini dapat dapat dijumpai di daerah Sarawak (Malaysia) dan Kalimantan Barat.

Hewan yang dikenal juga dengan nama biawak Borneo ini termasuk living fossil atau fosil hidup karena masih bertahan walaupun hewan yang "seumurannya" telah banyak yang punah. Hewan ini termasuk famili Lanthanotidae. Ciri yang mudah dilihat dari biawak tak bertelinga ialah kulit luarnya yang memiliki gerigi-gerigi yang tersusun secara teratur membentuk garis, serta warna kulitnya yang berwarna coklat tua (bagian atas) dan coklat muda (bagian perut).

Habitatnya yang mulai tergusur karena alih fungsi lahan menjadi ancaman bagi populasi biawak tak bertelinga. Selain itu, penjualan illegal dan penyelundupan menambah ancaman bagi hewan ini. Padahal, hewan ini termasuk hewan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.

6. Trenggiling

Trenggiling di Indonesia memiiliki nama Latin Manis javanica. Hewan ini termasuk ke dalam ordo Pholidota. Hewan ini diketahui termasuk hewan purba karena fosilnya sudah ditemukan pada masa Oligosen dan Miosen, atau kira-kira 30 juta tahun yang lalu. Di Indonesia populasinya menyebar di wilayah Sumatera, Bangka, Jawa, Kalimantan, hingga Bali.

Trenggiling dikenal karena memiliki sisik yang menutupi seluruh tubuhnya. Sisik tersebut terbuat dari keratin, zat yang juga menyusun rambut dan kuku manusia. Trenggiling memiliki kebiasan unik, yaitu menggulung tubuhnya menjadi seperti bola saat merasa terancam.

Trenggiling merupakan hewan yang paling banyak diperjualbelikan secara ilegal. Hewan ini diburu untuk diambil sisik dan dagingnya yang diyakini dapat dimanfaatkan sebagai obat. Perdagangan ilegal ini tentunya menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup trenggiling.

7. Buaya Muara

Reptil yang satu ini merupakan salah satu buaya terbesar di dunia. Hewan yang bernam Latin Crocodylus porosus ini disebut juga dengan buaya air asin. Hewan ini diketahui berkerabat dekat dengan nenek moyang buaya, Crocodile saurus.

Buaya muara dikenal sebagai hewan yang agresif. Hewan ini dikenal dapat memangsa hewan-hewan yang berukuran besar seperti babi hutan, monyet, dan bahkan manusia. Di Indonesia, buaya muara termasuk hewan yang dilindungi karena statusnya yang terancam akibat perburuan liar untuk diambil kulitnya.

Hewan-hewan purba di atas termasuk hewan yang terancam keberlangsungan hidupnya. Perburuan liar serta kehilangan habitat akibat ekspansi lahan menjadi beberapa penyebab menurunnya populasi hewan tersebut. Semoga anak cucu kita masih dapat melihat hewan-hewan tersebut di masa yang akan mendatang, ya.

Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "Menakjubkan, 7 Hewan Purba yang Masih Hidup di Indonesia" ditulis oleh Gilang Rama W.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved