"Aku belajar bahwa pada akhirnya semua akan berlalu. Kesuksesan, kejayaan, kegagalan, itu akan berlalu karena ada musimnya. Jangan terpaku pada suatu hal. Selama matahari masih terbit, kita masih punya harapan dan tujuan di dunia ini. Jadi kadang ketika aku membandingkan diri dengan orang lain, aku berpikir bahwa aku nggak bisa membandingkan perjalanan hidupku dengan orang lain. Sebenarnya setiap hari kita mempelajari hal-hal baru. Walau ada orang yang mengalami hal yang sama dengan kita, tapi perjalanan hidup masing-masing kan berbeda. Jadi itu yang aku syukuri, setiap hari ada hal yang bisa kita ambil selama kita diberi napas oleh Tuhan."
"Pernah dulu aku selalu mau ambil kuliah psikologi tapi orangtua mau aku ambil jurusan lain. Setelah lulus SMA kan aku ikut Indonesian Idol, jadi aku harus tunda 1 tahun kuliah. Ketika sudah waktunya kuliah, yang tadinya mau ambil jurusan psikologi jadi malah kacau, pikirannya yang penting kuliah dan tamat S1. Saat itu yang sedang tren jurusan Desain Komunikasi Visual, jadi aku ambil itu karena berpikir bahwa lapangan pekerjaan akan lebih luas, bukan sesuai dengan passion. Puji Tuhan aku sudah lulus. Tapi sampai sekarang ada penyesalan, kenapa dulu aku nggak ambil kuliah psikologi dan menjalani hal yang benar-benar aku mau. Tapi aku dapat sebuah hiburan dari perjalanan karierku sebagai penyanyi. Ketika aku menulis lagu, aku bisa mengobrol sama orang lain secara personal. Ada orang yang cerita ke aku, dia mengalami apa saja setelah mendengar laguku dan menurutku mendengarkan cerita mereka itu hampir mirip dengan apa yang psikolog atau psikiater alami. Aku jadi berpikir, ternyata menulis lagu itu bisa dijadikan terapi, sebagai teman untuk orang yang nggak kita kenal. Dulu, aku mau jadi pramugari supaya bisa keliling dunia. Tapi dengan menjadi penyanyi, aku bisa pergi ke banyak tempat. Aku nggak kesampaian jadi psikolog, tapi dengan menjadi penyanyi, aku bisa jadi teman cerita orang-orang yang nggak aku kenal."
"Banyak banget. Aku menyanyi mengambil jalur independen, berarti dari segi materi, pengerjaan sampai tim promosi, semuanya mandiri. Jauh beda kalau aku ikut label. Tantangan yang paling berat adalah diriku sendiri. Aku harus menghadapi diri sendiri, pemikiran-pemikiran seperti ‘Karyaku sudah cukup bagus belum, ya?’ I overthink too much. Sampai ada satu kutipan yang aku suka banget dari Joyce Meyer, ‘If you can’t win the battle of mind, you can’t win all kinds of battle in the world’."
"Aku bangga banget jadi perempuan. Pertama, itu anugerah. Bagiku, perempuan itu sebenarnya lebih kuat. Lebih kuat bukan berarti dia bisa segalanya, tapi mereka bisa berdiri di belakang orang lain. Perempuanlah yang menjadi pendukungnya. Aku lebih banyak lihat dari ibuku. Dia yang mendidik anak-anak, dia mengatur semuanya, dia yang membuat anak-anaknya belajar disiplin, dia mendedikasikan hidupnya untuk anak-anaknya. Tapi ketika orang lain melihat anak-anaknya, maka yang disebut pertama kali adalah nama ayahku. Padahal ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Aku belum pernah melahirkan tapi mendengar cerita dari orang-orang sudah pernah, jadi lebih kagum kalau perempuan ternyata sekuat itu. Kalau bicara tentang diri sendiri, aku di usia yang ke-29 tahun ini bangga banget jadi perempuan karena aku belajar banyak hal. Aku harus jadi orang yang humble tapi juga mandiri, kita berani tapi nggak galak, itu semua kan nggak gampang."
"Kenapa aku senang banget bisa berada di sini, bersama teman-teman dari Make Over karena aku dari dulu nggak pernah menyangka kalau aku bisa menjadi muse bersama 3 temanku yang lain apalagi berhubungan dengan makeup. Aku nggak merasa bahwa wajahku photogenic atau seperti model. Tapi tagline Make Over kan Beauty Beyond Rules, itu mematahkan segala macam konsep standar kecantikan. Dan hal terpenting yang perlu diingat oleh semua perempuan Indonesia itu, daripada kita sibuk lihat kanan-kiri, bersaing satu sama lain, lebih baik kita semua berpegangan tangan. Semuanya cantik dan punya potensi. Ketika kita tengah meraih mimpi, kita bantu orang lain juga untuk meraih mimpi mereka."
"Karena aku tidur berdua dengan adik aku, jadi aku biasanya ngecek adikku, dia sudah bangun atau masih tidur. Setelah ngecek, aku bersyukur sebentar lalu cek handphone. Selama tidur biasanya handphone aku silent."
"Aku lebih suka menggambarkan diriku dalam bentuk kiasan. Senja, hujan, pelangi. Semua berhubungan dengan alam karena semakin sering aku melihat 3 hal itu, aku semakin sering aku ingat yang menciptakan. Ketika aku melihat senja, aku merasa seolah Tuhan membuat senja khusus untuk aku. Kadang kita merasa Tuhan itu jauh banget apalagi kalau kita ada di dalam masa sulit. Tapi ketika kita lagi duduk-duduk dan ada senja, rasanya dekat banget. Dekat kalau kita mau dan memilih untuk melihat. Nggak ada yang bisa membuat pelangi selain Tuhan. Ketika lihat pelangi, aku jadi sadar bahwa dia dekat, everything is gonna be alright. Melihat ke depan, selama matahari terbit kita masih punya alasan untuk ada di sini. Itulah yang bikin aku terus melangkah."