Nadya Syarifa Mirandhany atau yang lebih dikenal dengan Gemat ‘Sailormoney’ bukanlah sosok yang asing dalam dunia content creator. Perempuan kelahiran 27 Maret 1993 merupakan seorang content creator, penyanyi, sekaligus pembawa acara.
Punya tubuh plus size, hal tersebut tak menjadikannya insecure, tapi justru tampil percaya diri dan mengembangkan keterampilannya. Kreator satu ini selalu mengedepankan body positivity dan mengajak semua followers-nya untuk tampil percaya diri.
Popbela berkesempatan berbincang-bincang dengan Gemat mulai dari nama Sailormoney-nya sampai alasannya bisa tampil dengan percaya diri. Penasaran? Yuk, simak di sini!
1. Penggemar Sailor Moon
Nama panggungnya sebagai Sailormoney memang terinspirasi dari tokoh animasi, Sailor Moon. Gemat sangat suka tokoh kartun millennial itu dan ingin membuat akun Instagram dengan nama Sailor Moon. Namun sayang, username tersebut sudah dipakai dan ia tak ingin menambahkan karakter lain di username-nya.
Akhirnya, ia mencari nama lain dan kebetulan saat itu ia masih anak kuliah. Sebagai mahasiswa yang belum punya pendapatan, tentu ia sangat membutuhkan uang. Lalu muncul kata ‘money’ yang menurutnya terdengar bagus dan kuat yang menggambarkan dirinya.
“Aku masih pelajar saat itu. Kita anak kuliah, kan, dulu belum punya pendapatan. Aku butuh uang, kan, pasti dan kata ‘money’ itu terdengar gangster banget dan lumayan kuat. Jadi, oke kita pakai nama Sailormoney,” jelas Gemat.
Seperti yang diungkap sebelumnya, Gemat sangat suka dengan Sailor Moon. Bahkan, ada salah satu sifat Sailor Moon yang sangat mirip dengannya, yaitu hobi makan. Gemat juga mengatakan kalau ia suka hairstyle Sailor Moon sehingga ia kerap menata rambutnya seperti rambut Usagi a.k.a Sailor Moon.
2. Ingin ajak orang lain bergerak melalui musiknya
Wardrobe: knit dress, vest kulit dan anting milik stylist, cincin dan boots milik model
Sebagai seorang penyanyi, banyak lagu miliknya yang terinspirasi dari pengalaman pribadi. Ia mengekspresikan dirinya melalui musik-musik yang ia buat. Gemat suka menulis apa pun yang terlintas di pikirannya. Musik-musiknya punya ciri khas, yaitu sedikit sassy dan petty.
Namun, ia mengaku ingin keluar dari zona nyamannya itu. Si pemilik zodiak Aries ini ingin menulis musik yang lebih ceria dan lebih positive vibes, seperti genre house beats garage. Pelantun “Much You Can’t Take” itu ingin dapat membuat orang bergerak melalui musik-musiknya.
“Biasanya tuh aku suka nulis apa pun yang datang ke pikiranku. Biasanya suka agak sassy dan kayak agak petty. Jadi keluarnya pas lagi nulis musik. Tapi ya, ke depannya sih aku ingin bikin musik yang lebih wholesome. Kayak, hei, kamu harus bangun. Aku pikir dari musikku, aku ingin orang-orang bisa bergerak,” kata Gemat.
3. Sampaikan kepercayaan diri dari konten-kontennya
Gemat mulai rajin membuat konten kala pandemi. Sebagai content creator, ada pesan yang ia ingin bagikan ke setiap orang di media sosial. Ia menyuarakan bahwa ada ketidakadilan dalam kehidupan ini dan ingin memberi tahu kalau kita semua bisa untuk mengubah ketidakadilan itu.
“Kalau dari sejak pertama kali banget aku membuat konten online, apa yang mau aku sampaikan adalah ada hal-hal yang nggak adil dan kita bisa untuk mengubahnya,” ujar Gemat.
Kini, tak hanya menyuarakan ketidakadilan, Gemat juga membuat konten yang memiliki unsur-unsur gender equality dan ingin Indonesia lebih inklusif atau menerima keberagaman.
