Abigail Limuria, seorang kreator konten sekaligus aktivis sosial, kini didapuk menjadi ambasador untuk Alternativa Film Festival. Festival ini dikenal karena tidak hanya menampilkan film berkualitas, tapi juga mengangkat isu-isu sosial yang relevan di berbagai belahan dunia. Lewat perannya sebagai ambasador, Abigail membawa semangat baru dalam mempromosikan festival ini ke audiens Indonesia.
POPBELA berhasil mengulik berbagai cerita menarik dari Abigail seputar perannya, pengalaman menonton film, dan harapannya untuk para sineas muda. Yuk, simak lima fakta menarik dari interview spesial bersama Abigail Limuria berikut ini!
Menjadi ambasador Alternativa Film Festival yang unik
Peran Abigail sebagai ambasador Alternativa Film Festival ternyata dimulai dengan proses pemilihan yang matang. Festival ini tidak hanya mencari film yang bagus dari segi teknis, tetapi juga film yang memiliki social impact kuat.
Menariknya, posisi ambasador ini tidak diwajibkan untuk diisi oleh sutradara atau sineas ternama. Abigail merasa dirinya cocok karena ia sudah lama aktif menggunakan media sosial untuk menyuarakan isu-isu sosial dan politik. Dengan pengalamannya di media, Abigail siap menghubungkan festival ini agar lebih mudah diterima oleh audiens Indonesia.
Sebagai ambasador, Abigail memiliki beberapa tanggung jawab penting. Selain memperkenalkan festival ini melalui platform digital, ia juga membantu dalam sesi interview ketika diperlukan penerjemah bahasa Inggris. Hal ini menjadi sangat krusial karena festival ini berskala internasional dengan partisipasi dari berbagai negara.
Abigail juga merasa tertantang untuk mendekatkan festival ini kepada masyarakat Indonesia yang mungkin masih asing dengan konsep film impactful. Dengan latar belakang pendidikan film yang ia miliki, meski tidak terlalu intens, Abigail merasa semakin nyambung dengan festival ini.
"Jadi mereka memang mencari ambasadornya tuh nggak harus yang direktur film atau yang sineas banget. Tapi mereka juga pengen nyari tuh yang ada di impact-nya gitu. Nah kebetulan, mereka ada beberapa kandidat terus akhirnya milih aku gitu dan menurut aku sih, aku cocok karena punya visi dan misi yang sama dengan Alternativa," jelas Abigail.
Pengalaman menonton film dengan tema yang berat, tapi inspiratif
Abigail menonton empat film dalam seleksi final Alternativa Film Festival dan mengaku kagum dengan topik-topik yang diangkat. Salah satunya adalah Birds of a Feather dari India, yang mengangkat kisah anak albino dalam keluarga disfungsional.
Film ini berbicara tentang kemiskinan sistemik, bullying, dan coping mechanism lewat humor seorang anak kecil. Abigail menyebut film ini sangat unik karena isu berat tersebut ditampilkan melalui lensa anak-anak yang polos. Hal ini membuat pesan film tetap terasa mendalam, namun tidak membebani penonton dengan kesedihan berlebihan.
Dari empat film yang ditonton, Abigail paling terkesan dengan Women from Rote Island karya sineas Indonesia. Bukan karena bias, tetapi film ini dinilainya sangat well-made dan berhasil mengangkat isu perempuan secara frontal, namun tetap memberikan harapan. Abigail menyukai bagaimana film ini tidak hanya menyedihkan, tetapi juga memiliki akhir yang empowering.
"Harusnya orang Indonesia juga banyak yang udah nonton ya. Film ini menurut aku sangat well-made dan mengangkat isu yang berat banget. Saat nonton ini, kamu akan merasa depresi gitu, tapi somehow ending-nya tuh dia bisa bikin empowering juga," kata Abigail.
Memperkenalkan Alternativa Film Festival ke publik Indonesia
Sebagai ambasador, Abigail fokus pada upayanya membawa pesan Alternativa Film Festival lebih dekat ke publik Indonesia. Menurutnya, tugas utamanya bukan mempromosikan Indonesia kepada dunia, karena faktanya festival ini sudah memilih Yogyakarta sebagai lokasi penyelenggaraan.
Ia merasa justru film-film Indonesia yang masuk seleksi menjadi cara terbaik untuk mengenalkan sisi Indonesia yang mungkin belum banyak diketahui oleh dunia. Abigail bangga karena lima film Indonesia berhasil masuk ke dalam seleksi tahun ini, menunjukkan kualitas sineas lokal yang semakin diakui secara internasional.
Selain itu, Abigail juga menyadari pentingnya menjembatani festival internasional ini dengan audiens lokal. Banyak dari panitia yang berasal dari luar negeri, sehingga Abigail membantu memastikan pesan dari festival ini dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat Indonesia.
Baginya, kehadiran festival semacam ini penting karena bisa memberikan panggung bagi film-film independen yang membawa isu-isu signifikan. Abigail optimis, festival ini akan membuka mata publik tentang berbagai isu sosial yang selama ini mungkin tidak mendapat perhatian yang layak.
Film favorit Abigail yang menurutnya memiliki dampak sosial besar
Ketika ditanya tentang film yang paling berkesan dalam hidupnya, Abigail menyebut beberapa judul klasik dan kuat. Salah satunya adalah Three Idiots, film komedi-drama India yang terkenal dengan pesan inspiratif tentang pendidikan dan passion. Menurut Abigail, film ini berdampak positif dan memberikan banyak pelajaran hidup.
Sebaliknya, ia juga sempat menyebut film Oldboy sebagai film yang "berimpact in a bad way" karena alurnya yang mengejutkan dan traumatis. Meski begitu, Abigail tetap mengapresiasi kualitas film tersebut sebagai karya yang well-made dan sulit ditebak.
Film lain yang juga ia sukai adalah Life of Pi, adaptasi dari novel terkenal yang ia baca sebelum menonton filmnya. Abigail menyukai bagaimana visual dan cerita dalam Life of Pi mampu memberikan pengalaman sinematik yang berkesan.
Film-film seperti ini, menurut Abigail, memiliki kekuatan dalam menyampaikan pesan secara visual tanpa terasa menggurui. Dari sini, ia menegaskan bahwa film adalah medium efektif untuk memahami isu-isu kompleks dengan cara yang lebih menarik dan personal.
Harapan Abigail untuk Sineas Muda dan Alternativa Film Festival
Sebagai ambasador, Abigail memiliki harapan besar bagi para sineas muda dan perkembangan industri film. Ia berharap Alternativa Film Festival bisa menjadi platform bagi film-film independen yang biasanya sulit mendapatkan perhatian.
Menurutnya, festival ini mampu memberikan panggung bagi karya yang memiliki pesan penting dan relevan, namun belum mendapat tempat di industri film mainstream. Abigail percaya bahwa film adalah media yang ampuh untuk membicarakan isu-isu sosial yang sulit dibahas secara langsung.
Selain itu, Abigail berharap festival ini bisa memotivasi sineas muda untuk terus berkarya dan berani mengangkat isu-isu penting dalam karya mereka. Ia menegaskan bahwa film yang bagus tidak selalu tentang hiburan, tetapi juga tentang bagaimana sebuah cerita bisa membawa perubahan dan inspirasi. Dengan semakin banyaknya festival seperti ini, Abigail optimis lebih banyak karya berkualitas akan muncul dan membuka wawasan penonton.