Trio pencipta lagu sekaligus produser rekaman Laleilmanino, baru-baru ini nampak begitu menginspirasi anak muda Indonesia. Lantaran, mereka telah sukses menanggalkan single "Dengar Alam Bernyanyi" sebagai theme song program Y20 2022.
Sebagai informasi, Y20 2022 merupakan wadah bagi generasi muda dari semua negara G20 untuk berdialog dan mengajukan solusi atas isu-isu mendesak yang sedang terjadi di dunia. Dalam keikutsertaan Laleilmanino kali ini, mereka melanjutkan aksi dalam mengajak generasi muda bergerak bersama untuk menjaga hutan demi mencegah dampak perubahan iklim yang semakin parah.
Penasaran? Gimana aksi Laleilmanino lewat Y20 2022 sampai bisa menghasilkan karya lagu dan berdonasi untuk sekolah di Indonesia? Simak dalam artikel berikut, yuk, Bela!
Kolaborasi bersama musisi Tanah Air
Kali ini Anindyo Baskoro (vokalis RAN), serta Arya Aditya Ramadhya dan Ilman Ibrahim (gitaris dan keyboardist Maliq & D’Essentials) melakukan penyaluran donasi kampanye #DengarAlamBernyanyi. Hasil penjualan merchandise, donasi dari publik dan royalti dari single yang digarap bersama Chicco Jerikho, Sheila Dara, dan HIVI! untuk memperingati Hari Bumi Sedunia (Earth Day) ini telah terkumpul sebesar Rp25 juta.
“Terima kasih untuk semua pihak yang mendukung berjalannya karya ini, dan juga untuk Hutan itu Indonesia (HII) yang sejak awal kami membuat lagu ini sudah sangat membantu sekali untuk memberi insights supaya lagu ini benar-benar bernyawa,” pungkas Nino dalam penyerahan donasi yang berlangsung secara virtual pada, Kamis (20/10/2022).
Pesan mendalam tercurah lewat lagu
Bagi Christian Natalie, Manager Program - Hutan Itu Indonesia, lagu ini selain catchy juga memiliki makna yang dalam. “Pesan tentang selimut polusi yang harus dihajar berhasil disampaikan dengan keren oleh Laleilmanino,” ujar Christian.
Polusi yang menyelimuti Bumi dengan polutan membuat planet yang menjadi tempat tinggal semakin panas. Rasa panas itu yang menyebabkan Bumi mengalami perubahan iklim, dan dampaknya akan semakin parah jika tidak segera diatasi.
Sejalan dengan pesan dalam lagu ini, HII pun merekomendasikan Laleilmanino untuk mendonasikan hasil kampanye ini kepada Sekolah Adat Arus Kualan yang memiliki empat sekolah informal gratis di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
“Saya berharap dukungan ini bisa bermanfaat bagi anak-anak dan orang-orang muda yang ingin mengembangkan adat, budaya serta menjaga hutan,” tutur F. Deliana Winki, selaku penggerak Sekolah Adat Arus Kualan Deliana.
Gerakan akar rumput di Arus Kualan
Martison Siritoitet, salah satu penggerak Sekolah Adat Arus Kualan hadir dalam acara ini mengisahkan bahwa sekolah alam tersebut merupakan bentuk ’perjuangan akar rumput’ dalam mengajarkan kearifan lokal bagi generasi muda. Beberapa program utamanya adalah pembelajaran tarian tradisional, hingga pengenalan tentang obat tradisional.
“Para murid belajar langsung ke hutan, mengenali serta melihat secara langsung bagaimana bentuk tanaman obat, lalu mereka foto dan dokumentasikan. Kemudian mereka belajar kegunaan setiap tanaman yang penting bagi masyarakat, khususnya di kawasan Arus Kualan,” ucap Martison.
Ia menambahkan bahwa murid di Sekolah Adat Arus Kualan juga belajar tentang cerita rakyat, kerajinan tangan, termasuk tentang suvenir-suvenir atau cenderamata.
“Semua kearifan-kearifan lokal diajarkan bukan dari orang-orang yang punya titel S1 atau S2, tetapi guru-guru yang merupakan orang lokal. Tetua-tetua adat kita yang punya pengetahuan tentang kearifan lokal, mereka kami jadikan sebagai tim pengajar di Sekolah Adat Arus Kualan ini,” katanya.
