Bagi para penggemar film thriller atau horor, tentu kamu sudah familiar dengan istilah "psikopat". Biasanya ini digambarkan dengan seseorang yang misterius, berbahaya, cerdas dan manipulatif, tidak punya rasa kasihan, serta melakukan tindakan yang tak terduga.
Namun, apakah gambaran tersebut adalah definisi sebenarnya dari psikopat? Faktanya, masih banyak orang yang salah kaprah dengan istilah psikopat. Untuk lebih jelasnya, simak informasinya di bawah ini, ya!
1. Apa itu psikopat?
Istilah "psikopat" awalnya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang pandai menipu, manipulatif, dan tidak peduli. Itu akhirnya diubah menjadi "sosiopat" untuk mencakup fakta bahwa individu-individu ini merugikan masyarakat secara keseluruhan. Namun, selama bertahun-tahun, banyak peneliti kembali menggunakan kata "psikopat", mengutip Verywell Mind.
Penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa seorang psikopat kemungkinan akan didiagnosis dengan gangguan kepribadian antisosial atau antisocial personality disorder (ASPD), kondisi kesehatan mental yang lebih luas yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang secara kronis bertindak dan melanggar aturan.
Akan tetapi, hanya sejumlah kecil individu dengan gangguan kepribadian antisosial yang dianggap sebagai psikopat, menurut sebuah laporan yang diterbitkan dalam majalah Scientific American Mind tahun 2010.
Psikopat didefinisikan sebagai gangguan mental (antisosial) di mana seorang individu memanifestasikan perilaku amoral dan antisosial, menunjukkan kurangnya kemampuan untuk mencintai atau membangun hubungan pribadi yang bermakna, mengekspresikan egosentrisme yang ekstrem, serta menunjukkan kegagalan untuk belajar dari pengalaman dan perilaku lain yang terkait dengan kondisinya.
Perilaku psikopat sangat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Beberapa orang adalah pelanggar seks dan pembunuh, tetapi tak sedikit pula yang sukses menjadi pemimpin. Itu semua akan bergantung pada sifat mereka.
2. Gejala yang dirasakan seseorang jika mengalami psikopat
Psikopat bukanlah diagnosis resmi. Para ahli merujuk pada tanda-tanda yang dikategorikan sebagai ASPD. Dilansir Healthline, beberapa tanda dan gejala yang lebih spesifik.
Karena istilah psikopat bukanlah diagnosis resmi, para ahli merujuk pada tanda-tanda yang dijelaskan di bawah ASPD. Menurut Masand, beberapa tanda yang lebih umum yang perlu diperhatikan meliputi hal-hal berikut ini.
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab secara sosial.
- Mengabaikan atau melanggar hak orang lain.
- Tidak mampu membedakan antara yang benar dan yang salah.
- Kesulitan dalam menunjukkan penyesalan atau empati.
- Kecenderungan untuk sering berbohong.
- Memanipulasi dan menyakiti orang lain.
- Berulang kali bermasalah dengan hukum.
- Pengabaian umum terhadap keselamatan dan tanggung jawab.
- Perilaku lain yang mungkin merupakan tanda ASPD termasuk kecenderungan untuk mengambil risiko, perilaku sembrono, serta sering berbohong.
Seseorang yang menunjukkan perilaku tersebut mungkin juga tidak memiliki hubungan emosional yang mendalam, memiliki daya tarik yang dangkal tentang mereka, menjadi sangat agresif, dan kadang-kadang menjadi sangat marah.
Selain itu, orang dengan ASPD tidak peduli jika mereka telah menyakiti seseorang, impulsif dan kasar, serta tidak memiliki penyesalan. Dalam kasus ASPD, kasar tidak selalu berarti kekerasan.
Terdapat pula ciri-ciri tertentu yang berhubungan dengan ASPD, seperti berikut ini.
- Lebih banyak dialami laki-laki daripada perempuan.
- Secara teknis, untuk menerima diagnosis ASPD, seseorang harus berusia 18 tahun.
- Akan tetapi, beberapa orang akan menunjukkan tanda-tanda gangguan perilaku yang mungkin merupakan indikator awal ASPD sejak usia 11 tahun.
- Ini adalah kondisi kronis yang tampaknya membaik seiring bertambahnya usia.
- Tingkat kematian lebih tinggi pada orang dengan ASPD akibat perilaku mereka.
Perlu diperhatikan, ya, Bela, gejala di atas hanyalah gambaran umum saja. Jangan sampai kita melakukan diagnosa sendiri tanpa bantuan ahli dan tenaga profesional.
