Untuk kamu pecinta film, pasti film produksi Hollywood menjadi salah satu film favorit yang wajib kamu tonton secara rutin. Kehidupan modern dengan tata kota khas negara maju memang menjadi tontonan yang nggak pernah ngebosenin.
Namun, seiring banyaknya film yang rilis dengan beragam kisah dan latar lokasi yang diangkat, kehidupan dan budaya Asia mulai dilirik oleh produser film. Kebudayaan Asia yang sangat ketimuran dan berbeda dengan latar budaya Barat yang biasa diangkat di layar lebar Hollywood menjadi daya tarik tersendiri.
Selama dua puluh tahun terakhir, tercatat cukup banyak film yang mengangkat budaya Asia yang rilis di Hollywood. Popbela telah merangkum delapan film Hollywood yang mengangkat budaya Asia. Apa saja?
1. Okja
Film Okja besutan Netflix Original Film ini mengangkat kisah Mija yang diperankan aktris Korea Selatan Ahn Seo-hyun yang sangat menyayangi babi peliharaannya yang ia beri nama Okja. Sayangnya Okja secara utuh dimiliki oleh perusahaan milik Lucy Mirando yang diperankan aktris Hollywood, Tilda Swinton. Okja yang digolongkan sebagai super pig ini adalah generasi babi yang tumbuh paling sehat dan dibesarkan di pedalaman Korea Selatan. Film ini pun menggambarkan kalau kegigihan Mija seorang anak desa tak kalah berani berjuang menyelamatkan nyawa Okja untuk dijadikan bahan makanan oleh perusahaan Lucy Mirando. Berkat keberaniannya melawan dan tak terima suapan dari perusahaan negeri Barat, membuat aktivis pencinta hewan (salah satu aktivis diperankan oleh Lily Collins-red) juga ikut membantunya.
Sisi pemberontak dalam jiwa Mija memang mendominasi dalam film ini, apalagi film ini tetap menggunakan bahasa Korea dan perbedaannya begitu kontras ketika Korea Selatan disorot sebagai negara yang rindang, sementara negeri Barat yang telah dipenuhi gedung pencakar langit. Dalam film ini, sutradara Bong Joon-ho berhasil mengangkat Korea Selatan dari sisi yang lain, seperti peternakan, rumah di pinggir hutan dan pakaian tradisional yang digunakan pemeran utamanya, sampai-sampai Tilda Swinton saja mengenakan pakaian tradisional Korea. Film yang rilis tahun 2017 ini ikut berkompetisi di Cannes Film Festival pada 2017 lalu lho!
2. The Great Wall
Mengambil setting di zaman pemerintahan Kaisar Renzong, The Great Wall mengisahkan sejarah Tembok China yang mungkin belum diketahui oleh orang banyak. Kemunculan film karya Zhang Yimou ini mengisahkan mitos yang dipercayai warga Tiongkok mengenai fungsi Tembok China sebagai benteng untuk menghalang monster buas dari luar tembok. Yap, pertarungan manusia melawan monster menjadi cerita utamanya. Tak cuma itu saja, dalam film kolosal yang kental dengan pertarungan a la mandarin ini juga menyoroti komandan perang perempuan bernama Lin Mae yang diperankan oleh Jing Tian. Tangguhnya perempuan Asia di film ini cukup menonjol karena justru Lin Mae lah yang berhasil menawan William si tentara bayaran Eropa yang tengah mencari 'bubuk hitam' yang diperankan Matt Damon. Film ini pun menyuguhkan kebudayaan China kuno dengan kuil-kuil berukuran besar dan pakaian prajurit khas China kuno.
Hebatnya, film ini tak hanya dirilis di China pada 16 Desember 2016, tetapi film yang diperankan oleh Matt Damon ini juga dinikmati warga Amerika pada 17 Februari 2017 lalu. Film kolosal yang dibintangi aktor Matt Damon ini memang bukanlah satu-satunya film yang memberi pesan akulturasi budaya (Budaya Barat dan Asia), dulu kita juga sudah menikmati film yang serupa seperti The Last Samurai yang diperankan oleh Tom Cruise pada 2003 lalu. Moral cerita film The Great Wall ini ialah keserakahan manusia yang tak ada tandingannya.
3. Crazy Rich Asian
Film yang akan dirilis pada 15 Agustus 2018 di Amerika Serikat ini disebut-sebut akan merepresentasikan kehidupan masyarakat kelas atas di Asia dan menjadi gebrakan baru di perfilman Hollywood. Crazy Rich Asian mengisahkan tentang seorang perempuan Asia yang tinggal di Amerika bernama Rachel Chu. Rachel dengan senang hati menemani pacarnya, Nick menghadiri pernikahan sahabatnya di Singapura, kampung halaman Nick. Betapa terkejutnya Rachel saat tahu kalau Nick adalah anak dari orang terkaya di Singapura. Dengan kesederhanaan yang selalu ditampilkan Nick, Rachel bahkan sama sekali nggak tahu kalau Nick menjadi salah satu pria yang paling diperebutkan di negara sang kekasih. Masalah semakin bertambah kompleks ketika Rachel harus menemui ibu Nick yang sangat tidak menyukainya dan memandangnya sebelah mata karena dianggap tidak setara dengan Nick maupun keluarganya.
