Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Budaya Sosial Orang Jerman yang Diperkenalkan Gita Savitri

Ayoooo belajar!

Ria Theresia Situmorang

Sebagai perempuan yang sudah hampir 8 tahun tinggal di Berlin, Jerman, untuk menempuh pendidikan, Gita Savitri pastinya merasakan perbedaan besar budaya sosial antara orang-orang di Indonesia dan Jerman. Ia seringkali mengupas isu-isu sosial ini dalam blog serta akun channel YouTube pribadinya. Hal-hal yang seringkali ia garis bawahi adalah tidak hanya mengambil kebiasaan buruk orang-orang barat seperti alkohol, seks bebas dan obat-obatan terlarang tetapi juga nilai positif yang diajarkan lingkungannya di Jerman yang ingin ia bagikan juga kepada anak muda di Indonesia.

1-tepat-waktu-e4c3ea23eb4873efe474bd3d6d6e8f90.jpg

Gita dalam beberapa videonya juga menjelaskan tentang stereotipe orang-orang jerman yang terkenal sangat tepat waktu. Hal ini diilustrasikannya dengan transportasi umum yang memang selalu datang on time. Ia merasakan perbedaan besar saat tinggal di Jerman kalau waktu sangatlah berharga sehingga ia pun ingin mengajak anak muda Indonesia untuk mulai menghargai waktu seperti tidak terlambat ketika janji bertemu.

1-tepat-waktu-1-663b3adf1847a65f9b473d549f69dc0d.jpg

Dalam beberapa ulasan dan videonya, Gita seringkali menyebutkan kalau saat pertama kali memakai hijab tidak ada satu pun orang di sekitarnya yang ingin tahu tentang keputusannya tersebut.

Ia bahkan menganggap orang-orang Jerman seakan tidak peduli dengan preferensi individual karena hal ini menyangkut privasi. Di sisi lain, Gita juga ingin memberikan pesan kepada anak muda Indonesia untuk tidak terlalu ikut campur terhadap pilihan, penampilan hingga bahkan penyataan orang lain selama hal itu tidak membahayakan diri sendiri, Gita merasa ruang untuk diri sendiri perlu dikembangkan dibandingkan hidup hanya untuk mendegar apa kata orang lain.

1-tepat-waktu-2-109ff839b2bad23a3a6257b98693390c.jpg

Sebagai wilayah urban, Berlin memang seringkali didatangi para pendatang dari berbagai penjuru dunia. Hal ini lah yang membuat masyarakatnya menjadi terbuka terhadap perbedaan. Namun sebagai minoritas, Gita menganggap kalau tinggal di Berlin membuat ia tidak diistimewakan ataupun dikucilkan dalam masyarakat.

Gita pun ingin mengajak anak muda Indonesia untuk tidak memperlakukan kaum minoritas dan pendatang sebelah mata, mengingat hal ini bertentangan dengan hak asasi manusia. Ia pun berharap ke depannya anak muda Indonesia untuk menikmati keberagaman dan tidak terlalu nyinyir masalah perbedaan kecil di sekitarnya.

1-tepat-waktu-3-8d1335b25f5c3b11f4a3658fee9726b5.jpg

Perempuan kelahiran Jakarta ini juga memberikan contoh bagaimana warga di Berlin sendiri tidak terlalu terpengaruh terhadap kegiatan unjuk gigi di jalanan seperti aksi touring yang sebenarnya mengganggu arus lalu lintas.

Ia bercerita sebagai negara maju, warga Jerman juga tidak serta merta konsumtif. Berbagai kalangan mulai dari pejabat hingga pemilik perusahaan masih terlihat memakai transportasi umum, padahal Jerman sendiri adalah penghasil produk mobil berkualitas yang diakui dunia.

5-8e180fb44f74b9de34f73e2021a687a1.jpg

Meski dikenal sebagai orang-orang individualis dan serba cepat, menurut perempuan lulusan Freie University Berlin ini, warga Berlin biasanya akan cepat tanggap ketika berurusan dengan masalah kemanusiaan.

Ketika menemui seorang ibu dengan troli anak di stasiun kereta, biasanya pasti akan ada orang yang membantu membantu membawa troli naik atau turun tangga. Hal ini adalah contoh bahwa di negara maju, orang-orangnya tidak sepenuhnya individualis dan ini yang ingin ia tekankan kepada anak muda Indonesia untuk membantu orang yang membutuhkan di sekitarnya.

 

BACA JUGA: Begini Arti Merantau Bagi Gita Savitri Devi Setelah Tinggal di Jerman

IDN Channels

Latest from Inspiration