Nekat Membelot, 5 Orang Asing yang Berjasa Membantu Kemerdekaan RI

Dari laksamana Jepang hingga penyiar radio

Nekat Membelot, 5 Orang Asing yang Berjasa Membantu Kemerdekaan RI

Seperti yang kita ketahui, begitu banyak hal yang dilalui oleh para pendahulu untuk memerdekakan Tanah Air. Peluh keringat, hingga darah dan nyawa menjadi taruhan agar negara Republik Indonesia terbebas dari belenggu penjajahan.

Sejarah Indonesia mencatat, banyak sekali tokoh pergerakan nasional yang berjuang dalam mewujudkan Indonesia merdeka yang bebas dari penjajah. Tokoh-tokoh yang berjasa itupun memiliki latar belakang yang berbeda, mulai dari warga sipil, tentara, bahkan orang warga negara asing sekalipun, lho. 

Sejumlah orang asing tersebut sampai rela membelot dari negara asalnya demi mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Sebagian besar beralasan untuk membela hak asasi manusia, dan beranggapan bahwa kemerdekaan adalah hak semua bangsa. Lantas siapa saja orang asing yang ikut berjasa membantu kemerdekaan RI?

1. Tadashi Maeda

Nekat Membelot, 5 Orang Asing yang Berjasa Membantu Kemerdekaan RI

Mungkin kamu sudah nggak asing lagi dengan nama Laksamana Muda Tadashi Maeda (1898-1977). Yap, Tadashi Maeda adalah pemilik rumah di Jl. Imam Bonjol, Jakarta, tempat bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia untuk menyusun naskah Proklamasi. 

Laksamana Muda Tadashi Maeda sendiri merupakan seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik. Kala menduduki Indonesia, Tadashi Maeda menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Tentara Kekaisaran Jepang, Bela.

Simpatinya terhadap gerakan kemerdekaan RI dimulai ketika dirinya menjabat atase militer di Netherland. Dikutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, saat berada di Belanda Tadashi Maeda bertemu dengan sejumlah tokoh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di negara itu, antara lain Achmad Soebardjo.

Tadashi Maeda sempat ditangkap oleh sekutu dan dipenjara di Gang Tengah selama satu tahun karena mendukung persiapan kemerdekaan RI. Setelah itu, ia dipulangkan ke Jepang.

Atas jasanya, pada 1973 Maeda diundang Pemerintah Indonesia untuk menghadiri perayaan Proklamasi 17 Agustus. Dalam kesempatan itu ia bertemu dengan Moh. Hatta. Selain itu, Tadashi Maeda juga menerima Bintang Jasa Nararya dari Pemerintah Indonesia, yang diserahkan oleh duta besar RI untuk Jepang Antonius Joseph Witono.

2. Muriel Stuart Walker

Muriel Stuart Walker lahir di Skotlandia (1898-1997) menjadi salah satu orang asing yang juga berjasa dalam kemerdekaan RI. Sempat bermigrasi ke Amerika Serikat, pada tahun 1932 ia pindah ke Indonesia, tepatnya di Bali bersama sang ibu karena terinspirasi dari film berjudul “Bali: The Last Paradise”.

Muriel Stuart pun menjadi salah satu pejuang yang direkrut oleh nasionalis Indonesia untuk bergerilya bersama Bung Tomo. Selain itu, Muriel-lah penulis pidato bahasa Inggris pertama Presiden Soekarno kala itu. 

Kemudian, ia juga menjadi seorang penyiar radio Voice of Free Indonesia–saat ini Voice of Indonesia–, sebuah divisi otonom di bawah RRI. Muriel menyiarkan beberapa konten dalam bahasa Inggris untuk menargetkan masyarakat Barat.

Ia menjadi salah satu orang yang berjasa menyebarkan kabar tentang kemerdekaan RI ke seluruh dunia, Bela.

3. Dmitry Manuilsky

Mendapatkan pengakuan dari negara lain, menjadi salah satu syarat bagi negara yang ingin merdeka. Menurut Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia, dalam sebuah siaran pers pada 4 Desember 1945 mengatakan bahwa campur tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dapat menjadi jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan antara Indonesia dan Belanda.

