Dunia masih berjuang melawan penyebaran virus COVID-19 dan variannya yang sangat membahayakan kesehatan manusia. Untuk meminimalkan risiko tersebut, adalah dengan melakukan protokol kesehatan dan vaksinasi yang mempu membentuk kekebalan tubuh.
Salah satu vaksin yang dapat dipertimbangkan adalah AstraZeneca. Kamu tentu cukup familiar dengan vaksin jenis ini. Akan tetapi, apakah kamu mengetahui bahwa vaksin AstraZeneca nyatanya melibatkan tim ilmuwan perempuan?
Berikut adalah lima tokoh perempuan di balik penemuan vaksin AstraZeneca!
1. Profesor Sarah Gilbert
Dunia kesehatan telah menjadi ketertarikan sekaligus impian seorang Sarah Gilbert sejak dirinya masih kecil. Berawal dari ilmu yang ia peroleh di Kettering High School for Girl, hingga pendidikan selanjutnya di Universitas East Anglia, Universitas Hull dan Universitas Oxford.
Melalui rentetan jejak pendidikannya tersebut, Sarah Gilbert pun sukses meraih karier sebagai seorang profesor di Universitas Oxford. Di sana, ia telah mendedikasikan dirinya selama lebih dari satu dekade untuk meneliti vaksin influenza.
Prestasinya yang tercatat adalah Profesor Sarah Gilbert telah sangat berpengalamand alam uji coba vaksin untuk virus Ebola yang menjadi pandemi pada 2014. Begitu pun saat virus Mers menjangkiti Timur Tengah pada beberapa tahun yang lalu.
Setelah virus COVID-19 menyebar di China pada 2020, Profesor Sarah Gilber bersama timnya melanjutkan tugasnya untuk meneliti virus tersebut. Hasilnya adalah penemuan vaksin AstraZeneca yang membantu upaya meminimalisir risiko virus COVID-19.
Tahukah kamu? Profesor Sarah Gilbert nyatanya merelakan hak paten dari vaksin yang dia ciptakan agar dapat digunakan oleh dunia tanpa biaya yang sangat mahal.
2. Profesor Teresa Lambe
Mengembangkan karier sebagai seorang ahli imunologi di dunia kesehatan, Profesor Teresa Lambe diketahui mengambil peranan yang sangat penting pada pengembangan vaksin. Tidak aneh, bidang tersebut merupakan dunia yang telah ia tekuni bertahun-tahun.
Spesifiknya, Profesor Teresa Lambe sangat mendedikasikan dirinya dalam proses mengembangkan konsep praklinis hingga klinis dalam uji coba vaksin. Atas dasar itulah, Profesor Teresa Lambe pun dipandang berkualitas untuk pengembangan vaksin COVID-19.
Yup, semenjak pandemi COVID-19, Profesor Teresa Lambe bersama timnya menganalisis virus SARS-CoV-2. Tepatnya dengan mengukur bagaimana respons imun tubuh setelah melalui proses vaksinasi terhadap SARS-CoV-2.
3. Profesor Katie Ewer
Berbicara mengenai karier di dunia kesehatan, Profesor Katie Ewer nyatanya tidak jauh berbeda dengan Profesor Teresa Lambe. Pasalnya, Profesor Katie Ewer diketahui sama-sama mengembangkan kariernya sebagai seorang ahli imunologi.
Sepanjang kariernya, Profesor Katie Ewer fokus pada uji coba vaksin virus corona ChAdOx1 nCov-2019 Oxford (AstraZeneca), Ebola dan pra-eritrositik malaria. Dengan begitu, ia pun mengawasi imunologi pada uji coba vaksin di Inggris dan Afrika.
Namun, perlu diketahui bahwa penelitian Profesor Katie fokus pada analisis hasil uji coba vaksin terhadap daya tahan tubuh. Tidak ketinggalan, ia diketahui memimpin timnya dalam mempelajari respon sel T yang dihasilkan dalam tubuh melalui vaksinasi dan bagaimana hal tersebut dapat melindungi manusia dari COVID-19.
Sungguh mengesankan, bukan? Ternyata memang benar, selalu ada kerja keras para perempuan hebat dibalik suatu kesuksesan. Jika mereka bisa, begitu juga kamu, Bela!