Internet dan teknologi kini berkembang pesat. Terutama di era pandemi, sebagian besar kegiatan akan berakhir dengan penggunaan internet dan teknologi. Keduanya menjadi sarana untuk bisa berinteraksi dengan sesama.
Kini, cara berinteraksi pun sudah semakin canggih, jika dulu kita hanya sebatas bertukar pesna atau menelpon, kini sudah ada video call bahkan VR (virtual reality) dan AR (augmented reality) yang membuatnya semakin terasa nyata.
Dua teknologi itu, juga sering dipakai untuk bermain games bersama dengan beberapa orang. Nah, kini ada yang lebih canggih lagi, yaitu metaverse. Akhir-akhir ini sedang ramai pembicaraan tentang metaverse atau dunia virtual tiga dimensi.
Di luar negeri, teknologi ini semakin berkembang pesat dan kini diprediksi akan masuk ke Indonesia sebentar lagi. Dalam metaverse, istilah VR dan AR semua akan bercampur menjadi satu. Koin kripto pun digadang-gadang akan masuk ke dalamnya.
Lantas apa itu metaverse dan apa daya tariknya? Berikut penjelasannya!
Apa itu Metaverse?
Jika kamu tahu permainan Maincraft, Fortnite dan Roblox, secara tidak langsung kamu sudah tahu apa itu metaverse. Mengutip dari USA Today, metaverse adalah kombinasi dari beberapa elemen teknologi, termasuk virtual reality, augmented reality dan video yang penggunanya "hidup" dalam dunia digital.
Ini merupakan sebuah dunia baru atau semesta baru secara digital atau maya/semu, ketika semua penggunanya bisa bekerja, bermain, dan tetap terhubung dengan orang lain, seperti teman dan keluarga melalui segala hal, mulai dari konser dan konferensi hingga perjalanan virtual keliling dunia.
Lebih dari jejaring sosial
Metaverse lebih dari jejaring sosial, mereka tak hanya digunakan untuk berinteraksi secara online, tapi juga bisa untuk melakukan banyak pekerjaan. Jika di jejaring sosial kita hanya membagikan cerita tentang kehidupan kita dalam tulisan, video atau foto, metaverse kita bisa mengobrol langsung dengan orang lain, mengadakan konser atau pesta yang bisa dihadiri, hingga bekerja dengan rekan kerja kita.
Dalam dunia kedua ini, kita bisa melakukan aktivitas kita seperti di dunia nyata melalui avatar kita. Kita bisa bekerja jarak jauh dengan rasa bekerja seperti di kantor. Kamu juga bisa berbelanja untuk kebutuhan avatarmu. Brand Nike sendiri dikabarkan telah bersiap untuk membuka toko di metaverse, seperti dikutip dari Time.
Uang nyata di Metaverse
Lebih dari itu, metaverse sendiri bisa menjadi ladang pencaharian. Ini bisa menjadi sarana untuk kamu ‘menjual’ keahlianmu dalam membuat avatar dan beragam aksesorisnya. Seperti pada kisah pengusaha metaverse Carrie Tatsu.
Dia telah menghabiskan lebih dari 15 tahun mencari nafkah dengan merancang, memasarkan dan menjual avatar, hewan peliharaan, hingga aksesori untuk warga Second Life, sebuah game yang diluncurkan pada tahun 2003 sebagai dunia digital kosong di mana pengguna dapat membeli tanah dan membelanjakan uang aktual untuk pakaian yang dapat disesuaikan di dunia tersebut.
Ini juga terjadi di Roblox. Ada banyak toko, seperti kita dunia nyata yang menjual beragam kebutuhan. Chief Product Officer Roblox, Manuel Bronstein mengatakan bahwa pihaknya memudahkan penggunanya atau orang-orang untuk mulai memonetisasi kreasi tersebut.
Pengguna muda dilaporkan menjadi bagian besar yang memanfaatkan potensi tersebut. Josh Okunola, misalnya, seniman digital berusia 17 tahun dari Nigeria, pemain Roblox sejak tahun 2014 yang saat ini belajar di London.
Setelah beberapa tahun menjelajahi permainan tersebut, dan menggunakan bakat artistiknya, akhirnya pada tahun 2018, ia berhasil mendapatkan gaji Roblox pertamanya, sebesar US$7. Dalam game yang berbasis blockchain, pemain dapat mengubah waktu yang mereka habiskan menjadi cryptocurrency.
Contohnya di permainan Axie Infinity yang populer, pemain membeli, melatih, dan membiakkan makhluk mirip Pokemon yang merupakan NFT, masing-masing terdaftar secara individual di blockchain Ethereum.
Pasar aktif ini memungkinkan pemain untuk menjual makhluk untuk mendapat cryptocurrency. Axie Infinity mulai populer secara internasional selama pandemi ini. Peluang murni digital untuk mencari nafkah ini menginspirasi generasi muda untuk percaya bahwa metaverse adalah tempat untuk menghasilkan kekayaan mereka.
“Akhirnya saya bisa menguangkan $1.000 dari platform,” kata Okunola. “Orang tua saya terkejut karena sangat jarang melihat anak berusia 16 tahun menghasilkan sebanyak itu hanya dalam waktu singkat dari hobi sampingan,” tambahnya.
Kekhawatiran tentang metaverse
Meski terlihat menarik dan mengagumkan, terlebih di kala era pandemi ini, tapi masih ada yang perlu dilakukan lebih lanjut untuk mengembangkan metaverse serta risiko-risiko di dalamnya. Internet memang berdampak positif tapi juga berdampak negatif.
Kecenderungan untuk selalu berada di dunia maya tidak baik, kita atau saudara maupun anak kita yang masih kecil lebih memerlukan dunia nyata dibanding dunia maya. Memiliki batas waktu tertentu di dunia maya sangat penting, sehingga kehidupan dunia nyata juga bisa dijalani.
Seperti melihat awan yang cerah, mencium bau bunga dan masakan, berjalan di jalan setapak atau yang penuh bebatuan, menginjak pasir di pantai, memegang hewan, semuanya hanya bisa dilakukan di dunia nyata. Belum lagi masalah cyber crime yang masih terus di dalami.
Peretasan, pelecehan, ujaran kebencian, informasi palsu, dan penyalahgunaan kecerdesan buatan seperti deepfake menjadi bahaya dan kekhawatiran di masa depan di mana metaverse juga bisa terlibat. Hak data dan keamanan data pun belum sepenuhnya dipecahkan dan dikelola dengan baik sedemikian rupa.
Tapi tak sedikit juga para pengembang metaverse yang bertekad mengembangkan metaverse untuk dapat turut berkontribusi pada kehidupan nyata. Para pengembang juga sedang mendesain avatar yang lebih terlihat realistis lagi di metaverse.
Itulah pengertian dari metaverse yang menjadi perpanjangan dari internet yang kita miliki saat ini. Bagaimana pendapatmu, Bela?