Penantian panjang telah usai. Lanjutan seri Kuntilanak, yaitu Kuntilanak 3, siap tayang di bioskop kesayangan kamu 30 April mendatang. Setelah proses produksi rumit selama tiga tahun, film ini akan menemani momen hari raya lebaran para keluarga Indonesia.
“Film Kuntilanak 3 ini melalui tahapan produksi dan pos-produksi yang luar biasa rumitnya dan tentu harapannya, visual efek serta production value yang kami sajikan kali ini dapat memanjakan mata para penggemar Kuntilanak Universe ini. Selain visual efek yang memanjakan mata, film ini juga tepat sekali jika dinikmati oleh anak-anak dan keluarga karena selain ingin mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, film ini juga banyak mengangkat cerita tentang pentingnya untuk selalu mendukung keluargamu dalam keadaan apapun,” ujar sang sutradara, Rizal Mantovani.
Kuntilanak 3 dibintangi oleh Nicole Rossi, Andyan Bima, Ali Fikry, Sara Wijayanto, Nafa Urbach, Amink, Wafda Saifan, Irish Hutasoit, Adlu Fahrezy, Clarice Cutie, Romaria, Ciara Nadine Brosnan, Farras Fatik, Nena Rosier, dan Zara Leola. Selain Rizal, tim produksi juga terdiri dari Raam Punjabi (produser), Amrit Punjabi (co-produser), Alim Sudio (script writer), dan masih banyak lagi.
Alur film
Dinda (Nicole Rossi) merasakan keanehan dalam dirinya setelah kembali dari Ujung Sedo. Setiap kali ia marah, sebuah kekuatan misterius bangkit dan menguasai dirinya. Sempat menyakiti kedua saudaranya, Panji (Adlu Fahrezy) dan Ambar (Ciara Nadine Brosnan), Dinda merasa bersalah dan ingin belajar mengendalikan kekuatan cenayang yang dimilikinya itu.
Ia kemudian pergi ke Sekolah Mata Hati, tempat anak-anak spesial seperti dirinya belajar mengendalikan kekuatan. Di sana, ia bertemu dengan Uchi (Clarice Cutie) yang memiliki kekuatan Saipi Angin (teleportasi), Mala (Romaria) dengan kekuatan Lembu Sekilan (mampu menyembuhkan), hingga Dennis (Farras Fatik) yang mampu membuat Bola Kemamang (bola api).
Namun, sekolah itu dipimpin oleh Eyang Sukma (Sara Wijayanto) yang jiwanya bersatu dengan Kuntilanak. Agar tetap hidup, mereka kerap diam-diam menculik anak dan memangsanya. Dinda sebagai keturunan terakhir Mangkudjiwo serta teman-temannya pun tengah diincar. Mampukah mereka selamat dan mengalahkan Kuntilanak tersebut?
Film horor naik kelas
Kuntilanak 3 adalah sebuah bukti bahwa film horor bisa naik kelas. Tak melulu soal rumah berhantu, unsur fantasi dan kearifan lokal yang berbau mistis pun digabungkan menjadi sebuah cerita yang lebih segar.
“Haunted house itu cerita yang udah lumayan sering. Ini udah ketiga dan itu memang udah harusnya kita coba lagi yang lebih baru. Secara cerita ternyata bisa masuk, nih, ke genre horor-fantasi. Kenapa? Karena tokohnya Dinda itu memiliki kekuatan baru, tentunya dia butuh kontrol. Dia perlu sekolah untuk belajar mengendalikan kekuatannya itu. Sehingga sekolah adalah sebuah alternatif cerita yang make sense, yang nggak maksa. Dan di sekolah itu mulai berkembang, deh, ternyata adalah sekolah yang ada guru baik dan guru jahat. Jadi sebuah kekuatan jahat dan baik ada di sekolah ini. Dan akhirnya bagaimana yang jahat itu bagaimanapun harus dikalahkan oleh yang baik,” papar Rizal.
Amrit Punjabi selaku co-produser memaparkan hal yang membedakan Kuntilanak 3 dengan kebanyakan film Indonesia secara umum adalah dominasi pemeran anak-anak. Padahal, beberapa film luar negeri, seperti It dan Stranger Things, telah terbilang sukses dengan menggaet anak-anak sebagai pemeran utamanya.
“The main stars are still these wonderful kids. Dan mereka ini yang bener-bener memainkan film ini dari Kuntilanak 1, Kuntilanak 2, hingga Kuntilanak 3 jadi sebuah brand yang besar. It’s all of them. For me, to be honest, I don’t see many film Indonesia yang mementingkan peran-peran anak-anak dan mereka beneran steal the show. Dan ya, seperti layaknya kalo kita nonton It atau Stranger Things gitu, nungguin terus anak-anak ini,” ungkapnya.
Ingin perfilman Indonesia lebih kaya
Kombinasi-kombinasi dalam Kuntilanak 3 ini adalah sebuah udara segar bagi perfilman Indonesia, terutama setelah mati suri terhantam pandemi. Rizal berharap, karya terbarunya ini dapat menjadi sebuah gerbang bagi genre horor-fantasi di Indonesia. Jika bisa, ia ingin film lain bisa lebih imajinatif agar genre film Indonesia kian kaya.
“Saya nggak tahu mengenai kata-kata tren, ya. Tapi saya, sih, hanya mengharapkan bahwa setelah ini ya horor-fantasi itu ada lagi, ada lagi, ada lagi. Dan mungkin siapa tahu lebih berkembang lagi, menjadi horor-futuristik, atau yang ruang angkasa, atau apa gitu. Jadi film kita tuh tambah rich, tambah penuh dengan berbagai macam genre,” tutur Rizal.
Siap menyerbu bioskop untuk menyaksikan terobosan-terobosan baru di film Kuntilanak 3, Bela?