Pada masa awal perkembangan agama Islam, Nabi Muhammad SAW berhadapan dengan lika-liku perjalanan yang tidak mudah. Nabi SAW mengalami berbagai macam perbuatan tidak menyenangkan saat mencoba menyebarkan agama Islam seperti diusir, dicaci, bahkan mendapat ancaman pembunuhan.
Namun, di antara semua ujian itu, ada orang pertama yang dengan tulus mempercayai ajaran Nabi Muhammad SAW hingga akhirnya memeluk agama Islam. Ia adalah Sayyidah Khadijah binti Khawailid Radhiyallahu Anha, istri Nabi SAW sendiri.
Siapakah Khadijah, perempuan yang sangat dicintai Baginda Nabi hingga akhir hayatnya? Bahkan berpredikat Ummahatut Mukminin atau ibunya orang-orang mukmin yang turut merasakan berbagai kesusahan dan penderitaan dalam awal penyebaran Islam.
Dilansir dari nu.or.id, berikut beberapa pengetahuan mengenai Khadijah sang istri tercinta Rasul.
1. Sosok terhormat dan diberi gelar perempuan suci
Khadijah merupakan sosok perempuan yang terkenal. Ia dibesarkan di keluarga terhormat, memiliki budi pekerti yang mulia, juga cantik parasnya. Bahkan, pada masa jahiliyah ketika itu, Khadijah diberi gelar At-thahirah atau perempuan suci.
Banyak bangsawan Quraisy yang ingin memperistri Khadijah, pun sebelum akhirnya menjadi istri Rasul, Khadijah telah menikah dua kali. Suami pertamanya ialah Athiq bin Abid dan mempunyai dua anak laki-laki.
Setelah suami pertama wafat, ia menikah lagi dengan Nabasyi bin Malik dan mempunyai dua anak; laki-laki dan perempuan. Sepeninggal suami kedua, Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad SAW.
Khadijah dikenal sebagai pedagang sukses dan terampil. Meski dipuja banyak bangsawan, ia menjatuhkan hatinya pada sosok Muhammad, pedagang muda yang usianya terpaut jauh serta hartanya tidak sepadan dengan Khadijah.
Pernikahan berlangsung saat Khadijah berusia 40 tahun, sedangkan Nabi Muhammad masih berusia 25 tahun kala itu. Namun demikian, pernikahan keduanya adalah pernikahan yang penuh rahmat serta dikehendaki Allah SWT hingga akhir perjalanan.
2. Pendukung setia Rasul, juga mendampingi Rasul saat mendapat wahyu pertama
Sebagai istri, Khadijah menjadi istri yang teladan, mampu membahagiakan Rasul, serta membangun keluarga yang berakhlak.
Khadijah senantiasa mendukung Rasul dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk saat Rasul berkhalwat ke Gua Hira, Khadijah dengan setia menjenguk dan menyiapkan bekal bagi suaminya sebab ia yakin suaminya akan memberi manfaat untuk dunia.
Hingga akhirnya Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk yang pertama kali, yakni di usia 40 tahun saat sedang berkhalwat di Gua Hira. Wahyu pertama tersebut ialah Al-quran Surat Al-Alaq ayat 1-5, dari malaikat Jibril pada malam ke-17 Ramadan.
Setelah mendapat wahyu yang juga sebagai tanda bahwa beliau telah diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah, Nabi Muhammad langsung pulang ke rumah dengan keadaan takut dan gemetaran.
Sesampainya di rumah, Nabi Muhammad menceritakan yang dialaminya kepada sang istri. Di saat inilah Khadijah dengan sigap menenangkan, menyelimuti, serta meyakinkan suaminya bahwa peristiwa itu adalah benar dari Allah SWT.
3. Menjadi pemeluk Islam pertama hingga mengikuti wudu dan salat Rasul
Kesetiaan Khadijah sebagai istri juga ditunjukkan saat ia dengan senang hati memercayai ajaran Rasul dan menjadi orang pertama yang memeluk agama Islam. Ia langsung berikrar “tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah” ketika suaminya menceritakan kejadian di Gua Hira.
Beberapa saat setelahnya, Rasul kembali didatangi malaikat Jibril yang memberi wahyu mengenai wudu dan salat. Jibril menunjukkan tata cara ritual keagamaan yang kini kita kenal sebagai wudu.
Usai berwudu, Jibril melaksanakan salat. Rasulullah lantas mengikuti setiap gerak-gerik yang dipraktikkan Jibril dalam berwudu dan salat.
Dalam keadaan gembira usai mendapat wahyu berwudu dan salat, Rasul kemudian pulang ke rumah untuk menyampaikan ajaran tersebut kepada istrinya. Rasulullah menyiapkan air kemudian berwudu di hadapan Khadijah, sebagaimana yang diajarkan Jibril.
Khadijah mengamati setiap gerakan yang dilakukan suaminya dengan saksama, kemudian menirukannya. Rasulullah SAW dan istrinya lantas mengerjakan salat bersama-sama.
4. Kesetiaan Rasul pada Khadijah, memuliakannya bahkan hingga Khadijah tiada
Pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah berlangsung selama 25 tahun atau hingga Khadijah wafat. Perjalanan rumah tangga keduanya dipenuhi dengan sakinah mawaddah dan warahmah.
Mereka masing-masing saling mencintai serta menghormati satu sama lain. Khadijah menyenangi apa yang disenangi Rasul dan menjauhi apa yang tidak dikehendaki Rasul. Hal ini pula yang membuat Rasul semakin mencintai Khadijah dan terus memuliakannya.
Kesetiaan Nabi Muhammad kepada Khadijah terus melekat bahkan ketika istri pertamanya tersebut sudah wafat.
Ibrahim Muhammad Hasan Al-Jamal dan M. Quraish Shihab pernah menulis tentang riwayat Sayyidah Aisyah yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad hampir tidak pernah keluar rumah kecuali menyebut nama Sayyidah Khadijah dan memujinya dengan pujian yang baik.
Suatu hari Sayyidah Aisyah cemburu dan berkata kepada Nabi, “Apa yang engkau ingat dari seorang wanita tua dari kelompok wanita-wanita tua suku Quraisy yang kedua bibirnya putih dan telah diwafatkan oleh masa. Allah pun telah menggantikan untukmu yang lebih baik darinya.”
Mendengarnya, Nabi marah dan senantiasa menyatakan bahwa Allah tidak mengganti Sayyidah Khadijah untuknya dengan siapapun yang lebih baik darinya. Sayyidah Khadijah beriman ketika orang-orang menolaknya. Dia membenarkan Nabi ketika orang lain menilainya berbohong. Dia mendukung Nabi dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberinya sesuatu. Dan Allah memberi Nabi rezeki anak-anak darinya, sementara istri-istrinya yang lain tidak.
Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "Khadijah, Istri Tercinta Rasul Sekaligus Ibu Orang-orang Mukmin"