Kreator satu itu ingin menjadi representasi dari individu-individu lain seperti dirinya agar bisa eksis di mana pun. Tak perlu malu atau insecure karena punya penampilan yang berbeda atau jauh dari ‘standar’ yang sering ditetapkan.
“Tapi sekarang, aku pikir, mungkin, aku sih berharap masih ada unsur-unsur kayak gender equality dan juga aku ingin dunia lebih inklusif, apalagi di Indonesia. Tapi, intinya lebih ke aku ingin menjadi representasi untuk orang-orang yang terlihat sepertiku.
Karena tumbuh besar di media, aku tidak benar-benar melihat ada orang yang terlihat seperti aku, seperti di majalah mana ada model dengan plus size, bahkan medium size aja jarang.
Aku ingin perempuan-perempuan, atau laki-laki, orang-orang semua yang berpikir kalau mereka terlihat sepertiku dan melihatku tampil di media, aku harap mereka akan berpikir, ‘hey, kalau dia aja bisa, aku juga pasti bisa’. Aku pikir representasi itu penting untuk menemukan tempatmu di dunia ini,” jelasnya.
4. Makna menjadi perempuan yang utuh
Wardrobe: knit dress, vest kulit dan anting milik stylist, cincin dan boots milik model
Berbicara tentang stereotip perempuan di dunia atau di Indonesia, ada satu stereotip yang sangat ia tidak setujui. Stereotip tersebut adalah retorik tentang ‘kamu belum jadi perempuan kalau belum menjadi ibu’.
Bagi Gemat, menjadi perempuan tak harus menjadi ibu. Tak semua perempuan bisa merasakan hal tersebut, mungkin karena satu dan lain hal, ia tak bisa merasakan pengalaman tersebut, dan hal itu bukan berarti dirinya sebagai perempuan tidak utuh.
“Di dunia ini atau mungkin yang lebih spesifik kali ini ada di Indonesia, kayaknya masih kencang deh retorik kalau ‘kamu bukan perempuan kalau belum jadi ibu’. Satu yang sangat personal, karena banyak banget, kan yang bilang, perempuan itu kodratnya hamil dan punya anak, dan ngurusin anak.
Sementara laki-laki kodratnya adalah berusaha dan menafkahi. Menurut aku tuh, apa sih makna kata kodrat itu. Harus bisa dibedakan mana yang memang kamu lahir untuk melakukan itu dan yang bukan.
Peran yang ditetapkan oleh masyarakat itu sebenarnya banyak yang kaku atau bias. Aku sangat benci dengan hal itu. Salah satu sahabatku dan pasangannya sangat berjuang untuk memiliki anak, dan karena itu juga aku nggak setuju banget kalau misalnya ada orang yang berkata ‘kamu bukan perempuan kalau tak bisa punya anak’,” ungkap Gemat dengan membara.
5. Percaya diri saat ia bisa melakukan hal yang ia suka
Ada banyak hal yang membuat seseorang bisa percaya diri, tak terkecuali Gemat. Baginya, saat ia sehat, saat ia bisa bergerak, saat ia merasa baik, itu membuatnya lebih percaya diri.
“Aku pikir dari dulu ini belum pernah berubah, yang membuat aku percaya diri adalah ketika aku merasa nyaman dengan diriku sendiri, itu berarti aku masih bisa gerak-gerak dan masih bisa joget-joget dan masih bisa melakukan apa yang aku suka.
Mungkin orang akan menghakimi kamu dari penampilanmu, karena kebanyakan orang nggak kenal sama kamu. Mereka tidak ingin menjadi temanmu, mereka tidak ingin mengenalmu, mereka hanya melihatmu dan menghakimimu. Aku pikir lebih baik tidak menampung semua kata-kata atau perlakuan negatif itu.
Kepercayaan diri bukan hanya apa yang orang bisa lihat kamu dari luar, tapi keberanian dan kepercayaan diri itu terlihat dari apa yang kamu bisa lakukan, apa yang kamu suka lakukan dan tambahkan nilai ke dalamnya. Saat kamu merasa ‘oh, aku berharga’ maka kamu akan yakin dengan diri sendiri. Ini juga yang membuat aku masih hidup dengan penampilanku saat ini,” pesan Gemat.
