Festival Pulih 2021 hari kedua menghadirkan sosok-sosok perempuan inspiratif yang akan membahas mengenai banyak hal. Mulai dari merawat diri, kesehatan mental, hingga kecemasan hadapi masa depan.
Salah satu sosok pulih yang turut membagikan kisah menariknya ialah Mima Shafa, seorang Content Creator yang aktif bergerak di bidang kesehatan mental.
Dalam Instagram Live #RealTalk, Mima Shafa membahas mengenai rasa cemas dan galau hadapi masa depan yang dirasakan oleh Generasi Z atau Gen-Z.
Merasa sulit menyesuaikan diri di tengah pandemi
Dalam sesi #RealTalk: Gue Galau dan Takut dengan Masa Depan, Mima Shafa berbagi pengalamannya saat menghadapi kesulitas beradaptasi di tengah pandemi.
Mima menghabiskan tahun terakhir masa Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga tahun pertama kuliahnya secara online. Menurutnya, hal ini justru membuatnya merasa galau dan kebingungan.
"I have that fear kalau sudah offline harus bagaimana? Bagaimana cari teman baru?"
Namun, Mima juga menyadari bahwa perasaan tersebut manusiawi dan wajar. Untuk menghadapi ketakutan tersebut, Mima berbagi pesan bahwa berpikir positif bisa jadi kuncinya.
"I'm stuck in time" karena tidak bisa eksplorasi diri
Hari-hari yang dihabiskan di tengah pandemi membuat Mima merasa seperti membuang waktu. Bahkan, hampir setiap hari ia merasa overthinking setiap malam, terutama tentang masa depannya.
Tak jarang, Mima merasa bahwa dirinya terperangkap di masa lalu. Meskipun sudah beranjak dewasa, ia tidak merasakannya. Sebab, waktu-waktu yang dihabiskan selama pandemi membuatnya kehilangan kesempatan untuk eksplorasi diri.
Hadapi galau dengan menerima dan mencari pertolongan
Di kesempatan yang sama, dijelaskan pula bahwa Gen-Z justru harus menyadari dan menerima setiap ketakutan yang dirasakan.
Merasa galau menghadapi masa depan harus disadari agar mampu menemukan pertolongan yang tepat.
Mima bercerita bahwa ia pun selalu mencoba menyadari diri setiap merasakan kecemasan. Tujuannya, untuk menghindari hal-hal yang justru mampu membahayakan diri, tak hanya kesehatan mental, namun juga kesehatan diri.
"Cobalah acknowledge and accept setiap masalah dalam diri. Sebab, masalah-masalah tersebut tidak akan selesai tanpa diri kita yang mengusahakannya," katanya.
Lebih lanjut, Mima mengungkapkan ia seringkali cerita ke orang yang dipercayai. Pilihlah partner bercerita yang paling tepat untuk setiap situasi atau permasalahan.
"Situasi seperti ini paling cocok cerita ke siapa. Apakah ke orang tua, atau ke teman atau ke siapa," ungkap Mima.
Bila merasa tidak bisa bercerita ke orang terdekat, Mima memilih untuk mencari pertolongan ahli. Ia akan menghubungi psikolognya saat merasa cemas.
Cara me time saat galau, tergantung kebutuhan.
Seperti orang umumnya, Mima pun sering kali menghabiskan waktu untuk diri sendiri alias me time saat merasa cemas dan galau.
Mima mengungkapkan bahwa dirinya memiliki berbagai hal untuk dilakukan saat me time, dan semua bergantung pada kondisi tubuhnya.
Me time a la Mima cukup mengurung diri di kamar. Tak lupa ia sampaikan ke orang-orang di rumahnya agar tidak mengganggu dirinya. Bahkan, saat ingin sendirian, ia memilih untuk berkomunikasi via chat.
Menghabiskan waktu sendirian dan gelap-gelapan di kamar, habiskan waktu dengan menonton film atau series, tak lupa dilengkapi dengan makanan enak jadi cara terbaik Mima untuk menghilangkan rasa galau.
Di lain kesempatan, Mima juga me time dengan berkumpul bersama teman. Jadi, apa yang harus dilakukan untuk me time, bisa ditentukan tergantung kebutuhan tubuh.
"Semua cara me time pasti benar selama kita merasa terlengkapi dengan me time tersebut," ungkap Mima.
Pesan Mima untuk Gen-Z yang sedang galau hadapi masa depan
Terakhir, Mima berpesan untuk setiap generasi muda atau Gen-Z yang masih merasa galau hadapi masa depan.
"Jangan pernah merasa takut, jangan pernah merasa sendirian," ujar Mima, yang menurutnya kalau kita berani cerita, kita akan merasa bahwa hal tersebut adalah normal.
Apabila lingkungan sekitar tidak mendukung, masih ada banyak cara yang layak dicoba. Contohnya, mengikuti webinar atau Instagram Live yang menginspirasi untuk belajar banyak.
Mima menegaskan bahwa saat menghadapi rasa galau dan cemas tentang masa depan, sadari bahwa perasaan itu adalah normal, namun tetapkan batasan yang jelas.