“I’ve got so much love, got so much patience. I’ve learned from the pain, i turned out amazing”.
Sepotong lirik lagu terbaru Ariana Grande di atas yang berjudul “Thank u, next” ini menceritakan hubungannya dengan para mantan kekasihnya. Lagu berdurasi 3 menit 27 detik ini pada intinya bercerita tentang perjalanan Ariana mencintai dirinya sendiri.
Ariana berbagi pengalamannya itu di media sosial, ia menyemangati para penggemarnya untuk nggak ragu untuk melakukan terapi ketika merasa kesehatan mentalnya terganggu.
“In all honesty, therapy has saved my life so many times,” ujar Ariana.
Selain menjadi salah satu cara untuk mengurangi stigma buruk yang menempel pada masalah kesehatan mental, tapi juga memudahkan pendengar mereka untuk berani mulai membicarakan isu ini juga.
Menurut Dr.Sherry Benton, seorang psikolog dan penemu salah satu situs terapi online, musik memang mampu menawarkan beberapa bantuan untuk beberapa masalah dalam kesehatan mental, seperti depresi atau anxiety. Ketika seseorang mengalaminya, mereka akan merasakan pengalaman itu berulang-ulang kali karena otak mereka telah mengubahnya menjadi sebuah pattern di kepala. Tapi, ketika mereka melakukan sesuatu yang menyita konsentrasi dan fokus mereka, pattern itu bisa menghilang.
Dr. Benton menambahkan, aktivitas kreatif seperti menulis, bermain musik, seni, semuanya bagus untuk membuat kita terbiasa bekerja dalam flow. Nggak hanya kegiatan kesenian saja, tapi kegiatan yang membutuhkan gerak dan stamina tubuh seperti menari atau latihan atletik juga menimbulkan efek yang sama.
Ariana nggak menjadi satu-satunya selebritas luar negeri yang menyuarakan ini. Kalau kamu pernah menonton serial High School Musical, mungkin kamu sudah nggak asing dengan nama Ashley Tidale. Setelah berjuang melawan anxiety dan depresinya selama bertahun-tahun. Saat ini, penyanyi yang berusia 33 tahun ini sedang dalam proses penulisan album terbarunya.
Ashley mengatakan, “I feel like (writing an album) saved me from just dwelling in what I was feeling”.
“This is the first time I’m being super vulnerable. This is me sharing my journey through anxiety and deprresion,” tambahnya. Ashley baru saja merilis album yang berjudul “Symptoms” yang membawa pesan untuk menghancurkan stigma yang bereda tentang penyakit mental.
Sebuah riset yang dipublikasi oleh Frontiers in Psychology menemukan fakta bahwa terapi musik, entah itu ketika seseorang mendengarkan atau menciptakan musik, bisa mengurangi gejala dari depresi.
Cerita yang serupa juga dialami oleh seorang penyanyi Pop asal Swedia, Robyn. Setelah mengambil jeda selama 8 tahun pada karier bermusiknya, dalam jeda itu musik tetap mengambil peran untuk membantu proses kesembuhannya. “You just become way lighter and, in a way, stronger. I would say that’s the other way of saying strong, maybe it makes you free,” tutur Robyn.
Apabila saat ini kondisi kesehatan mentalmu terasa rentan, ada baiknya kamu mencari bantuan lewat konseling. Entah kamu akan melaluinya lewat medium apa, apakah itu musik atau bukan, yang terpenting adalah kamu mampu melalui perjuangan ini. Terapi musik mungkin bisa menjadi salah satu alat untuk self-caremu, Bela.
Diingat terus ya perkataan Ashley Tisdale ini, “I think that’s what makes you beautiful, that you’re not perfect”.
Penulis : Tyas Hanina