Geliat para perempuan Indonesia untuk memperjuangkan haknya semakin kentara, Bela. Terlebih lagi banyak pula kasus pelecehan seksual yang seolah disepelekan, bahkan tak jarang pula perempuan yang menjadi korban justru jadi biang masalah. “Salah sendiri pakai baju yang mengundang syahwat,” “Sudah tau naik kendaraan umum, pakai baju kok ketat,” begitulah celotehan pria tak bertanggung jawab ketika tahu kalau seorang perempuan jadi korban pelecehan seksual! Miris? Tentu!
Tapi khusus di hari Perempuan Internasional ini lah semua perempuan menyatu untuk menyuarakan hak mereka, Bela. Isu ini pun akan disuarakan dalam acara bertajuk 'Parade Juang Perempuan Indonesia'. Penasaran bagaimana para perempuan membela hak-haknya?
Yuk ikuti laporan dari Popbela di artikel yang akan terus di-update ini, Bela.
1. Perempuan asal Aceh yang harus dirahasiakan namanya ini rela datang ke Jakarta demi menyuarakan dua masalah, yakni keterbatasan air akibat produksi suatu perusahaan besar, kedua peraturan daerah yakni Qanun Jinayah yang sangat mendiskriminasikan hak perempuan.
2. Perempuan asal Aceh berinisial RL ini pun harus menutup wajahnya dengan alasan keamanan. Sebab, jika perempuan Aceh mengkritik praktik Qanun Jinayah, sekembalinya ke daerah, RL bisa di-bully habis-habisan.
3. Boneka menjadi simbol sebagai anak mereka,Bela. Artinya, para ibu ini menyampaikan kalau perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak tetap produktif bekerja dan berhak mendapatkan hak yang sama dengan pria.
4. Kanza dan Rebeca, mewakili Transpuan demi menyuarakan hak mereka sebagai pensuduk Indonesia yang suaranya tidak terdengar oleh hukum pemerintahan Indonesia, Bela. Padahal suara mereka yang menjadi minoritas patut didengarkan.
5. Nggak cuma perempuan yang menyuarakan hak mereka, tapi ada juga Akbar Ikhsan (20 tahun) dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi yang ikut menyuarakan hak perempuan, Bela. Karena menurutnya, Undang-Undang di Indonesia belum melindungi hak perempuan Indonesia.