Maka dari itu, ia sangat bersikeras membawa masalah kemerdekaan RI untuk dibicarakan oleh Dewan Keamanan PBB. Sutan Sjahrir mengirim surat dan dokumen-dokumen penting pada Sidang Umum PBB yang pertama pada 10 Januari 1946 di Church House Westminster, London, Inggris. 

Mengenai tuntutan Sjahrir tersebut, Menteri Luar Negeri Belanda, Eelco van Kleffens, yang turut hadir dalam sidang menerangkan, usul Indonesia dapat dilakukan dalam sidang Dewan Keamanan PBB, jika usul itu didukung oleh satu negara anggota PBB.

Keterangan tersebut sampai kepada seorang Menteri Luar Negeri Ukraina bernama Dmitry Manuilsky (1883-1959). Ia menjadi tokoh pertama yang mengajukan masalah Indonesia kepada DK PBB pada 21 Januari 1946. 

Dalam suratnya, Dmitry menyatakan, keadaan di Indonesia membahayakan perdamaian dan keamanan dunia. Dia mendesak agar Dewan Keamanan PBB segera mengambil tindakan sesuai Pasal 34 Piagam PBB, yaitu menyelidiki setiap pertikaian yang dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional.

Meski berjalan sangat alot, berkat usahanya, sengketa Indonesia – Belanda menjadi sengketa internasional.

4. Ichiko Tatsuo

Ichiko Tatsuo atau dikenal dengan nama Abdul Rachman (1906) menjadi salah satu orang Jepang yang membelot untuk membantu Indonesia. Abdul Rachman adalah nama yang diberikan oleh Haji Agus Salim kepada Tatsuo ketika ia penasihat Divisi Pendidikan PETA, sebagai bentuk penghargaan kepadanya. 

Setelah itu, Tatsuo menjadi Wakil Komando Pasukan Gerilya Istimewa di Semeru, Jawa Timur. Sayangnya, pada saat bergerilya, Ichiko Tatsuo gugur di Desa Dampit, Malang, pada 9 Januari 1949 karena tertembak tentara Belanda.

Pada Februari 1958, Presiden Soekarno memperingati jasanya dengan memberi sebuah teks yang disimpan di biara Buddha Shei Shoji di Mintoku, Tokyo. Biara tersebut akhirnya menjadi monumen Soekarno (Sukaruno hi) bertuliskan, "Kepada sdr. Ichiki Tatsuo dan sdr. Yoshizumi Tomegoro. Kemerdekaan bukanlah milik bangsa saja, tetapi milik semua manusia. Tokyo, 15 Februari 1958. Soekarno.”

5. Tomegoro Yoshizumi

Nggak hanya sampai pada Laksamana Muda Tadashi Maeda dan Ichiko Tatsuo saja, orang Jepang yang membelot untuk membantu kemerdekaan RI. Presiden Soekarno juga menaruh hormat yang tinggi pada perwira intel Jepang, Tomegoro Yoshizumi (1911).

Hal tersebut terjadi karena pada saat Jepang mengirimkan tentara untuk menduduki Indonesia, Yoshizumi malah membantu kemerdekaan Indonesia dan memberikan hidupnya untuk Indonesia.

Yoshizumi adalah seorang wartawan dan mata-mata Jepang yang malah berpihak ke Indonesia. Dia membelot dan berpihak ke Indonesia dengan bergabung ke pasukan Tan Malaka.

Ari adalah nama yang disematkan kepada pada saat bergabung dalam pasukan Tan Malaka. Yoshizumi gugur di Blitar pada 10 Agustus 1948 dan makamnya bisa ditemui di Taman Makam Pahlawan, Blitar, Jawa Timur.

Disclaimer: artikel ini telah terbit di IDN Times dengan judul "5 Orang Asing yang Berjasa Membantu Kemerdekaan RI" yang ditulis oleh Marisa Safitri

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved