BeautyFest Asia 2018 by Popbela.com tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Selain menghadirkan beauty influencer, ada juga sosok inspiring figure yang hadir untuk berbagi tentang pengalamannya di bidang masing-masing.
Membuka BeautyFest Asia 2018 hari kedua, Putri Maisani berhasil menginspirasi penonton dengan kisahnya. Popbela.com sempat ngobrol-ngobol seru bareng Putri. Penasaran apa saja yang diobrolin Popbela.com dengan Putri? Baca selengkapnya yuk!
1. Putri apa kesibukan kamu saat ini?
Sekarang lagi sibuk melanjutkan kuliah. Kalau Duta UNJ itu aku sudah selesai masa baktinya di tahun 2017. Jadi sekarang lagi fokus di akademik perkuliahan. Selain itu juga aku aku berkontribusi di Volunteerism Teaching Indonesian Childern (VTIC). Kebetulan aku bergabung menjadi pengurus inti di yayasan dan sedang mempersiapkan keberangkatan teman-teman 57 mahasiswa dari seluruh Indonesia yang nanti akan mengabdi di Malaysia.
2. Duta UNJ itu apa?
Duta UNJ itu adalah representasi mahasiswa Universitas Negeri Jakarta untuk membawa citra positif kampus baik di internal maupun eksternal. Jadi kami bertugas untuk mempromosikan kampus dalam acara Edu Fair dan sebagainya. Selain itu juga mendampingi rektorat dan jajarannya jika ada acara. Kemudian menemani jika ada tamu kampus baik dari dalam maupun luar kampus. Dan juga memberikan informasi seputar UNJ.
3. Bagaimana cara kamu mengatur waktu antara kuliah dan banyak kegiatan yang kamu jalani?
Alhamdulillah kalau masalah manajemen waktu sudah mulai terbiasa. Karena dari SMA sampai kuliah sekarang aku suka banget ikut banyak kegiatan. Karena bisa dapet banyak pengalaman, dapet teman baru, dan hal tersebut nggak bisa kita dapatkan di bangku kuliah. Selain kuliah kita juga harus kan menambah soft skill seperti itu. Untuk manajemen waktu aku menggunakan skala prioritas, mana yang aku dulukan. Mana yang harus diselesaikan lebih dulu, mana yang bisa dikerjakan nanti.
4. Kenapa memilih untuk ikut VTIC dan mengajar anak-anak TKI di Malaysia?
Kenapa memilih ikut? Karena aku cita-citaku memang ingin menjadi pengajar, makanya aku juga memilih kuliah di UNJ. Aku kuliah di jurusan pendidikan Bahasa Indonesia. Untuk kegiatan VTIC, ini adalah salah satu dari beberapa kegiatan yang aku jalani. Sebelumnya aku memang sudah ikut banyak kegiatan, seperti les privat dan homeschooling. Jadi memang passion aku di mengajar. Untuk ikut VTIC, peluang aku untuk mengajar juga menjadi lebih besar. Aku juga tertarik dan ingin tahu bagaimana sih keadaan anak-anak di sana. Selama ini kan aku hanya tahu keadaan siswa itu di dalam negeri saja. Ya seperti panggilan hati gitu.
5. Bagaimana perasaan kamu saat tahu keadaan anak-anak di sana?
Sedih banget. Bagaimana ya, banyak juga yang bertanya untuk apa aku harus mengajar jauh-jauh ke sana, padahal di Indonesia juga banyak anak-anak yang butuh perhatian. Dan ternyata belum banyak yang tahu bagaimana keadaan anak-anak TKI di sana. Mereka itu di sana, di Malaysia, bersekolah di sekolah nonformal. Bukan sekolah formal, jadi hanya penyetaraan paket seperti itu. Sekolah-sekolah itu di bawah perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang bekerja sama dengan KBRI. Petinggi-petinggi di perusahaan itu adalah orang Malaysia, sementara orang Indonesia hanya sebagai pekerja kasarnya. Di sana hanya ada dua sekolah. Kondisinya mirip dengan sekolah Laskar Pelangi yang berbentuk rumah panggung gitu. Setiap sekolah hanya punya dua kelas yang isinya mulai dari TK sampai SMP. Kalau aku dapet kelas rendah, yakni anak-anak usia TK hingga kelas 3 SD. Itu benar-benar tantangan buat aku. Aku belajar bagaimana manajemen kelas dengan baik. Di kelas aku ngurusin yang ini untuk belajar baca, tapi di sana ada yang nangis. Tantangan banget deh. Sementara di sana masih kurang sekali dari segi SDM-nya. Jumlah guru yang nggak banyak dan fasilitasnya juga belum maksimal. Tapi akhir-akhir ini pemerintah Malaysia bekerja sama dengan KBRI dan KJRI sudah men-support supaya anak-anak dari pekerja ini tetap mendapat pendidikan yang baik.
6. Apa harapan kamu terhadap anak-anak TKI tersebut?
Aku berharap mereka nggak memutus mimpinya untuk melanjutkan pendidikan. Karena aku tahu mereka punya peluang dan kesempatan tetapi mereka memiliki keterbatasan. Jadi, tetap semangat dan harus membuktikan kepada orang tua, bahwa pendidikan bisa mengantarkan mereka ke kehidupan yang lebih baik.