Di salah satu wawancara, legenda hidup bulutangkis Indonesia Rudy Hartono pernah mengatakan bahwa ada 2 alasan Merah Putih dikibarkan di negara lain: saat kunjungan Presiden dan Indonesia memenangkan kejuaraan olahraga tingkat dunia. Bulutangkis boleh dibilang sering memungkinkan hal itu terjadi.
Indonesia menoreh sejarah gemilang lewat bulutangkis di masa lampau, pemainnya ditakuti dan pertandingan mereka direkam untuk dipelajari. Pengamat bulutangkis dunia menilai pemain-pemain Indonesia selalu dinamis menguasai seluruh lapangan, menyenangkan untuk ditonton (karena terlihat enjoy bermain di lapangan), di samping skill permainan net warisan turun-temurun yang selalu menjadi ancaman bagi lawan.
Seharian pun tak cukup rasanya membicarakan bulutangkis Indonesia yang tersohor dari dulu. Yuk simak deretan rekor bulutangkis Indonesia.
1. Pemain tunggal putra peraih gelar All England terbanyak (Rudy Hartono)
All England merupakan ajang turnamen tertua dan salah satu yang bergengsi di dunia karena tidak sembarang pemain bisa mengikuti. Saking prestisiusnya, sponsor-sponsor bulutangkis zaman dulu lebih mengutamakan pemain yang berhasil menang di sana, meski hanya satu kemenangan dan kalah di pertandingan lain sepanjang tahun.
Rudy Hartono Kurniawan berhasil meraih 8 gelar All England; 7 di antaranya didapat berturut-turut tahun 1968-1974 dan menyusul pada 1976. Karena pencapaiannya tersebut, veteran bulutangkis Indonesia yang lahir di Surabaya, 18 Agustus 1949 ini tercatat namanya di Guinnes Book of World Records.
Di luar All England, hampir semua gelar pernah diraihnya termasuk Thomas Cup dan World Cup yang terakhir diikutinya pada 1980. Berkat prestasi-prestasi briliannya nama Rudy Hartono masuk dalam kelompok elite World Badminton: Hall of Fame pada 1997 serta mendapat Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama dari pemerintah.
2. Selama 33 bulan tak terkalahkah (Liem Swie King)
Sulit bagi seorang atlet untuk terus menang dalam 1 tahun. Liem Swie King membuktikan dirinya bukan pemain biasa dengan mampu mempertahankan gelar selama 2 tahun 9 bulan tanpa pernah kalah sekalipun.
Sepanjang tahun 1978-1980, King—sapaan akrab Liem Swie King, tak pernah gagal menjuarai turnamen Denmark Open, All England, Asian Games, Southeast Asian Games, Kejuaraan Dunia, hingga Thomas Cup dalam 33 bulan berturut-turut. Pada laga Thomas Cup 1979, King bermain di dua sektor yaitu tunggal putra dan ganda putra bersama Christian Hadinata. Pada tahun itu, Indonesia berhasil membawa pulang Piala Thomas ketujuh, dari total sebelas turnamen yang diadakan.
3. Pemain tunggal putri yang menjuarai All England 4 tahun berturut-turut (Susi Susanti)
Susi Susanti menorehkan tinta kejayaan dengan meraih medali emas di sektor tunggal putri pada Olimpiade Barcelona 1992 dan medali perunggu di Olimpiade Atlanta 1996; memenangkan Piala All England empat kali pada 1990, 1991, 1993 dan 1994; serta meraih gelar World Badminton Grand Prix beruntun lima kali pada 1990-1994 dan mengulang sukses kembali sebagai juara pada 1996.
Salah satu prestasinya di ajang All England menjadikan namanya tercatat di Guinnes Book of World Records sebagai satu-satunya pebulutangkis perempuan yang berhasil menjuarai All England empat kali berturut-turut. Ia juga disebut-sebut sebagai salah satu pemain putri tersukses di dunia. Atas banyaknya sumbangan kemenangan yang ia persembahkan untuk Indonesia, pemerintah menganugerahinya Bintang Utama pada 1992; Penghargaan Ratu Sirikit dari Ratu Sirikit Thailand juga ia terima sebagai bentuk apresiasi di tahun yang sama.
