Warganet Twitter dihebohkan dengan tagar #BukaIsiHape. Rupanya, hal itu merupakan bagian dari promosi film Perfect Strangers versi Indonesia yang dibintangi oleh Vino G. Bastian, Adipati Dolken, Darius Sinathrya, Denny Sumargo, Jessica Mila, Clara Bernadeth, dan Nadine Alexandra.
Film yang aslinya berasal dari Italia dengan judul Perfetti Sconosciuti ini menyabet titel film yang paling banyak di-remake. Lantas, bagaimana kesan para pemeran karya yang akan tayang di Prime Video pada 20 Oktober ini? Berikut jawaban mereka saat Popbela wawancarai dalam sebuah roundtable interview.
1. Vino ikut tegang selama syuting
Jadi aktor dengan jam terbang tinggi tak lantas membuat Vino santai saat syuting Perfect Strangers. Peran yang ia mainkan adalah Tomo, seorang guru olahraga. Dari penampilan fisik saja, suami Marsha Timothy ini harus sudah bekerja keras menaikkan berat badan hingga sekitar 10 kilogram. Ia bahkan harus menggunakan prostetik karena kenaikan berat badan tersebut tidak terlalu memengaruhi penampilannya.
Namun, bukan itu yang sejatinya dianggap tantangan oleh Vino saat berperan dalam Perfect Strangers. Menurutnya, membangun chemistry di antara tujuh pemain jauh lebih rumit. Ditambah lagi, adegan hanya dilakukan di satu meja dan harus diulang saat ada yang dinilai sang sutradara, Rako Prijanto, kurang memuaskan. Vino secara blak-blakan mengungkap ada ketegangan yang dirasakannya selama syuting berlangsung.
"Kita pun jadi ikut tegang. Mau masuk di meja itu sampe Mas Rako (bilang), 'gimana udah siap semuanya?' Itu tuh tegangnya, wah, tegang karena emosi di adegan itu memang tegang sama tegang takut kita ngelakuin kesalahan, diulang lagi dari awal," ujarnya.
2. Adipati ngaku harus asah teknik akting lagi
Akibatnya, proses syuting Perfect Strangers membuat para aktor senior ini terasa seperti belajar akting lagi. Adipati Dolken yang sudah malang-melintang di kancah perfilman Indonesia ini, tak terkecuali.
"Teknik-teknik yang dulu kita pelajarin untuk main film tuh, kadang kalo udah kenyamanan (terlalu nyaman) kan suka kita lupain. Suka, 'udah lah, udah lah, udah bisa.' Di film ini, teknik itu tuh kita asah lagi ternyata," katanya.
Salah satu contohnya adalah penerapan tempo berbicara. Saat salah satu terlalu cepat atau lambat, hal itu akan membuat tempo pemeran lain berantakan. Saat melakukan pembacaan naskah, mereka sampai harus menggunakan metronom agar tidak buyar.
"Dan kadang, konteks yang kita omongin tuh harus kita dengerin baik-baik. Kayak Vino bilang juga, kadang-kadang kita suka bengong juga nikmatin yang lain lagi pada main gitu. Kok seru banget. Kita tuh terbawa sama suasana gitu kan. Tapi kalau kita skip sepersekian detik aja, dialog kita kelewat aja, itu kan temponya langsung berubah. Hal-hal kecil yang sebenernya nggak jadi masalah kalau kita pake di film lain, tapi di film ini jadi nggak enak gitu kalau kita salah gara-gara hal sepele," tutur pemeran karakter Wisnu ini.
3. Fakta di balik karakter yang diperankan Darius
Meski tak hadir dalam kesempatan wawancara ini, ada satu fakta unik dari karakter Enricho yang diperankan oleh Darius Sinathrya. Mulanya, peran tersebut harusnya diambil oleh Denny Sumargo yang memerankan Anjas, lho, Bela!
"Sebenarnya, awalnya aku itu Enricho. Kemudian Anjas-nya itu orang lain tapi cancel, terus aku dipindah. Terus aku ke Anjas, berikutnya Darius masuk gitu," kata Denny.
Oleh Rako pun, beberapa aspek dalam diri Darius dinilai lebih cocok untuk memerankan Enricho. Hal serupa juga dikatakan Alim Sudio sebagai penulis skenario.
"Puas banget (dengan hasilnya). Saya paling ragu sebenarnya, bukan ragu, sih. Dalam arti, 'Darius bisa nggak ya?' karena di bayangan saya, Enricho tuh sosok yang tertutup. Tapi pas lihat Darius tuh, orang udah merasa ini tipe alpha male yang establish, steady, ya orang yang kepengen rumah tangganya baik-baik aja tapi begitu," ujarnya.
