Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Mengenal Woke Agenda yang Lagi Viral Karena Pegalaman Daniel Mananta

Alami pergeseran makna seiring perkembangan zaman

Zikra Mulia Irawati

Istilah Woke Agenda tengah viral jadi pembahasan netizen usai Daniel Mananta menyinggungnya di salah satu episode podcast Daniel Tetangga Kamu. Pembawa acara kondang ini membahasnya bersama Muhammad Quraish Shihab, cendekiawan sekaligus ayah dari Najwa Shihab. Ia secara spesifik memberi contoh pada salah satu sekolah Internasional di kawasan Jabodetabek yang sudah terbuka dengan agenda ini.

"Ini anak saya umur 10 tahun, dia baru mau masuk sekolah. Kemarin kita bawa ke sebuah sekolah masih di Indonesia, di kawasan Jabodetabek dan sekitarnya. Mungkin karena sekolah ini udah levelnya internasional, jadi mereka sangat terbuka sama Woke Agenda, sebuah pergerakan atau agenda untuk menormalisiasi 'you are what you feel'. Identitas lo adalah apa yang sedang lo rasakan. Misalnya lo merasakan sebagai seorang perempuan, ya identitas lo adalah perempuan. Explore your feelings. Ini adalah sebuah agenda yang sekarang ini di 21st century lagi digencarkan banget di Amerika Serikat," ungkap Daniel.

Hal yang lebih mengejutkan bagi Daniel adalah terbaginya toilet ke dalam tiga kategori, yaitu khusus perempuan, khusus laki-laki, dan gender netral. Ia mengaku resah melihat sendiri bahwa agenda ini sudah masuk ke Indonesia, terutama di lingkungan anak-anak belajar.

Lantas, apa pengertian dari woke agenda? Apakah istilah ini mengacu pada penyebaran gerakan LGBTQ+ saja? Simak rangkuman dari Popbela di bawah ini, ya.

Asal mula istilah woke agenda

Pexels.com/Asiama Junior

Mengutip Bingedaily, woke merupakan bahasa slang yang berasal dari dialek African American Vernacular English (AAVE). Dalam ragam bahasa ini, kata "awake" biasa disebut dengan "woke". 

Istilah "stay woke" menjadi semboyan di sebagian komunitas kulit hitam bagi mereka yang sadar diri dan bagi mereka yang mempertanyakan paradigma dominan dan berjuang untuk sesuatu yang lebih baik. "Woke" juga bisa merujuk (secara mengejek) kepada orang kulit putih yang perspektifnya tentang kesetaraan ras tiba-tiba berubah setelah mengetahui tentang ketidakadilan sejarah.

Sumber-sumber lain menyebutkan, "stay woke" sudah digunakan sejak 1923 oleh Marcus Garvey, aktivis asal Jamaika. Ia pernah menuliskan “Wake up Ethiopia! Wake up Africa!” sebagai seruan kepada komunitas kulit hitam.

Alami pergeseran makna

Pexels.com/Brett Sayles

Sejumlah kamus pun memberikan pengertian yang berbeda tentang woke agenda atau woke culture ini. Oxford Dictionary mengartikannya sebagai "kewaspadaan terhadap ketidakadilan dalam masyarakat, khususnya rasisme." Sementara itu, Urban Dictionary mengartikannya dengan "tindakan untuk menjadi sangat berambisi tentang seberapa besar Anda peduli dengan masalah sosial."

Namun, woke agenda kian mengalami pergeseran makna. Sebagian besar penganut sayap kiri (meski tidak semua), memaknai woke agenda dengan konteks yang positif karena untuk mengakui ketidakadilan rasial dan sosial di Amerika Serikat — gagasan bahwa hukum dan institusi kita konon menjunjung tinggi ketidaksetaraan dan ketidakadilan sistemik berdasarkan ras, jenis kelamin, dan/atau orientasi seksual.

Sementara itu, penganut politik sayap kanan atau tengah memaknainya dengan konteks yang cukup negatif. Woke digunakan untuk mendeskripsikan ide, sudut pandang, dan perubahan kebijakan yang mereka yakini akan mengubah masyarakat secara radikal dan negatif. Contoh nyatanya antara lain mendorong kesesuaian ideologis dan berusaha untuk melembagakan reformasi yang berbahaya seperti menjungkirbalikkan struktur keluarga tradisional, menghilangkan biner gender (pembagian gender jadi dua yaitu maskulin dan feminin), serta memberi atau merampas sesuatu dari orang berdasarkan ras.

Dalam kasus ini, pergeseran makna woke agenda membuat orang yang mendukungnya banyak ditentang. Alih-alih melawan gagasan buruk atau masalah budaya kesetaraan ras melalui diskusi, debat, atau protes, pendukung woke agenda dinilai lebih bertujuan untuk mengintimidasi penentangnya agar diam. 

Penggunaan istilah woke agenda di berbagai karya populer

"Stay woke" juga digunakan oleh penyanyi Lead Belly dalam lagu “Scottsboro Boys” pada 1938. Ia menciptakannya berdasarkan tuduhan pemerkosaan dua perempuan berkulit putih kepada sembilan remaja berkulit hitam. Sang penyanyi berpesan pada pendengarnya, “stay woke, keep their eyes open”.

Kalimat "I stay woke" juga terdapat dalam lagu "Master Teacher" yang dipopulerkan oleh Erykah Badu pada 2008. Namun, rupanya ia tak mengetahui bahwa kalimat tersebut memiliki makna yang berbeda, bahkan terikat dengan politik. Hal ini diungkapkannya dalam sebuah wawancara bersama The New York Times pada 2019 lalu.

"'Stay woke' berarti memperhatikan segala sesuatu, jangan bersandar pada pengertian sendiri atau orang lain, amati, kembangkan, hilangkan hal-hal yang tidak lagi berkembang. Itulah artinya. Tetap sadar, tetap terjaga. Bukan berarti menghakimi orang lain. Itu tidak berarti mengeroyok seseorang yang Anda rasa belum sadar (woke). Itu tidak berkembang," ungkapnya.

Ternyata woke agenda punya makna yang cukup berbeda di saat yang sama, ya, Bela. Bagaimana tanggapanmu soal hal ini?

IDN Channels

Latest from Inspiration