Bela, apakah kamu adalah sosok yang selalu curiga terhadap orang lain? Atau kamu tidak pernah mempercayai pasanganmu jika kalian sedang tidak bersama?
Jika kamu merasakan hal ini, kemungkinan besar kamu mengalami trust issue atau krisis kepercayaan. Hal ini mungkin bagi sebagian orang menjadi hal yang biasa. Padahal jika dibiarkan, krisis kepercayaan ini akan mengganggu kesehatan mentalmu, lho.
Melalui artikel ini, Salma Ghina Sakinah Safari, seorang Clinical Psychologist Candidate dari Universitas Indonesia akan menjelaskan secara detail mengenai pengertian dari apa itu trust issue, penyebabnya, hingga cara mengatasinya. Simak artikelnya berikut ini, ya.
Pengertian rasa percaya atau trust
Sebelum membahas lebih jauh tentang krisis kepercayaan atau trust issue, lebih dulu kita akan membahas tentang kepercayaan. Menurut Salma, mengutip dari penelitian psikologi yang dilakukan oleh Erikson (1950), Rotter (1967) dan Wrightsman (1974), trust atau rasa percaya merupakan dasar yang esensial dalam perkembangan terhadap hubungan personal dalam bentuk apapun. Selain itu, perkembangan rasa percaya juga merupakan komponen yang penting dalam penyesuaian diri dan kepribadian yang sehat, atau disebut juga dengan healthy personality.
Masalah rasa percaya ini terbentuk tidak begitu saja, Bela. Apa yang kita alami sejak kecil, sangat berpengaruh terhadap rasa percaya kita terhadap orang lain. Erikson (1963) dalam penelitiannya menyebutkan, rasa percaya yang tertanam pada diri kita terbentuk secara optimal di usia 0-18 bulan. Di usia tersebut, rasa percaya yang kita miliki terbentuk berdasarkan pola asuh yang kita terima.
Trust atau lebih dikenal dengan istilah basic trust dapat tercapai apabila bayi mendapatkan kehangatan atau pengasuhan dari caregiver atau pengasuhnya. Sebaliknya, apabila bayi kurang kehangatan atau diabaikan, maka ia akan mengembangkan basic mistrust. Bayi yang berhasil mencapai basic trust akan mengembangkan pola kelekatan yang aman atau secure attachment, yang mana pola tersebut akan ia terus bawa hingga dewasa.
Pola kelekatan atau attachment style itu sendiri adalah cara spesifik yang dimiliki individu ketika menjalin relasi dengan orang lain. Pola kelekatan atau attachment dan trust merupakan dua hal yang berkaitan satu sama lain. Semakin tinggi level kepercayaan yang dimiliki oleh individu, semakin aman pula pola kelekatannya atau semakin secure attachment-nya.
Menurut Ainsworth dan Bowlby (1950), attachment style dibentuk dan dikembangkan pada masa awal anak-anak berdasar pada hubungan yang dimiliki individu dengan pengasuhnya. Jadi, memang attachment style kita hari ini merupakan cermin dari dinamika yang kita miliki dengan orangtua atau pengasuh kita, saat balita dan anak-anak.
Munculnya krisis kepercayaan
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, munculnya krisis kepercayaan dapat disebabkan oleh pola asuh yang kurang hangat atau cenderung diabaikan. Namun, krisis kepercayaan ini dapat terus berkembang seiring dengan pengalaman yang kita dapatkan selama tumbuh dewasa.
Dalam perjalanan kehidupan, apa yang kita lihat, alami maupun pelajari, juga mempengaruhi rasa percaya kita hari ini, atau lebih dikenal dengan social learning theory. Beberapa hal yang dapat menghancurkan rasa percaya hingga menimbulkan krisis kepercayaan adalah sebagai berikut.
- Ketidaksetiaan mampu membawa kembali semua luka-luka yang ada dari masa kecil.
- Ketidakjujuran atau pengkhianatan terhadap rasa percaya dapat memberikan dampak yang lebih merusak dibandingkan dengan perselingkuhan itu sendiri pada suatu hubungan.
- Rasa percaya atau trust dapat juga dihancurkan melalui ketidakpedulian, kritik yang tidak konstruktif, penghinaan, dan perilaku penolakan yang dilakukan oleh pasangan, baik itu secara terang-terangan maupun terselubung.
- Selain itu, ketidakpercayaan, keraguan, dan kecurigaan secara kuat dipengaruhi oleh suara dalam diri kita.
- Proses berpikir yang destruktif merupakan bagian dari sistem pertahanan yang terbangun dari masa kecil; hal tersebut terdiri atas dialog internal yang bertentangan dengan minat kita dan sinis terhadap orang lain.
Dampak yang muncul jika mengalami krisis kepercayaan
Jika melihat kembali ke masa kini, krisis kepercayaan menjadi isu yang memang cukup banyak dialami oleh kita. Taraf krisis kepercayaan juga akan berbeda pada setiap orang, sehingga dampak yang dihasilkan pun akan berbeda pula.
Misalnya, ada yang jadi sulit berkomitmen, menjadi seorang people pleaser, hingga rela melakukan apa saja demi menjaga kepercayaan yang telah diberikan tidak diabaikan oleh orang lain.
Apabila hal ini semakin meningkat eskalasinya bisa jadi berdampak pula pada kesehatan mental, lho, Bela. Beberapa gangguan yang terlihat antara lain sebagai berikut.
- Menimbulkan stres pada diri kita
- Mengganggu peran dan fungsi sehari-hari
- Berpotensi menimbulkan kerugian baik bagi diri dan juga orang lain
Cara mengatasi krisis kepercayaan
Tentu, merasakan krisis kepercayaan sangat tidak nyaman. Kita akan selalu dibayang-bayangi rasa cemas yang sebenarnya tidak perlu. Nah, untuk mengatasinya, Salma memiliki empat cara, yaitu sebagai berikut.
1. Jujur dalam hal apapun
Cara mengatasi masalah ini, yang pertama adalah untuk selalu jujur dalam hal apapun. Sampaikan apa yang kita rasakan dan mengapa kita merasa demikian. Dengan berusaha selalu jujur menyampaikan pendapat, tentu kita berharap orang lain juga dapat berlaku sama, sehingga rasa percaya itu dapat terbangun secara perlahan.
2. Memiliki pendirian yang kuat
Memiliki pendirian yang kuat atau berintegritas menjadi salah satu cara lainnya untuk mengatasi masalah krisis kepercayaan ini. Dengan memegang teguh apa yang kita percaya dan selalu konsisten, rasa percaya perlahan akan terbangun dan menghilangkan krisis kepercayaan itu.
3. Mencoba memahami diri sendiri dan orang lain
Pahami diri sendiri, menjadi cara selanjutnya untuk menangani masalah krisis kepercayaan. Dengan memahami diri sendiri, kita akan mengetahui apa yang kita rasakan dan interaksi komunikasi yang kita butuhkan. Bukan hanya diri sendiri, pahami juga orang-orang di sekitar kita. Dengan saling memahami, rasa percaya perlahan akan tumbuh dengan sendirinya.
4. Jaga komunikasi sebaik mungkin
Terakhir, komunikasi menjadi kunci hubungan yang baik. Maka dari itu, agar kepercayaan tetap terjaga, bangun komunikasi yang baik dan intens dengan orang-orang di sekitar kita. Jangan berasumsi, tapi komunikasikan jika dirasa ada masalah yang mengganjal di hati.
Itulah tadi penjelasan singkat mengenai krisis kepercayaan. Semoga, bagi kita yang sedang mengalaminya, bisa segera menyelesaikan masalah tersebut, ya!