Jumat (21/6) lalu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dikejutkan dengan musibah kebakaran pabrik korek api. Bukan hanya melalap pabrik industri rumahan tersebut, api juga menewaskan 25 pekerja dan 5 anak-anak yang berada di sana. Mirisnya, para pekerja di pabrik korek api tersebut tidak dapat menyelamatkan diri lantaran terkepung api karena satu-satunya pintu keluar sudah diselimuti api, sedangkan pintu lainnya terkunci.
Melansir dari IDNTimes Sumut, para korban yang terjebak di dalam pabrik langsung panik sehingga tidak sempat menggunakan alat pemadam api yang ada di sana. Hanya empat orang selamat dari kejadian ini karena sedang makan siang di luar pabrik.
Selain kronologi tersebut, merangkum dari berbagai sumber, terselip kisah memilukan hati dari musibah kebakaran pabrik korek api di Binjai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Bagaimana kisahnya?
Bagas Efendi (21) tak menyangka bahwa pertemuannya dengan Hairani (22) pada Kamis (22/6) malam adalah pertemuan terakhir mereka. Malam itu Bagas dan Hairani bertemu seperti biasa di rumah Hairani. Perempuan yang sudah dilamarnya pada 2 Februari 2019 lalu ini terlihat murung dan tidak ceria seperti biasanya. Menjelang siang keesokan harinya saat sedang makan siang, Bagas mendapat firasat mencium bau gosong. Tak lama setelah mencium bau gosong, Bagas mendapat kabar kalau tempat kerja Hairani mengalami kebakaran dan kekasihnya tersebut menjadi salah satu korban meninggal dunia.
Cerita pilu selanjutnya dirasakan pula Afriandika. Pria ini harus kehilangan Rita Susanti, istrinya yang menjadi korban meninggal dunia pada musibah kebakaran pabrik korek api Binjai. Rita merupakan perempuan yang dinikahi Afri pada 2013 silam dan telah dikaruniai seorang putri. Menurut Afri, Rita adalah sosok istri yang mandiri dan mau membantunya mencukupi perekonomian keluarga sebagai buruh di pabrik korek api ini dengan upah Rp700 ribu per bulan.
Pipit (29) menjadi salah satu dari empat karyawan pabrik yang selamat dari musibah kebakaran tersebut. Perempuan yang telah bekerja di pabrik selama delapan tahun ini selamat karena pada saat kejadian ia sedang di luar untuk istirahat makan siang. Menurut pengakuan Pipit, selama bekerja pabrik rumahan tersebut memang dikunci dari luar dengan alasan untuk menghindari pencurian. Merangkum dari berbagai sumber, Pipit yang syok masih tak menyangka bahwa ia kehilangan hampir semua rekan kerjanya dalam waktu yang sama. “Semua itu kawan-kawan saya,” ucapnya lirih sambil memandang tumpukan korban kebakaran di dalam pabrik.
Korban musibah kebakaran pabrik korek api Binjai memang menyisakan duka mendalam, khususnya bagi keluarga yang ditinggalkan. Hal itu yang dirasakan oleh Sofian. Pria ini kehilangan istri dan anaknya sekaligus dalam musibah tersebut. Menurut penuturannya, Sifah, anak Sofian yang masih duduk di kelas lima SD memang terbiasa menyusul ibunya ke pabrik selepas pulang sekolah karena tidak ada orang di rumahnya. Siang itu, tetangga Sofian menanyakan keberadaan Fitri, istri Sofian, padahal hari masih siang.
Sofian heran dengan pertanyaan tetangganya lantaran sang istri memang tidak pernah pulang di siang hari saat sedang bekerja. Tetangganya tersebut menjelaskan kalau pabrik tempat istrinya bekerja kebakaran dan ingin menanyakan apakah Fitri baik-baik saja. Sontak, Sofian yang kaget langsung bergegas ke pabrik dan mencari tahu keberadaan sang istri dan anaknya. Sampai di lokasi, Sofian lemas karena istri dan anaknya menjadi korban meninggal dunia karena tak sempat menyelamatkan diri.
Musibah dan kecelakaan memang bisa terjadi pada siapapun dan kapanpun. Tidak ada yang menyangka bahwa Jumat (21/6) lalu tersebut menjadi hari terakhir para korban bekerja dan bertemu dengan keluarga mereka. Popbela turut berduka cita atas musibah yang menimpa 25 karyawan pabrik korek api dan 5 anak-anak yang turut menjadi korban kebakaran ini.