Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Intimasi “Enchanting Anggun” yang Memikat Meski Sempat Terlambat

Konser tunggal pertama Anggun Bersama Andi Rianto

Ayu Utami

Apakah memang perlu keterlambatan 1 jam 45 menit untuk mencapai konser yang sempurna seperti “Enchanting Anggun”? Karena, di balik misuh-misuh dan protes penonton millennial—yang notabene sudah berusia di atas 35 tahun—menunggu terlalu lama, Anggun mampu menunjukkan apa arti “enchanting” dalam konser tunggalnya bersama Andi Rianto, Magenta Orchestra, Isyana Sarasvati, Fabio Asher sampai Ian Antono dan Achmad Albar.

PROPERTY OF FLASHBACK motion @flashbackmotion; @extrajose

Ini kali pertama Anggun berkolaborasi dengan Andi Rianto secara menyeluruh di sebuah konser tunggal. Seperti yang penyanyi/ penulis lagu tersebut ceritakan pada Popbela pada wawancara eksklusif sebelum acara, ia dan Andi sudah berteman lama dan pernah beberapa kali bekerja sama dalam suatu proyek, namun baru kali ini bisa bergandengan dalam konser tunggal besar.

Kekecewaan penonton bisa luluh dengan kemunculan Ian Antono memetik gitar membawakan lagu "Padamu Negeri". Kemudian, suara merdu Anggun C. Sasmi yang muncul pada pukul 19:50, dalam balutan dress fuchsia dari Harry Halim dan topi beret couture karya Rinaldy Yunardi, menunjukkan bahwa Anggun di usia 50 tahun bukanlah halangan untuk tampil prima baik secara fisik maupun suara.

Lagu “Kembali” dan “Stronger” menjadi pembuka konser yang tepat sekali untuk membuat penonton melupakan sakit pinggang dan rasa haus akibat menanti acara dimulai. Celotehan jenaka dari Anggun seperti;

“Walaupun sudah berkali-kali saya konser tunggal, pasti banyak di antara Anda-anda semua yang baru pertama kali lihat saya konser. Bener nggak? Kalau yang baru pertama kali datang, ya Saya ucapkan selamat datang. Salam kenal. Selamat ya, seleranya bagus.”

Atau sekadar menceletuk seperti;

“Yuk, nyanyi lagi ya. Soalnya kalau nggak, gue ngobrol terus”

“Kan, tadi saya bilanng ya, kalau di atas panggung sudah tidak bisa pura-pura lagi. Tadi saya pura-pura ingat lagunya. Jadi bait pertama nggak dinyanyiin, maaf ya. Penyanyi juga manusia,” kelakarnya.

Instagram.com/@isyanasarasvati

Percakapan seperti ini, yang membuat konser megah tersebut malah terasa lebih intim. Megah dari sisi komando Andi Rianto terhadap Magenta Orchestra yang seperti membawa penonton dalam pelayaran nostalgia penuh ketenangan, menerpa badai hingga kembali terombang-ambing dalam syahdu suara Anggun.

Megah ketika terhanyut dengan flute dan dentingan piano yang lembut mengiringi Fabio menyanyikan "Kembalilah Kasih". Megah dari sisi hadirnya Isyana dengan ciri khas musik classic progressive yang juga terasa gothic dengan ketukan serba ganjil. Serta megah dalam tata lighting dan visual yang memukau.   

Bahkan, ketika penyanyi kelahiran 29 April 1974 tersebut berganti busana ke dress karya Didit Hediprasetyo tanpa alas kaki, semakin terasa kedekatan antara penggemar dan Anggun. “Aku memang suka tipe dress kayak daster di rumah gini. Tapi daster couture ya, couture!” candanya lagi.

PROPERTY OF FLASHBACK motion @flashbackmotion; @extrajose

Saya sudah tidak menghitung lagi berapa lagu yang dinyanyikan di atas panggung. Apalagi ketika Anggun muncul dengan sahabat lamanya, Achmad Albar (Godbless) membawakan “Panggung Sandiwara”.

Bukan memuaskan dahaga akan konser musik, melainkan mengingatkan kembali mengapa lagu-lagu Anggun bisa melampaui generasi dan tetap bisa relevan untuk membuat nostalgia masa yang bahagia.

IDN Channels

Latest from Inspiration