3. Penyebab dan faktor risiko
Penelitian awal tentang psikopati menunjukkan bahwa gangguan tersebut sering kali berasal dari masalah yang berkaitan dengan keterikatan orang tua-anak. Perampasan emosional, penolakan orang tua, dan kurangnya kasih sayang dianggap meningkatkan risiko seorang anak menjadi psikopat.
Studi telah menemukan hubungan antara penganiayaan, pelecehan, keterikatan yang tidak aman, dan seringnya perpisahan dari pengasuh. Beberapa peneliti percaya bahwa masalah masa kanak-kanak ini dapat menyebabkan sifat psikopat, seperti yang tertulis dalam jurnal Child Abuse & Neglect tahun 2015.
Akan tetapi, peneliti lain menemukan bahwa mungkin yang terjadi sebaliknya. Anak-anak dengan masalah perilaku yang serius mungkin berakhir dengan masalah keterikatan karena perilaku mereka. Perilaku buruk mereka mungkin mendorong orang dewasa menjauh dari mereka, menurut sebuah studi dalam Journal of Clinical Child & Adolescent Psychology tahun 2011.
Menurut sebuah penelitian dalam Psychological Assessment tahun 2014, kemungkinan sifat psikopat berasal dari beberapa faktor, seperti genetika, perubahan neurologis, pola asuh yang buruk, dan risiko kehamilan (seperti paparan racun dalam rahim).
4. Diagnosis
Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, seorang profesional kesehatan mental akan melakukan evaluasi kesehatan mental pasien secara menyeluruh, meliputi pikiran, perasaan, pola perilaku, dan hubungan sosial.
Mereka akan mengidentifikasi gejala yang ada dan membandingkannya dengan gejala ASPD. Selain kesehatan mental, kondisi fisik yang dibuktikan oleh riwayat medis juga dilibatkan dalam menentukan diagnosis.
Diagnosis ASPD harus menunggu hingga penderita berusia 18 tahun. Oleh karena itu, diagnosis pada remaja yang menunjukkan gejala serupa sering dievaluasi dan dikategorikan sebagai gangguan perilaku.
Saat menentukan apakah seorang anak memiliki gangguan tersebut, profesional kesehatan mental akan melihat bagaimana mereka bertindak di sekitar orang yang mereka kenal.
5. Psikopat dan kekerasan
Seperti yang banyak digambarkan di film atau serial, saat mendengar kata "psikopat", banyak orang yang membayangkan seorang pembunuh berantai. Sementara beberapa psikopat mungkin membunuh, tetapi kebanyakan tidak. Namun, bukan berarti mereka tidak berbahaya.
Sejumlah literatur menunjukkan bahwa psikopat mungkin lebih cenderung melakukan kekerasan daripada populasi umum. Akan tetapi, tidak semua psikopat kejam. Beberapa penelitian telah menemukan adanya "psikopat sukses", yang lebih mungkin dipromosikan ke posisi kepemimpinan dan lebih kecil kemungkinannya melakukan hal-hal yang membuatnya dapat dipenjara.
Psikopat yang sukses mungkin memiliki peringkat lebih tinggi dalam sifat-sifat tertentu, seperti sifat hati-hati, dan ini dapat membantu mereka mengelola impuls antisosial mereka lebih baik daripada mereka yang akhirnya dihukum karena kejahatan serius, dilansir Verywell Mind.
6. Pengobatan
Dilansir Psychiatric Times, beberapa pengobatan yang dilakukan untuk untuk mengurangi sifat-sifat psikopat adalah sebagai berikut.
- Psikoterapi: psikoterapi dalam jangka panjang (setidaknya selama 5 tahun) terbukti efektif dalam mengurangi ciri-ciri kepribadian psikopat.
- Psikofarmakoterapi: dilakukan untuk membantu menormalkan fungsi neurobiologis dan sifat perilaku/kepribadian psikopat.
- Teknik umpan balik saraf adaptif: berfungsi untuk mengatasi masalah kurangnya gairah kortikal dan reaktivitas aktivitas otonom yang rendah pada psikopat.
Demikianlah informasi seputar psikopat yang diagnosis resminya adalah gangguan kepribadian antisosial. Bila kamu atau orang di sekitarmu menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada kondisi ini, baiknya segera periksakan diri ke ahli kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Semoga bermanfaat!
Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "Psikopat: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan" ditulis oleh Lulu Fatikhatul Maryamah