Pada Mei 2004, perempuan yang lahir pada 11 Februari 1971 di Tasikmalaya, Jawa barat ini juga memperoleh penghargaan lain yaitu Hall of Fame dari International Badminton Federation (sekarang Badminton World Federation atau BWF). Pemain Indonesia lain yang mendapat penghargaan yang sama diantaranya Rudy Hartono Kurniawan, Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan Liem Swie King.
4. Pemain tunggal putra nomor 1 dunia termuda (Taufik Hidayat)
Taufik Hidayat menjadi pemain tunggal putra termuda nomor 1 dunia pada 1999. Usianya 17 tahun kala ia melenggang mengikuti kejuaraan All England hingga partai final dan keluar sebagai runner-up. Namanya disebut-sebut dalam perbincangan hangat karena pada masa itu tak lazim pemuda seumurannya berpartisipasi di ajang paling bergengsi dunia tersebut mengingat pemain senior sekalipun tak sembarangan bisa ikut.
Selain gelar All England, sepanjang karirnya semua gelar pernah Taufik raih, mulai dari gelar Super Series, Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Asian Games; hingga ikut memperkuat tim Indonesia di Thomas Cup dan Sudirman Cup. Jawara Indonesia Open enam kali ini juga tersohor sebagai salah satu pemain dengan skill net terbaik dan paling sering menggunakan backhand. Situs legends.yonex.com bahkan menyebut backhand smash Taufik sebagai yang terkuat di dunia.
5. Pemain putri tersukses di ajang Kejuaraan Dunia (Liliyana Natsir)
Masih teringat dengan jelas sukacita yang bergema saat pasangan ganda campuran Indonesia yaitu Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad meraih medali emas di ajang Olimpiade Rio pada 2016. Momen itu menjadi kado terindah bagi seluruh warga tanah air karena bertepatan dengan HUT RI yang ke-71.
Liliyana Natsir telah mencatat daftar panjang pencapaiannya selama karir mengikuti turnamen bulutangkis hingga dijuluki The Indonesia's badminton mixed doubles queen. Perempuan kelahiran Manado, 9 September 1985 ini menjadi pemain putri tersukses di Kejuaraan Dunia dengan total raihan empat gelar pada: 2005 di Anaheim, Amerika Serikat, dan 2007 di Kuala Lumpur, Malaysia berpasangan dengan Nova Widianto; serta pada 2013 di Guangzhou, China dan 2017 di Glasgow, Skotlandia bersama pasangannya saat ini Tontowi Ahmad.
6. Ganda putra terbaik sepanjang sejarah Super Series (Markus Fernaldi Gideon - Kevin Sanjaya Sukamuljo)
Rekor gelar Super Series sebelumnya dipegang oleh Lee Yongdae dan Yoo Yeonseong dari Korea Selatan pada 2015 dengan total enam kemenangan. Kini, nama mereka tergantikan oleh andalan ganda putra Indonesia Markus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo, dengan total tujuh kemenangan di tahun 2017.
Dari total tiga belas turnamen Super Series yang diselenggarakan, Markus-Kevin aka the minions mengikuti 11 di antaranya. Mereka berhasil masuk final Super Series sebanyak sembilan kali: dua kali runner-up dan tujuh kali juara. Posisi runner-up diraih saat turnamen Korea Open dan Denmark Open; sementara gelar juara sukses dimenangkan di India Open, All England, Malaysia Open, Japan Open, China Open, Hongkong Open, dan terakhir Dubai Open.
Pencapaian gemilang tersebut mengantarkan pasangan ganda putra ranking no.1 dunia ini menjadi ganda putra terbaik sepanjang sejarah Super Series. Penghargaan sebagai Pemain Putra Terbaik versi BWF pun mereka dapat di akhir tahun 2017 di Dubai, mengalahkan beberapa nominator putra lain seperti Viktor Axelsen (Denmark ), Zheng Siwei (China) dan Srikanth Kidambi (India).
Disclaimer: Artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "6 Rekor Bulutangkis Indonesia Ini Bikin Berdecak Kagum"