Solois berambut gondrong, Bilal Indrajaya baru saja menelurkan album penuh pertamanya bertajuk Nelangsa Pasarturi tepat pada Rabu, 28 Juni 2023.
Bersama label barunya, Aksara Record Nelangsa Pasar Turi menjadi karya utuh yang khusus dipersembahkan Bilal Indrajaya kepada penggemarnya setelah sebelumnya familiar dengan “Saujana” dan “Niscaya” yang lebih dulu dirilis sebagai single.
Bilal Indrajaya dikenal dengan karyanya yang kerap kali mengajak pendengarnya bernostalgia dengan musik-musik di tahun 80’an dan 90’an. Sama halnya yang Bilal lakukan di semua musik dalam albumnya ini. Hanya saja, Bilal memberikan sentuhan baru dengan konsep yang unik. Seperti apa?
1. Stasiun Gambir dan Pasar Turi punya cerita dalam hidup Bilal Indrajaya
Ada sembilan lagu yang menjadi bagian dalam album penuh Bilal Indajaya kali ini. Sembilan lagu dalam album Nelangsa Pasar Turi menggambarkan sebuah perasaan khusus yang dialaminya selama berkarier sebagai musisi. Nelangsa Pasar Turi adalah sebuah jurnal yang berangkat dari momen-momen cerita awal Bilal di awal karirnya.
“Ada satu momen di mana di tahun 2019/2020, saya kerap manggung di Surabaya, melakukan perjalanan dengan kereta dari Stasiun Gambir - Pasar Turi,” cerita Bilal pada awak media saat ditemui pada (27/06/2023).
Masa di saat Bilal yang tengah meniti kariernya sebagai solois tengah dihadapkan dengan berbagai masalah. Mulai dari masalah finansial, hingga krisis identitas.
“Di waktu-waktu perjalanan ini seperti ada momen magis yang mengalir, ketika saya merasakan sebuah kesedihan atau nelangsa dalam diri saat itu. Momen-momen ini saya tangkap dan tuliskan,” ungkapnya.
2. Sembilan lagu yang menjadi satu kesatuan
Menurut Bilal, kesembilan lagu dalam album Nelangsa Pasar Turi bukanlah lagu yang berdiri sendiri-sendiri. Melainkan setiap lagu memiliki keterkaitan satu sama lain yang membentuk sebuah jurnal yang ingin Bilal sampaikan kepada pendengarnya.
“Ini seperti sebuah cerita perjalanan sehari yang saya rangkum jadi satu, ada banyak fase di sana. Dari tiba pertama di tujuan dengan high hopes, gegap gempita, menggebu-gebu. Lalu ada fase dimana ketika harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi, timbul denial, marah dan kesedihan sampai akhirnya ada penerimaan, legowo kemudian di akhir kita pulang dengan memintal harapan-harapan baru,” jelasnya.
Adapun kesembilan lagu tersebut adalah “Djuanda”, “Dara”, “Bermuda”, “Mustahil”, “Sembilan Jam Dari Gambir”, Nelangsa Pasar Turi”, “Sauljana”, “Niscaya”, dan “Dalam Pelukan” .
3. Alasan dibalik pemilihan nama stasiun
Ada yang unik dalam pemilihan judul pada lagu-lagu di albumnya kali ini. Bilal memang sengaja memilih nama-nama stasiun dan bandara dalam lagunya. Tentu bukan tanpa alasan.
Baginya, stasiun, bandara, terminal adalah sebuah tempat di mana kita bisa menyaksikan atau merasakan sebuah kebahagian bahkan kesedihan. Tempat sebuah pertemuan dan perpisahan.
“Stasiun, terminal atau bandara menurut saya adalah tempat-tempat yang nelangsa banget, karena di sanalah ada perjumpaan sekaligus perpisahan,” akunya.
Untuk itulah, beberapa nama stasiun dan bandara seperti “Djuanda”, Pasar Turi” tersemat di dalam judul sebagai bentuk ekspresi kesedihan Bilal yang ada di dalam album penuhnya ini, Bela.
4. Lima produser dalam satu album
Selain konsep yang unik, hal yang menarik dari album Nelangsa Pasar Turi ini adalah kehadiran dari lima produser musik yang membantu membidani setiap karya di album ini.
Kelima produser itu adalah Ilman Ibrahim, Kurosuke, Lafa Pratomo, LaleIlmanNino dan Vega Antares. Pendekatan banyak produser ini menurut Bilal berangkat dari keinginan pribadinya akan referensi musik yang kaya di album ini.
“Nama-nama ini menurut saya kaya akan referensi, dan saya memang butuh banyak referensi musik untuk album ini. Yang menariknya, mereka semua saya pilih karena masing-masing terkoneksi dan punya benang merah referensi musik yang sama,” jelasnya.
Bicara soal referensi, Nelangsa Pasar Turi adalah sebuah kumpulan karya pop yang kental kaya akan referensi musik populer nan eklektik, dari mulai The Beatles sampai beberapa karya populer Indonesia 80-an yang memang tengah digeluti Bilal saat penulisan karya-karya di album ini.
5. Ingin mengeksplor vokal
Selain produser, Bilal juga menggaet beberapa musisi seperti Christianto Ario, Ilman Ibrahim, Lafa Pratomo, Chika Olivia, Iga Massardi, Firza Achmar 'Ade' Paloh, Vega Antares, Lale Aditya dan masih banyak lagi.
Karena banyaknya pihak yang terlibat menjadikan lagu-lagu di dalam albumnya kali ini menjadi lebih kaya. Nggak seperti warna musiknya di album pertama yang lebih banyak menggunakan melodi gitar, di musiknya kali ini Bilal memasukan lebih banyak instrumen. Suatu hal yang menurutnya nggak biasa ia lakukan dalam karya-karyanya.
“Lagu di album ini kalau didengerin nggak terlalu gitar base banget kaya karya-karya sebelumnya. Di sini saya juga mau lebih mengeksplor vokal, jadi di album ini jadi lebih berasa sebagai album solois bukan album band,” ceritanya.
Album Bilal Indrajaya, Nelangsa Pasar Turi kini sudah bisa kamu dengarkan di semua platform musik di Indonesia, ya Bela. Selamat menikmati!