Crazy Rich Asian memang bisa dibilang sebagai salah satu film dengan sudut pandang baru yang melihat Asia dari sisi lain. Asia Tenggara termasuk negara dunia ketiga memang acapkali dipandang sebagai negara yang tengah berkembang dan masih memegang teguh budaya tradisional. Seolah ingin mematahkan stereotip tersebut, film produksi Warner Bros ini justru mengangkat kisah kaum borjuis nan modern yang jarang diangkat dalam layar lebar. Film yang dibintangi oleh Constance Wu dan Henry Golding ini bukan hanya berlatar lokasi di Singapura, tetapi juga menghadirkan seluruh representasi orang Asia, mulai dari China, India, hingga Melayu. Hal ini juga menjadi kali pertama Warner Bros memproduksi film dengan dibintangi banyak orang Asia.
4. Lion
Mengharukan, sedih, dan sesekali tersenyum simpul, itulah yang kita rasakan saat menonton film Lion. Film yang diangkat dari kisah nyata yang dibukukan dengan judul A Long Way Home ini mengisahkan tentang pencarian jalan pulang seorang laki-laki yang telah terpisah puluhan tahun dari orang tua kandungnya. Saroo Brierly, adalah seorang anak laki-laki miskin yang tinggal bersama ibu dan dua saudara kandungnya. Suatu hari, Saroo mengikuti kakaknya, Guddu untuk bekerja. Karena kelelahan, Saroo tertidur di peron stasiun dan Guddu meninggalkannya untuk kembali lagi setelah pekerjaannya selesai. Sayangnya, Saroo malah naik kereta api yang membawanya semakin jauh dari rumah. Saroo akhirnya tinggal di sebuah panti asuhan sampai ia diadopsi oleh keluarga di Australia hingga dewasa.
Bukan hanya ingin menampilkan perbandingan kehidupan miskin di India dengan kehidupan serba modern di Australia, film yang dibintangi oleh Dev Patel dan Nicole Kidman ini juga dibuat sebagai kritik sosial. Secara gamblang, dalam film kita akan disuguhkan bagaimana perdagangan manusia dan eksploitasi anak-anak masih terjadi di negara dunia ketiga, seperti India. Selain itu, film yang berhasil meraup keuntungan sebesar $140 juta ini juga menampilkan keindahan alam padang tundra khas Ganesh Talai, di distrik Khandwa, India. Budaya Asia Tengah sangat terasa dalam film ini karena Lion menggunakan tiga bahasa dalam dialognya, yakni Hindi, Bengali, dan Bahasa Inggris.
Satu lagi film keren yang dibintangi oleh Shah Rukh Khan. My Name Is Khan, berkisah tentang seorang laki-laki bernama Rizwan Khan, penderita sindrom asperger yang hijrah ke Amerika Serikat untuk menemui adik kandungnya setelah ibunya meninggal dunia. Di sana, Khan bertemu dan jatuh cinta dengan seorang perempuan bernama Mandira, single parent yang bekerja di salon. Khan akhirnya menikahi Mandira beserta putra tunggalnya. Tidak lama setelah pernikahannya, insiden teroris yang menghancurkan menara kembar di Amerika Serikat terjadi. Kejadian yang dikenal dengan peristiwa 9/11 itu menuduh umat muslimlah dalang di balik semuanya. Akibatnya, mereka yang beragam muslim di Amerika Serikat mendapat perlakuan diskriminatif, termasuk anak tiri Khan yang menjadi korban perundungan hingga meninggal dunia. Mengetahui hal ini, Mandira merasa menyesal telah menikahi Khan yang membuatnya kehilangan anak satu-satunya.
Meski nggak semua orang pernah mengalami apa yang dirasakan oleh Khan, sebagai orang Asia yang beragama Muslim memang seringkali dianggap sebelah mata dan dituduh teroris di negeri Barat karena berjangkitnya islamophobia. Film yang rilis di tahun 2010 ini patut diacungi jempol untuk usahanya membuat dunia mau melihat kaum Muslim dari sudut pandang yang lebih positif. My Name Is Khan bukan hanya dirilis di negara-negara Asia, tetapi juga di seluruh dengan sambutan yang baik. Meski target film ini adalah pasar Hollywood, film besutan sutradara Karan Johar ini nggak melupakan ciri khas film Bollywood, yakni banyaknya tarian dan lagu-lagu di sela-sela jalan ceritanya.
