Bagi beberapa orang, aturan dibuat untuk dilanggar. Tapi, yang sebenarnya adalah aturan dibuat agar semua orang bisa merasa nyaman. Sama seperti kita, orang Romawi yang hidup di masa lalu juga dikelilingi oleh seperangkat aturan yang harus dipatuhi.
Yang membuatnya berbeda adalah aturan yang diterapkan. Hari ini, semua aturan yang dibuat masuk akal. Tapi dulu, mereka memiliki beberapa aturan yang bukan hanya aneh, tapi juga gila. Dilansir dari listverse.com, berikut ini delapan aturan gila yang berlaku pada masa peradaban Romawi Kuno. Kira-kira, segila apa aturannya?
1. Rakyat jelata dilarang memakai pakaian berwarna ungu
Pada masa peradaban Romawi Kuno, warna ungu merupakan warna kerajaan. Oleh karena itu, tidak sembarang orang bisa menggunakannya. Ini karena pada masa itu, ungu adalah warna yang sangat langka. Untuk mendapatkan pigmen berwarna ungu yang cukup untuk mewarnai sebuah baju, seseorang harus membunuh sekitar 10 ribu moluska atau siput laut.
Karena prosesnya yang sulit, baju berwarna ungu dihargai melebihi emas. Mereka yang memakainya bukan hanya harus kaya, tapi juga harus berasal dari kalangan bangsawan.
2. Perempuan tidak boleh menangis di pemakaman
Saat ini untuk melihat popularitas seseorang, kita hanya perlu melihat akun instagram-nya. Semakin banyak followers-nya, maka makin populer juga dia. Tapi, beda ceritanya jika kamu hidup bersama orang Romawi Kuno.
Pada masa itu, populer atau tidaknya seseorang bukan hanya dilihat dari berapa banyak pengikutnya ketika hidup, tapi juga dari berapa banyak orang yang menangisi kepergiannya saat dia meninggal. Saat seseorang meninggal, keluarganya kerap kali membayar banyak orang, terutama perempuan untuk pura-pura berduka.
Nantinya orang-orang ini akan mengikuti peti mati mendiang sambil menangis meraung-raung. Sayangnya, hal semacam ini justru membuat prosesi pemakaman yang harusnya berjalan khidmat menjadi sangat gaduh. Untuk mengatasi kegaduhan ini, pemerintah kemudian mengeluarkan undang-undang yang isinya melarang perempuan untuk menangis di pemakaman.
3. Seorang ayah dapat menghabisi kekasih putrinya
Di era Romawi Kuno, mereka memiliki aturan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan ketika kamu mendapati istrimu berselingkuh. Pertama, seorang suami akan mengunci istri dan selingkuhannya. Kemudian, dia akan menyebarkan berita ini pada semua orang, dan menjadikan istri dan selingkuhannya sebagai tontonan.
Sebagai suami, dia juga wajib memberikan pernyataan yang rinci kepada publik tentang perselingkuhan itu dan menceraikan istrinya. Jika selingkuhan istrinya adalah seorang pelayan, maka sang suami boleh menghabisinya. Tapi, jika selingkuhannya adalah warga negara, maka ayah dari pihak perempuanlah yang punya hak untuk menghabisinya.
4. Orang yang melakukan kejahatan berat akan ditenggelamkan ke laut
Di era Romawi Kuno, penjara bukan satu-satunya hukuman. Mereka yang melakukan kejahatan sedang biasanya akan berakhir di tiang gantungan. Tapi, mereka yang melakukan kejahatan berat akan mengalami siksaan sebelum kematiannya.
Untuk permulaan, masyarakat akan memukuli penjahat itu beramai-ramai. Setelah si penjahat sekarat, mereka akan memasukkannya ke dalam karung bersama ular, kera, dan anjing hidup untuk ditenggelamkan di lautan.
5. Orang harus minta izin pada senat untuk mengakhiri hidupnya
Pemerintahan Romawi Kuno mengawasi dengan ketat penggunaan obat dan racun. Bukan hanya itu, mereka juga memiliki aturan yang ketat seputar bunuh diri. Sekadar informasi, orang Romawi Kuno yang menderita depresi berat diperbolehkan mengakhiri hidupnya, dengan syarat keputusan itu mendapatkan izin dari senat. Mereka yang mendapatkan izin bahkan akan diberikan racun oleh pemerintah.
Meski begitu, tidak semua orang Romawi bisa melakukan ini. Hanya mereka yang benar-benar dalam kondisi seperti depresi berat atau menderita penyakit yang tidak bisa sembuh yang bisa mendapatkan izin. Selain itu, tentara, budak, atau penjahat juga tidak diizinkan untuk melakukan hal yang sama karena dianggap akan merugikan negara.
6. Dilarang menguburkan orang yang meninggal karena tersambar petir
Dari semua hal yang bisa menjadi penyebab kematian seseorang, bangsa Romawi Kuno paling benci pada mereka yang meninggal karena tersambar petir. Bukannya kasihan lalu memberikan penghormatan yang layak, bangsa Romawi justru membiarkan jasad orang malang itu membusuk.
Ini karena dalam kepercayaan Romawi Kuno, tersambar petir adalah bentuk hukuman dari Dewa Jupiter. Jika seseorang sampai tersambar petir, itu artinya dia sudah melakukan sesuatu yang sangat buruk hingga membuat Jupiter marah besar.
Menguburkan jasad orang yang tersambar petir berarti kamu sudah mencuri pengorbanan untuk Jupiter dan untuk itu masyarakat akan mengorbankan kamu kepada Jupiter sebagai gantinya.
7. Seorang ayah tidak boleh menjual anaknya lebih dari tiga kali
Kedengarannya memang kejam, tapi perdagangan manusia adalah sesuatu yang legal di masa peradaban Romawi Kuno. Yang lebih gila lagi, seorang ayah bisa menjual anak laki-lakinya kepada orang lain sebagai budak untuk sementara waktu.
Meski menjual anak adalah tindakan legal, tapi orangtua tidak boleh menjual anaknya lebih dari tiga kali. Jika aturan itu dilanggar, sang ayah akan dihukum berat dan kehilangan haknya sebagai orangtua dari anak tersebut.
8. Seorang ayah diperbolehkan untuk menghabisi seluruh keluarganya
Di masa awal peradaban Romawi Kuno, seorang ayah memiliki kuasa penuh atas keluarga, terutama anak-anaknya. Ketika seorang anak melakukan kesalahan, ayahnya bebas memberikan hukuman, bahkan menghabisi anaknya tanpa takut akan diadili.
Yang lebih parah, kuasa ini bukan hanya berlaku ketika anaknya masih kecil, tapi juga saat si anak sudah dewasa, bekerja, bahkan menikah, dan memulai keluarga baru. Anak-anak sendiri baru akan dinyatakan bebas jika sang ayah sudah tiada.
Itu dia delapan aturan gila yang pernah berlaku di masa peradaban Romawi Kuno. Terlepas dari kegilaan itu, aturan tetaplah aturan yang harus dipatuhi.
Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "8 Aturan Gila yang Pernah Berlaku di Masa Peradaban Romawi Kuno"