6. Hidup tanpa penyesalan
Wardrobe: knit dress, vest kulit dan anting milik stylist, cincin dan boots milik model
You only live once, Gemat menjalani hidupnya tanpa rasa penyesalan. Ia tahu bahwa semua yang terjadi padanya itu karena suatu alasan. Maka itu, ia jarang ambil pusing dengan berbagai tantangan dan badai yang datang ke hidupnya.
“Aku jarang punya penyesalan gitu, atau kayak ‘aduh harusnya aku begini deh, harusnya aku gitu’. Aku percaya bahwa semuanya terjadi karena alasan, aku merasa kalau ini bukan jalan, maka aku tidak akan menjadi orang yang aku sekarang.
Aku tak pernah terbayang melihat sisi lain dari diriku, karena aku selalu melihat bahwa saat ini adalah versi terbaik dari diriku,” katanya.
Bahkan mantra Gemat yang menjadi kekuatan juga adalah hidup tanpa penyesalan.
“Hidup tanpa penyesalan. Ya, kalau misalnya memang kamu dikasih kesempatan untuk hidup hari ini, lakukan yang terbaik, coba hal terbaik dari yang kamu bisa, lalu bersyukur kalau masih diberi hari esok. Selanjutnya? Lakukan lagi yang terbaik,” ujar Gemat.
7. Suka journaling
Saat ditanya tentang hal unik apa yang sering ia lakukan, Gemat mengatakan ia suka berjoget-joget di kamar sendirian di depan cermin. Hal itu menjadi caranya untuk mengapresiasi diri. Melihat bagaimana tubuhnya bisa bergerak, karena seringkali orang menilai kalau seseorang yang gemuk itu malas, tak bisa gerak, dan nggak sehat.
Gemat ingin membuktikan bahwa penilaian itu salah. Selain apresiasi ini juga menyadarinya untuk bersyukur dengan apa yang telah Tuhan kasih untuknya. Selain joget-joget, ternyata Gemat juga gemar journaling, lho.
Ia sudah rutin journaling sejak 4 tahun belakangan ini. Baginya, journaling sangat membantu seseorang untuk lebih jujur pada diri sendiri, yang mana sangat sulit di lakukan.
“Jadi, aku suka berlatih bagaimana menghadapi diri sendiri dan lebih nyaman dengan kerentananku. Hal ini dimulai pada tahun 2020 saat aku menjalani healing process. Aku ikut mental health community namanya Puk Puk Station dan ditawari juga untuk jadi salah satu pengurusnya dan dari situ aku ketemu banyak banget praktisioner,” cerita Gemat.
Dari banyak terapi, Gemat mengaku jatuh cinta dengan creative journaling. Ini merupakan journaling dengan gambar dan visualisasi.
“Aku suka banget simbol-simbol, jadi aku suka gambar-gambar daripada kata-kata. Gambar-gambar ini merepresentasikan atau memvisualisasikan perasaan yang membantu aku untuk tahu sebenarnya apa yang sedang aku rasakan, apalagi bisa memakai warna. Misalnya, ‘kok hari ini kebanyakan warnanya gelap, ya? Aku lagi kenapa ya?’ seperti itu,” jelas Gemat.
Gemat juga mengatakan kalau creative journaling sangat membantu mencurahkan hati, dan membuat kamu sadar untuk tidak menghakimi diri sendiri. Hanya karena kamu tak bisa gambar, jangan menghalangi kamu jadi enggan journaling, karena yang membaca pun hanya dirimu. Ia juga belajar kalau journaling membuatnya lebih bisa melepaskan hal-hal yang harus dilepaskan dari dirimu.
Photo credit:
Photographer: Andre Wiredja
Fashion Editor: Michael Richards
Stylist: Tbmyudi
Asst. Stylist: Hafidhza Putri Andiza
Beauty Editor: Jennifer Alexis
Makeup Artist: Salya Benaza
Hair Stylist: Charles Sebastian
Interview: Natasha Cecilia