Hari Natal dirayakan setiap tahun pada tanggal 25 Desember. Kita seringkali melihat adanya kemeriahan dan perayaan di hari Natal. Banyak ditemukan pohon natal yang dipasang di berbagai tempat, dengan berbagai dekorasinya yang memeriahkan suasana.
Hari Natal sebenarnya identik dengan hari suci keagamaan Nasrani yang merayakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus dari Nazaret. Namun, sebenarnya, Natal telah dikenal sebagai bentuk perayaan suatu kebudayaan yang terus mengalami perkembangan hingga saat ini.
Berikut ini adalah sejarah dari perayaan Hari Natal, yang sebenarnya bukan hanya melibatkan hari kelahiran Yesus.
1. Telah dirayakan jauh sebelum kelahiran Yesus
Natal kita kenal sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Namun, sebenarnya orang-orang zaman dahulu sudah merayakan Natal jauh sebelum hari tersebut. Kata Natal sendiri awalnya diambil dari Bahasa Latin, Dies Natalis. Menurut history.com, Natal telah dirayakan di Eropa bahkan satu abad sebelum kelahiran Yesus Kristus.
Perayaan tersebut dilakukan setelah hari tergelap di musim dingin pada akhir bulan Desember, sebagai simbol selebrasi atas kelahiran dan cahaya.
Kejadian-kejadian buruk juga terjadi selama musim dingin saat itu. Banyak orang yang menyaksikannya dan berharap ada cahaya matahari yang berlangsung lebih lama.
2. Natal lebih erat kaitannya dengan budaya setempat
Perayaan natal pada zaman dahulu berbeda-beda tergantung negaranya. Di Jerman pada masa itu, Natal dikenal dengan kehadiran dewa bernama Oden yang muncul di tengah-tengah musim salju.
Orang Jerman begitu takut dengan dewa Oden, mengingat ia bisa terbang di malam hari, mengamati orang-orang di sekelilingnya, dan menentukan siapa yang layak mendapat berkah atau musibah. Oleh karena itu, orang Jerman merayakan Natal dengan tinggal di dalam rumah dan menghindari keluar rumah.
Di Skandinavia, hari Natal lebih dikenal dengan nama Yule, dan dirayakan pada tanggal 21 Desember hingga awal bulan Januari. Di sana, ayah dan anak lelaki dalam suatu keluarga akan membakar beberapa batang kayu besar.
Pesta pun dilakukan hingga api bakaran tersebut padam. Budaya Ini bisa berlangsung selama 12 hari. Tiap percikan api ini melambangkan lahirnya babi atau sapi yang bisa diternakkan tahun depan.
3. Terjadi perdebatan mengenai arti Natal sebagai hari kelahiran Yesus Kristus
Menurut ensiklopedia Britannica, menentukan Natal sebagai perayaan hari lahir Yesus Kristus saat itu cukup menimbulkan banyak kontra. Ada beberapa pihak yang menilai kurang tepat jika merayakan kelahiran Yesus Kristus di Hari Natal mengingat Natal merupakan budaya pagan, dan bertentangan dengan nilai keagamaan Nasrani.
Tdak ada yang tahu persis pasti kapan lahirnya Yesus Kristus. Alkitab juga tidak menyebutkan tanggal lahir Yesus. Namun, pada akhirnya, sejahrawan Sextus Julius Africanus memercayai hari lahir Yesus adalah 25 Desember di 211. Pernyataan ini telah diakui oleh Paus Julius I dan akhirnya dirayakan secara sampai sekarang.
4. Natal berasal dari bahasa Latin
Dalam terjemahan bahasa Inggrisnya, Natal artinya adalah Christmas yang pengadaptasian katanya sangat jauh. Kenyataannya, kata Natal diambil dari bahasa Latin Dies Natalis yang artinya hari kelahiran.
Menurut ensiklopedia Britannica, Christmas memiliki arti mass on Christ’s Day atau misa di hari Kristus. Maka selalu ada perayaan misa oleh penganut Nasrani ketika malam hari sekaligus di tanggal 25 Desember.
5. Perayaan Natal sempat ditiadakan
Pada awal abad 17, terdapat perubahan budaya perayaan Natal di Eropa. Oliver Cromwell dan kelompok Puritannya mengambil alih Inggris pada tahun 1645, dan meniadakan perayaan Natal.
Natal kembali dirayakan ketika Charles II kembali diangkat menjadi raja. Sejak Charles diangkat menjadi raja, banyak warganya yang meminta hari Natal kembali dirayakan.
Masalah serupa sempat terjadi pada tahun 1620 di Amerika. Saat itu ada kelompok Puritan yang lebih ortodoks dibandingkan Oliver Cromwell, yang datang ke benua tersebut dan membuat koloni di Boston. Sehingga, kota Boston melarang adanya perayaan Natal pada tahun 1659 hingga 1681.
6. Awal mula perayaan Natal di Indonesia ada hubungannya dengan penjajahan
Perayaan hari Natal masuk ke Indonesia hampir bersamaan dengan hadirnya umat Kristen, mengingat Natal telah menjadi lambang kelahiran Yesus Kristus. Namun, kapan budaya tersebut masuk ke Indonesia, tidak diketahui secara jelas dikarenakan kurangnya catatan sejarah yang tertulis.
Pada tahun 1966, J. Bakker SJ menulis di majalah Basis tentang agama Katolik yang setidaknya sudah tersebar di area Sumatra utara, pada abad ke-7. Ini menunjukkan berarti seharusnya hari Natal sudah dirayakan di Nusantara sejak abad tersebut.
7. Natal di Indonesia dirayakan dengan berbagai cara
Perayaan Natal di Indonesia juga beradaptasi dengan budaya setempat. Sehingga, perayaan Natal di tiap daerah cukup berbeda antara satu dengan yang lain.
Contohnya, beberapa gereja di Yogyakarta mengadakan gelaran wayang kulit dengan tema Kelahiran Yesus Kristus pada tanggal 25 Desember. Sementara itu, mereka yang tinggal di Flores merayakan Natal dengan menembakkan meriam bambu yang berisi kembang api.
Itulah pembahasan sejarah Hari Natal, yang ternyata perayaannya lebih dari sekedar kelahiran Yesus Kristus. Bela sendiri merayakan Natal nggak? Seperti apa perayaannya?
Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "7 Sejarah Natal, dari Budaya Pagan ke Simbol Kelahiran" ditulis oleh Abraham Herdyanto