Perayaan Hari Raya Imlek sudah di depan mata. Jatuh pada 10 Februari 2024, gelaran tahun baru Tionghoa ini ternyata tak hanya berlangsung selama satu atau dua hari saja. Melainkan dirayakan selama 15 hari penuh dan diakhiri dengan perayaan Cap Go Meh.
Perayaan Imlek sendiri terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Imlek, sembahyang Tuhan, dan Cap Go Meh. Sembahyang Tuhan dilaksanakan pada minggu pertama Imlek sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Tionghoa kepada Tuhan atau Dewa atas segala karunia yang telah diberikan.
Sedangkan kemeriahan Cap Go Meh berlangsung pada hari ke-15 setelah Imlek sebagai penutup rangkaian acara Tahun Baru Tiongkok tersebut. Perayaan Cap Go Meh identik dengan festival serba berwarna merah dengan hiasan lampion dan atraksi Barongsai.
Lantas dari itu, apa itu perayaan Cap Go Meh dan bagaimana sejarah kemunculannya di Indonesia?
Arti Cap Go Meh
Secara harfiah, Cap Go Meh memiliki arti 'malam lima belas' dalam dialek Tio Ciu (Hokkien). Makna Cap Go meruju pada kata 'lima belas'. Sedangkan Meh bermakna 'malam'. Penamaan ini berkaitan dengan perayaan Cap Go Meh yang jatuh pada hari ke-15 setelah perayaan Imlek. Biasanya, Cap Go Meh jatuh bertepatan dengan munculnya bulan purnama.
Sedangkan menurut Cangianto selaku pendiri situs budayationghoa.net, Cap Go Meh adalah suatu gelaran penutupan tahun baru (Imlek) yang dirayakan dengan meriah, baik melalui prosesi budaya maupun religius.
Lain ladang, lain ilalangnya. Di Indonesia perayaan ini dikenal dengan nama Cap Go Meh dan hanya ekslusif dirayakan di Tanah Air. Sedangkan di Tiongkok, perayaan Cap Go Meh populer dengan sebutan yuán xiāo jié (元宵节) atau shàng yuán jié (上元节). Yuan xiao jie sendiri diterjemahkan sebagai Festival Lentera (Lantern Festival).
Makna Cap Go Meh
Festival Cap Go Meh biasanya digelar pada malam hari setiap malam ke-15 setelah Imlek. Tradisi ini identik dengan upacara pelepasan lampion ke udara sebagai simbol untuk melepaskan nasib buruk. Cap Go Meh selalu disambut hangat dan meriah. Karena masyarakat percaya bahwa kultur ini menjadi ritual untuk menyambut nasib baik di masa depan.
Cara perayaannya pun berbeda dengan Imlek. Di mana etnis Tionghoa akan memberi sesajen berupa kue keranjang ke klenteng atau vihara. Persembahan ini dihaturkan sebagai ucapan syukur dan terima kasih kepada Dewa atau Buddha atas nikmat dan keberkahan yang diberikan. Setelahnya, kegiatan dilanjutkan dengan berdoa sebagai rasa syukur dan memohon keselamatan.
Sejarah Cap Go Meh
Hajatan akbar Cap Go Meh sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu. Sedangkan awal mula lahirnya perayaan ini terdiri dari dua versi populer. Pertama yaitu sebuah perayaan yang ditenggarai para Biksu di masa Dinasti Han. Sementara versi lainnya mengatakan bahwa perayaan Cap Go Meh merupakan suatu siasat oleh masyarakat suatu desa untuk mengelabui Kaisar Giok yang murka.
Versi pertama terjadi saat Kaisar Ming yang berkuasa di masa Dinasti Han (206 SM - 221 M). Sang Kaisar mendengar kabar bahwa para biksu menyalakan lentera merah di hari ke-15 kalender Tiongkok sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Buddha.
Melihat ritual agama Buddha ini, Kaisar Ming lantas tertarik untuk merayakannya. Ia pun memerintahkan seluruh kuil, istana, dan para penduduk untuk menyalakan lentera di malam tersebut. Seiring berjalannya waktu, seremoni yang mulanya milik pemeluk Buddha dan bersifat inklusif, kini perlahan bertransformasi menjadi festival besar bagi seluruh etnis Tionghoa di dunia.