6. PK
Film selanjutnya yang mengangkat budaya Asia adalah PK. Film yang dibintangi oleh Aamir Khan ini berkisah tentang seorang alien bernama PK yang turun ke bumi untuk belajar. Dalam perjalanannya, ia kehilangan kalung ajaibnya. Dengan adanya kalung tersebut PK dapat memanggil kembali pesawat ruang angkasanya, tanpa kalung, ia tidak akan bisa pulang. Ia pun mencari kalung tersebut dengan bertanya kepada orang sekitar. Bukannya menemukan titik terang, orang-orang hanya memberikan satu jawaban yang klise "hanya Tuhan yang tahu". Dari situ, dimulailah pencarian Tuhan oleh PK. Ia pun masuk ke berbagai rumah ibadah untuk bertemu Tuhan agar kalungnya kembali. Dalam pencariannya, PK bertemu Jagat Janani, seorang perempuan yang patah hati lantaran nggak bisa menikah dengan kekasihnya karena berbeda agama.
PK merupakan film dengan dua jalan cerita yang cukup kompleks. Namun, dari ceritanya yang rumit, penonton disuguhkan bagaimana India adalah negara yang sangat religius dengan keberagaman agama di sekitarnya. Bukan hanya di India sebetulnya, banyak negara di kawasan Asia yang juga hidup damai dengan keberagaman agamanya. Film yang rilis pada 19 Desember 2014 ini bukan hanya sukses di India tetapi juga di dunia. Bahkan saking suksesnya, PK sampai mengantongi keuntungan bersih hingga $140 juta.
7. A Taxi Driver
A Taxi Driver menceritakan seorang pengemudi taksi, yang diperankan oleh aktor Korea Selatan bernama Song, yang mau mengantarkan seorang jurnalis Jerman ke daerah konflik di Korea Selatan. Film besutan sutradara Jang Hoon ini merupakan film yang mengangkat sejarah Pemberontakan Gwangju yang terjadi pada Mei 1980 dari sudut pandang seorang warga sipil. Meski penuh bahaya dan tentu mengancam keselamatan jiwanya, Song dengan berani tetap mengantarkan sang penumpang ke lokasi yang dituju karena merasa bahwa penumpang tersebut sudah menjadi tanggung jawabnya. Berkat Song juga, jurnalis asal Jerman itu berhasil meliput dan mengungkap kejadian sebenarnya di balik pemberontakan warga Korea tersebut.
Bukan hanya memberikan tontonan yang menghibur dan penuh dengan lelucon segar, ATaxi Driver juga memberikan gambaran bagaimana konflik Pemberontakan Gwangju bisa terjadi pada tahun 1980 silam. Tanpa kesan menggurui, film ini menceritakan sejarah dengan cara yang mudah dipahami bagi orang-orang di luar Korea Selatan. Kesan Asia di tahun 80-an juga sangat terasa dalam film ini, mulai dari latar lokasinya yang masih banyak hutan dan pepohonan, hingga bahasa serta logat yang digunakan sangat mencerminkan sang tokoh, si supir taksi yang polos dan spontan. Meski film ini diboikot penayangannya di China karena dianggap menyudutkan pihaknya, namun A Taxi Driver berhasil menyabet lebih dari dua puluh penghargaan di dunia lho! Salah satunya sebagai Best Film 2017 versi Grand Bell Awards.
Marvel juga pernah membuat film dengan mengangkat kehidupan dan budaya Asia, khususnya di daerah Kathmandu, Nepal. Doctor Strange, bercerita tentang seorang dokter ahli bedah terkenal bernama Stephen Strange. Dalam pekerjaannya, Strange membutuhkan tangannya yang menurut dirinya sendiri tangannya adalah tangan bedah terbaik di dunia karena bisa membedah pasien dengan tepat dan akurat tanpa melenceng sedikit pun. Sayangnya, sebuah kecelakaan tragis merenggut keahlian Strange. Tangannya tak lagi dapat memegang pisau bedah dengan tepat hingga membuatnya kehilangan pekerjaan sebagai spesialis bedah. Di tengah keputus asaannya, Strange akhirnya berkunjung ke Kathmandu, Nepal di mana ia bisa mendapatkan penyembuhan alternatif untuk menyembuhkannya tanpa harus melewati proses operasi yang lama dan menghabiskan banyak biaya.
Dalam film produksi Marvel ini kita akan disajikan dengan pemandangan kuil serta biksu-biksu yang memang banyak ditemukan di Nepal. Pengobatan alternatif dengan metode kepercayaan juga memang banyak dilakukan di negara-negara Asia tersebut. Film yang dibintangi oleh Benedict Cumberbatch dan Tilda Swinton ini bukan saja mengambil lokasi di Asia sehingga menjadikannya sebagai film Marvel dengan representasi Asia pertama, tetapi juga memperlihatkan bagaimana metode pengobatan alternatif yang seringkali digunakan oleh orang Asia itu sendiri dalam proses penyembuhannya. Hal ini tentu menjadi hal yang sangat awam bagi negara-negara Barat di mana mereka hanya mempercayai ilmu pengetahuan dan dokter dalam hal menangani kesehatan.
Melihat deretan film tersebut, kekayaan budaya Asia juga cocok diangkat ke layar lebar. Asia memiliki budaya kekeluargaan yang kental, keberagaman agama, hingga sejarahnya bisa memberikan angin segar di perfilman Hollywood. Semoga ke depannya, akan ada banyak lagi film yang mengangkat budaya Asia agar dunia bisa lebih mengenal lagi tentang negara-negara berkembang ini.