Apa kamu selalu merasa kalau perjalanan pulang terasa lebih cepat dibandingkan saat berangkat, Bela? Padahal jarak yang ditempuh sama saja. Apa hal ini membuatmu penasaran? Tenang, bukan hanya kamu yang merasakannya. Karena sebagian besar orang di dunia ini pun merasa hal yang sama, dan sudah ada penelitian ilmiahnya.
Para peneliti menyebutnya sebagai fenomena 'Return Trip Effect'. Fakta yang harus kamu tahu adalah, perjalanan pulang tidak benar-benar lebih cepat daripada perjalanan pergi. Itu semua hanyalah persepsi yang muncul di otak manusia. Berikut alasan dan penjelasannya!
Perjalanan pulang lebih familiar
Saat melakukan perjalanan pulang, kondisinya sudah berbeda. Titik-titik yang sudah dilewati sebelumnya sudah kamu prediksi, akibatnya perjalanan terasa lebih cepat. Hal ini tidak berlaku jika kamu menaiki pesawat, karena yang kamu lihat hanyalah hamparan awan.
Harapan yang tak sama antara pergi dan pulang
Pada kenyataannya, banyak orang terlalu optimis saat memulai perjalanan. Sehingga saat melakukannya, kamu akan merasa perjalanan itu memakan waktu yang lebih lama ketimbang perkiraan yang sudah bercampur harapan. Rasa pesimis pun kemudian hadir ketika kamu melakukan perjalanan pulang. Karena rasa pesimis inilah, waktu justru terasa lebih pendek.
Waktu pulang biasanya lebih fleksibel
Seseorang biasanya melakukan perjalanan berangkat dengan disiplin atau bahkan terburu-buru agar tiba di tujuan tepat waktu. Dengan demikian, otak pun akan berada dalam kondisi sangat fokus yang melelahkan. Beda halnya dengan perjalanan pulang. Meski jarak tempuhnya sama, waktu akan terasa pendek karena waktu bukan lagi perkara yang penting untuk ditaati atau lebih fleksibel.
Apa kamu setuju dengan pemaparan di atas, Bela? Kalau kita mengubah ekspektasi dan lebih fleksibel waktu perjalanan berangkat, mungkin juga akan terasa lebih cepat. Berani mencoba?