Ada versi lainnya
Ada yang mengungkap, Cap Go Meh adalah sebuah siasat untuk mengelabui Yu Huang Da Di atau Kaisar Giok. Menurut legenda yang tersiar, diceritakan bahwa seorang penduduk desa tak sengaja membunuh angsa (sebagian mengatakan burung bangau) milik Kaisar Giok hingga mati. Kejadian ini pun memancing kemurkaan sang penguasa surga dan alam semesta. Sebagai hukuman, ia berencana membakar seisi desa.
Namun, rencana untuk membumihanguskan desa tersebut digagalkan oleh seorang laki-laki yang bijak. Dengan cerdik, ia menyuruh penduduk desa untuk menyalakan dan menggantung lentera merah sebagai cara untuk menipu Kaisar Gok. Cara ini berhasil. Sang Kaisar tak jadi membakar seisi desa. Karena ia melihat lautan cahaya dari lentera merah tersebut sebagai kobaran besar yang melalap habis desa.
Dari sinilah, para masyarakat Tionghoa dengan rutin menyalakan lentera setiap hari ke-15 di bulan pertama kalender Tiongkok. Kegiatan ini menjadi peringatan atas peristiwa selamatnya penduduk desa dari amarah Kaisar Giok.
Perayaan Cap Go Meh di Indonesia
Di Indonesia, perayaan Cap Go Meh menjadi momen wajib yang tak boleh dilewatkan saat Imlek tiba. Saat gelaran ini berlangsung, masyarakat Tionghoa akan merayakannya dengan membuat pawai barongsai, makan bersama, sembahyang ke vihara, serta merias rumah dengan lampion dan ornamen serba merah. Cap Go Meh di Indonesia tergolong istimewa, karena tradisi dan perayaannya telah berakulturasi dengan budaya setempat.
Di Singkawang, Kalimantan Barat, perayaan Cap Go Meh diawali dengan tradisi pawai Tatung. Tergolong ekstrem, atraksi ini menampilkan para Tatung (sebutan untuk orang melakukan atraksi) akan menusuk-nusukkan benda tajam ke badannya. Konon, para Tatung ini dirasuki roh halus yang memiliki kesaktian berupa kekebalan terhadap benda tajam.
Melipir ke Padang, ada tradisi arak-arakan Sipasan sebagai bentuk selebrasi Cap Go Meh setiap tahunnya. Begitu juga dengan masyarakat Tionghoa Salatiga yang menggelar tradisi Kirab Budaya Ruwat Bumi berupa arak-arakan tenda dengan patung Dewa di atasnya. Sementara di Palembang, etnis Tionghoa merayakan Cap Go Meh dengan berziarah ke Pulau Kemaro dan memanjatkan doa di Klenteng Hok Tjing Rio.
Momen keseruan Cap Go Meh
Cap Go Meh merupakan momentum puncak perayaan Imlek. Saat Cap Go Meh tiba, etnis Tionghoa akan merayakannya dengan sembahyang di vihara. Acara kemudian berlanjut dengan jamuan makan bersama keluarga besar di restoran Chinese food atau di rumah. Sajian khas Imlek seperti jeruk mandarin, kue keranjang, lumpia, dan mie panjang umur turut mewarnai meja makan.
Setelahnya, para penduduk Tionghoa turut merasakan euforia dengan mengikuti pawai atau festival Cap Go Meh. Hadirnya pertunjukan barongsai dan hiasan lampion merah di sepanjang jalan turut menambah kemeriahan festival Cap Go Meh.
Penutupan perayaan Tahun Baru Imlek ini juga identik dengan warna merah. Semua pernak-pernik, pakaian, riasan panggung festival, bahkan lampion pun hadir dengan warna serba. Ini karena masyarakat Tionghoa bahwa lampu merah melambangkan kemakmuran, kesatuan, dan rezeki. Begitu juga dengan hadirnya lampion sebagai representasi cahaya yang menerangi jalan rezeki para penggunanya.
Demikian pembahasan tentang pengertian Cap Go Meh beserta artinya. Bagaimana cara kamu merayakan Cap Go Meh, Bela?