4. Denny senang ambil bagian di film ini
Namun, Denny tak ambil pusing dengan pergantian karakternya. Ia tak masalah harus berperan sebagai Anjas. Hal terpenting menurutnya, ia terlibat dalam Perfect Strangers.
"Aku tuh lebih ngelihat film ini tuh film bagus. Kemudian sudah diadaptasi di beberapa negara, sudah pasti bagus. Dan pemain yang terlibat, aku lihat ini bagus-bagus. Aku nggak baca sampai tuntas, jujur. Aku juga nggak terlalu nge-review. Aku cuma ngelihat ini film bagus dan saya perlu film seperti ini untuk naikin film saya dalam bermain film, serius. Apalagi pemain di sini bagus, director-nya bagus, production values-nya bagus. Jadi aku ngelihatnya dari sisi itu saat itu," ungkapnya.
5. Jessica pahami posisi Keisha
Saat Popbela tanya apakah ada kesamaan antara karakter asli dan peran, Jessica Mila tanpa ragu menyebut keduanya jauh berbeda. Namun, ia memahami posisi Keisha, karakternya, dan mungkin akan melakukan hal serupa jika ada di posisinya.
"Misalkan di sini Keisha berusaha fit in di circle temen-temen suaminya ini, karena ini memang bisa dibilang innercircle lah buat suaminya. Karena mereka udah menikah jadi pengen lah lebih deket dengan sahabat-sahabat suaminya, terutama yang perempuan-perempuan yang kayaknya dia udah lebih akrab duluan gitu," terangnya.
Untuk chemistry dengan Denny Sumargo, ia tak merasakan kesulitan berarti karena sebelumnya telah saling mengenal.
"Kita berusaha terlihat believable sebagai pasangan yang baru menikah, tapi kita juga tetep menjaga kenyamanan masing-masing dan berusaha tetep profesional juga. Jangan sampe ada yang baper setelah adegan," ucapnya.
6. Clara belajar soal pernikahan jangka panjang
Untuk Clara Bernadeth, tantangan yang paling dirasakannya adalah menjadi seseorang yang sudah menikah selama sepuluh tahun. Di kehidupan nyata, ia belum menikah saat syuting berlangsung pada 2020. Aktris ini baru dipersunting Palma Putra pada November 2021 lalu. Ia berharap karakter Imelda yang diperankannya akan jadi pembelajaran untuk dirinya sendiri.
"Ada pembelajaran yang bisa diambil dari karakter tersebut. Gimana rasanya mempunyai hubungan rumah tangga selama sepuluh tahun, sedangkan aku belum menikah. Atau dari rumah tangga Imelda itu sendiri, tentang keterbukaan, tentang support each other, tentang banyak hal banget deh bahkan tentang pertemanan perempuan. Juga, aku melihat bagaimana kompleksitas hubungan perempuan-perempuan ini," paparnya.
7. Karakter Nadine tak sekadar jadi pelengkap
Sementara itu, Nadine Alexandra mengapresiasi Perfect Strangers menggali lebih dalam karakter para perempuan hingga aspek lain di kehidupannya. Ia mampu merasakan kompleksitas dari karakter Eva yang ia mainkan.
"Salah satu permasalahannya adalah bahwa kita seringkali melihat perempuan dari one side of me. Lo jadi ibu. That's it. Tapi nggak, di sini kita melihat bahwa perempuan hidupnya sangat-sangat kompleks, emosinya sangat-sangat kompleks, dan even tho they're married, jangan lupa hubungan antara suami dan istrinya. Bukan kayak, 'lo ibu dari anak-anak kita,' udah. And we stop being anything else. Jadi pentingnya untuk perempuan untuk nggak terus-menerus self-sacrifice, tapi juga pentingnya memprioritaskan diri sendiri, dan also stand for a needs, gitu," terangnya.
Dari sisi dunia akting, Nadine juga memandang bahwa industri ini masih belum mengeksplorasi karakter perempuan sejauh Perfect Strangers. Ia merasa antusias saat ditawari berperan di luar yang selama ini dilakukannya: menjadi pelengkap.
"Buat aku secara personal, kayaknya masih jarang sekali kita sebagai aktor perempuan di Indonesia atau di manapun, ditawarin peran perempuan yang sekompleks ini. Masih sering banget ditawarin 'oh sebagai siapa? Sebagai pacarnya karakter ini.' Tapi kan kayak sesungguhnya kita sebagai perempuan, we have complex life. Kita sebagai individu bisa berdiri sendiri, bukan hanya pelengkap atau pemanis suatu film atau karakter lain," tambahnya.
Dari obrolan para pemerannya saja, Perfect Strangers sudah terdengar menarik, bukan? Daripada penasaran, saksikan filmnya yang tayang secara eksklusif di Prime Video mulai 20 Oktober, ya, Bela!