Sebagian besar masyarakat ada yang antipati dengan kehadiran asuransi. Entah berawal dari mana, diprediksi ini bermula ketika bertemu dengan agen asuransi yang menakut-nakuti tentang sakit, mati dan tentang nasib orang dekat yang ditinggalkan. Ada pula kawan dekat yang lama tak bertemu, kemudian mengajak bertatap muka eh ternyata dia agen asuransi. Lantas dia memaksa kita untuk berasuransi. Perasaan rindu setelah lama tak bertemu buyar sudah.
Padahal, kalau dipikir-pikir lagi pekerjaan sebagai agen asuransi itu mulia. Seperti yang dilakukan Peggy Regina Katuuk, yang telah sembilan tahun dia bergabung dengan Sequis Life. Strateginya bukan memaksa atau menakut-nakuti tetapi mengedukasi. Menurutnya, mengedukasi berarti sifatnya memberi wawasan atau pengetahuan, bukan memaksa atau menawarkan secara berlebihan.
Penasaran dengan konsep ini? Makanya, kita wajib lebih dekat dulu yuk dengan Peggy Regina Katuuk. Keep scrolling, Bela!
1. Strategi edukatif versi Peggy Regina Katuuk
Peggy memberi contoh strategi edukatifnya itu. "Misalnya ada seseorang punya istri dan anak. Ia adalah kepala keluarga yang menopang kehidupan keluarganya. Jika tak ada kepala keluarga, otomatis tak ada pemasukan bagi anak-istrinya itu," paparnya.
Maka, penopang income keluarga harus dijaga betul dari risiko kehidupan: sakit dan meninggal dunia. Jika sakit, mungkin bisa dilindungi oleh BPJS. Tapi jika meninggal, siapa yang berperan untuk mencari nafkah?
"Dari pertanyaan itu, saya beri pertanyaan lagi: jika ada pihak lain, atau sebuah perusahaan yang dapat menggantikan peran almarhum sebagai pencari nafkah, mau atau tidak?" ujar Peggy.
"Tentu saja mau, bukan? Di situlah kehadiran perusahaan asuransi," ujarnya. Melalui metode paparan edukatif itu, Peggy banyak menjaring nasabah asuransi. Cara yang tidak menakut-nakuti, tak memaksa, namun memberi perumpamaan yang memang sangat dekat dengan realita.
2. Proyeksi biaya pendidikan
Di dalam kehidupan, kita tidak bisa menghindari dua risiko itu: sakit dan meninggal. Hanya dengan menyisihkan premi untuk asuransi jiwa, maka kelak keluarga yang ditinggalkan akan tetap tercukupi ekonominya. Begitu pun misalnya, untuk pendidikan. Peggy memberi contoh tentang biaya masuk kuliah di PTN yang mana saat ini mungkin brkisar Rp15-20 juta, dengan asumsi kenaikan biaya pendidikan sebesar 10% per tahun. Lalu, apa kabarnya biaya tersebut di 10 tahun mendatang? Otomatis akan ikut meningkat juga.
Para orangtua berpenghasilan standar perlu menabung dalam jumlah besar per bulan untuk persiapan biaya kuliah putra-putrinya. Itu pun jika dalam perjalanannya tak terhalang oleh risiko kehidupan. Bila sampai sakit atau meninggal, otomatis biaya tabungannya teralihkan.
"Melalui asuransi, biaya preminya tidak cukup besar dibanding dana persiapan dalam bentuk tabungan biasa. Tapi ketika anak Anda kuliah kelak, sudah pasti dana untuk cover biayanya bisa turun," terang perempuan kelahiran Bitung itu. Kalau pun terjadi risiko kehidupan, dana yang disiapkan untuk kuliah anak itu tidak terganggu.
3. Pencapaian dan brand image di media sosial
Pun, strateginya yang lain adalah branding diri melalui media sosial, dan tentunya dengan semangat edukatif bukan memaksa. "Jika dulu agen asuransi yang menawarkan ke calon nasabah, sekarang calon nasabah yang datang pada kami. Karena mereka telah teredukasi melalui media sosial. Saya branding diri saya di situ," terangnya.
