Semua orang mendambakan damai sejahtera atau setidaknya secercah perasaan bahagia dan nyaman. Namun, hidup penuh dengan lika-liku permasalahan. Dampaknya, perasaan yang diinginkan bagaikan sebuah harta karun yang bersifat limited edition.
Pada kenyataannya, harta karun akan selalu dapat ditemukan dan dimiliki oleh si Penemu. Dalam kehidupan yang penuh dengan lika-liku, maka caranya bukanlah dengan prevention atau melawan. Sebaliknya menerima kenyataan pahit atau berdamai dengan dunia.
Berikut adalah 8 kenyataan pahit atau yang cukup membuatmu tidak nyaman dalam rangka berdamai dengan dunia. Afterwards, we do hope, you'll get your own peace!
1. Kebahagiaan ada di masa kini
Ada momen di mana kita bernostalgia mengenai masa-masa indah, ada juga momen ketika kita pun mengimajinasikan hal-hal yang indah di masa depan. Dengan begitu, kamu telah sebenarnya telah menghabiskan waktu pada dua masa tersebut?
The Alchemist (1988) turut memberikan pesan moral untuk mencoba menikmati masa kini; mencari alasan untuk bersyukur. Tentu, ada masalah dan kamu harus memahami kesedihan yang muncul. Namun, jangan lupa untuk bangkit di masa kini untuk bahagia.
2. Berhenti membentuk dirimu menjadi pemenang
Kata-kata motivasi umumnya mendorongmu untuk tidak pernah menyerah. Namun, semua orang sebenarnya memiliki detail kehidupan dan tingkat mental yang berbeda-beda. Untuk itulah, tidak semua orang menjadi pemenang dengan cara melangkah, tetapi juga berhenti.
Dalam lagunya yang berjudul, "It's Time to Go" dalam album Evermore (2020), Taylor Swift menyandungkan lirik berikut, "Sometimes giving up is the strong thing. Sometimes to run is the brave thing. Sometimes walking out is the one thing that will find you the right thing."
3. Tidak mengambil risiko adalah risiko terbesar
Sebuah pemikiran stereotip menyebut bahwa keberanian individu manusia tercetus dari kemampuan untuk mengambil risiko. Namun, pernahkah kamu berpikir, "Apakah tujuan dan hasil yang kita targetkan dapat dikatakan layak untuk menghadapi risiko?"
Dengan kata lain, keberanian seharusnya tercetus dari pertimbangan yang penuh dengan hikmat dan kebijaksanaan; tidak tergesa-gesa dengan adrenalin yang penuh tekad, melainkan mengetahui momen yang tepat untuk mengambil risiko. Inilah risiko terbesar.
4. Mendorong diri menghadapi segala sesuatu
Semua orang tentu memiliki zona nyaman atau comfort zone-nya masing-masing. Jika dianalogikan, maka kamu dapat membayangkan sebuah tempat, lokasi, atau box di mana kamu tidak perlu menghadapi judgement sosial hingga problematika hidup. Great, right?
Akan tetapi, mau tidak mau, kebahagian turut berkaitan erat dengan pengalaman hidup. Spesifiknya, kenyataan pahit untuk menghadapi kehidupan sosial. So, yeah, kamu harus keluar dari zona nyaman-mu dan melihat keindahan dunia yang terselip dalam
5. Keintiman adalah hasil dari keputusanmu
Sebagai makhluk sosial, setiap individu manusia jelas membutuhkan seseorang; keluarga, teman hingga orang tertentu yang masuk ke dalam hubungan romansa. Namun, kenyataan ini sebenarnya tidak mengharuskanmu untuk berhubungan karib dengan semua orang.
Itu artinya, jika kamu masuk ke dalam hubungan yang dapat dikatakan intim atau karib dan sangat dekat, namun kamu tidak merasa nyaman. Kenyataan pahitnya adalah, kamu tidak bisa menyalahkan pihak lain. Masuk ke dalam hubungan tersebut adalah keputusanmu. Tentu, mengakhiri dan keluar dari hubungan tersebut adalah keputusanmu juga. Decide!
6. Kebahagian bersama dimulai dari kebahagian seorang diri
Selalu ada momen kita membutuhkan waktu sendiri, namun ada juga momen di mana kita membutuhkan waktu bersama orang-orang terkasih lainnya, bukan? Bahkan berpapasan dengan orang asing terkadang dapat memberi sense yang menjurus pada kebahagiaan.
"Manakah yang lebih baik antara waktu me-time dan bersama?" tanyamu dalam pikiran.
Dalam keseimbangan hidup, kedua-duanya sangat penting. Namun, pertanyaan yang harus kamu pikirkan di dalam otak, "Apakah bisa kita merasa bahagia dengan orang lain tanpa merasa bahagia dengan diri sendiri?" Itu artinya, semuanya berawal dari dirimu dahulu.
7. Bukan kewajibanmu mengubah orang lain
Semua orang memiliki masalahnya masing-masing. Di balik senyuman akan tuntutan sosial, ada hal-hal yang masih dipergumulkan di dalam hati, bukan? Dampaknya, rentetan masalah yang tersimpan pun memicu seseorang untuk menyakiti diri sendiri dan orang lain.
Kamu yang merasakan empati pun tergerak untuk membantu atau sekadar memberi nasihat, namun tidak selalu kamu menyaksikan hasil yang diharapkan. Terkadang, justru menyulitkanmu. Percayalah, ini bukan kewajibanmu untuk memperbaiki orang lain.
8. Pada akhirnya, biarkanlah mereka
Beberapa orang tidak dapat diperbaiki, beberapa orang lain tidak akan mungkin berubah. Sebagiamana penjelasan di atas, pengembangan karakter seseorang bukanlah tanggung jawabmu maupun kewajiban. Dengan begitu kamu harus mengambil sikap legowo.
Yup, pada akhirya biarkanlah mereka melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Ini adalah cara untuk kamu lebih mencintai dan memprioritaskan diri ketimbang orang lain karena kamu terlalu berharga untuk menghabiskan waktumu pada orang lain yang menyulitkan.
Akhir kata, melansir dari akun Instagram @investinggoal, "Let them go. Move on. Do better."