Strategi itulah yang membuat Peggy meraih kesuksesan dan mengantarkannya menjadi Bisnis Partner Royal Diamond Miracle Sequis Life. Dia juga telah memiliki tim yang solid di bawah arahannya dan sering turun langsung untuk sekadar memberi pelatihan. Berkat keberhasilannya itu, Peggy meraih pemasukan yang cukup dan 4x meraih MDRT atau Million Dollar Round Table, yakni standar profesional tertinggi pada industri asuransi yang mencerminkan keunggulan dalam pengetahuan, etos kerja, serta pelayanan pada nasabah.
4. Pengalaman pribadi Peggy selama menjadi agen asuransi
Hanya sekali Peggy bersikap agak memaksa. Namun itu tak salah, karena yang dilakukannya demi kebaikan. Kisahnya berawal di tahun 2021, tahun ketika Covid-19 varian Delta sedang ganas-ganasnya. Dia memiliki seorang kawan yang secara finansial cukup. Kawannya itu punya beberapa anak yang masih kecil.
"Entah, feeling saya ketika melihat dia, bahwa dia harus ikut asuransi. Saya beri anjuran berbagai macam, dan sedikit memaksa. Pokoknya harus ikut. Akhirnya dia luluh juga. Membayar premi langsung 1 tahun dengan nilai Rp18 juta," kenangnya.
Dua minggu kemudian, suami kawannya itu mengalami demam. Gejalanya mengindikasikan bahwa ia terkena Covid-19. Benar saja, setelah mau ke rumah sakit setelah dibujuk sekian lama, suami kawannya itu dikarantina karena terpapar varian Delta.
"Rawat inap selama 21 hari dengan total biaya Rp275 juta. Uangnya bagaimana? Tentu sudah di-cover semua oleh asuransi. Padahal, preminya baru bayar sekali, dan dia baru ikut sebagai nasabah belum genap 1 bulan," ujarnya.
Dari situ kawannya merasa sangat berterima kasih kepada Peggy karena sudah memaksanya jadi nasabah asuransi kesehatan. "Katanya, tidak terbayangkan jika saat itu saya tidak memaksa. Pasti dia jual aset. Waktu itu bisnis sepi dan belum ada dana darurat yang begitu besar. Itulah manfaat asuransi," ungkapnya.
5. Cerita keberhasilan Peggy Regina Katuuk
Dengan pengalaman itu, Peggy merasa hidupnya menjadi berkah atau berarti bagi orang lain. Sering kali orang menghindari asuransi, tapi ketika tahu manfaatnya pun ia akan bersyukur. Karena segala keperluannya telah ter-cover. Namun, Peggy mengingatkan agar masyarakat berhati-hati memilih perusahaan asuransi dan jangan terpukau dengan premi yang murah. Pilihlah yang memang sudah terpercaya dan teruji.
Peggy telah 9 tahun bekerja di bawah naungan PT Asuransi Jiwa Sequis Life. Sebelumnya, dia telah puluhan tahun bekerja sebagai akuntan. Awalnya, Peggy hanya menjadi nasabah. Lama-kelamaan tertarik untuk terjun langsung sebagai agen. Upayanya itu berhasil, dan ia sukses karena kerja keras, konsistensi dan ketekunan. Strategi pemasaran yang unik pun menjadi kunci kesuksesan itu.
Selain penghasilan yang bagus, Peggy juga sering mendapat reward dari Sequis Life berupa jalan-jalan ke berbagai negara. Antara lain ke Hong Kong, Macau, Jepang, Amerika Serikat (Los Angeles, San Francisco), Belanda, Belgia, Tiongkok (Shanghai), Australia (Melbourne), Yunani, Swiss, Italia (Roma, Florence), Korea Selatan (Seoul, Jeju), Malaysia (Kuala Lumpur), dan Singapura. Termasuk juga di tempat-tempat indah di Indonesia seperti Raja Ampat, Bangka Belitung, dan Binjai.
Sebuah capaian yang mungkin sulit ia dapat di pekerjaan sebelumnya di bidang finance dan accounting. Bagaimana menurutmu, Bela? (WEB)