Cara jaga hutan murid Sekolah Adat Arus Kualan
Uniknya, Deliana menambahkan bahwa anak-anak di sekolah tersebut makin antusias menjaga alam usai menyimak lagu karya trio Laleilmanino dan kawan-kawan.
“Dengan lagu Dengar Alam Bernyanyi ini, anak-anak semakin semangat. Mereka menanam pohon-pohon dengan bernyanyi bersama saat mengadakan penanaman pohon bersama dengan tema ‘Bernyanyi di Hutan’. Anak-anak itu bersama-sama berjalan kaki langsung ke hutan,” pungkasnya.
Upaya lain yang ditempuh murid Sekolah Adat Arus Kualan, selalu menjaga dan menekankan apapun yang sudah diturunkan oleh nenek moyang. Salah satunya, dengan tidak membawa kantong berbahan plastik saat memasuki kawasan hutan.
“Ketika kami pergi ke hutan, kami harus membawa alat bernama tombing sebagai pengganti kantong plastik. Jadi kami tidak menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari plastik yang bisa mencemari lingkungan,” jelas Deliana.
Sekolah Adat Arus Kualan pun mengajarkan anak-anak untuk menggunakan sendok dari kayu, daun untuk alas makan, serta bahan-bahan lainnya yang mudah terurai.
“Selain itu kami selalu memanfaatkan hasil alam secukupnya. Tidak menggunakan semuanya. Bagi kami, hutan itu adalah rumah kami, sungai itu adalah darah kami, dan hutan itu adalah minimarket gratis kami. Jadi kalau kami tidak menjaganya, maka minimarket kami punah. Tetapi kalau kami menjaganya, jadi minimarket kami itu tersedia dengan gratis,” ujarnya.
Deliana juga mengungkapkan bahwa dukungan dana dari kampanye ini akan dimanfaatkan untuk membangun rumah di hutan. “Nanti kami akan membuat rumah kecil-kecilan untuk kegiatan menjaga alam sekitar. Kami juga akan membeli beberapa buku tentang alam. Anak-anak sekarang sedang meneliti tentang tanaman obat tradisional, kita akan bantu dengan donasi yang diberikan,” tutur Deliana.
Inspirasi yang berkelanjutan
Dalam penyerahan donasi, Program Director Coaction Indonesia, Verena Puspawardani mengungkapkan bahwa aksi Laleilmanino adalah hal yang luar biasa. Ia pun meyakini bila langkah ini dapat menjadi inspirasi, bagi masyarakat maupun organisasi lainnya.
“Semoga aksi yang sudah dimulai ini juga tidak berhenti di sini, tetapi tetap menginspirasi teman-teman dari komunitas lainnya. Lagu ini juga pasti akan kami pakai untuk setiap langkah kami, dan menjadi pengingat bahwa ini adalah story yang sudah diramu dengan indah oleh Laleilmanino,” singkat Verena.
Nino juga berharap masyarakat tak hanya sekadar menikmati lagu Dengar Alam Bernyanyi, tetapi betul-betul mengaplikasikannya dalam hidup masing-masing. Ia mengajak masyarakat untuk lebih peka lagi terhadap sinyal atau alarm yang diberikan oleh Bumi, serta mengingatkan bahwa tiap individu punya tanggung jawab untuk membuat alam lebih sehat lagi.
“Kami di sini mencoba membuktikan bahwa apapun profesimu, apapun yang kamu tekuni, kita bisa memberikan sumbangsih untuk kemajuan perlindungan alam,” simpulnya.
Nyanyi bareng, yuk!
Lirik Lagu "Dengar Alam Bernyanyi" - Laleilmanino
Bila kau ada waktu lihat aku disini
Hijau biru di bumi
Merintih ingin kau kembali
Beri cintamu lagi
Bila kau jaga aku ku jaga kau kembali
Berhentilah mengeluh ingat kau yang pegang kendali
Kau yang mampu obati
Sudikah kau kembali
Pandanglah indahnya biru yang menjingga
Simpanlah gawaimu hirup dunia
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada
Dengar alam bernyanyi
Bila kau lelah
Dengan panasnya hari
Jagalah kami
Agar sejukmu kembali
Bersatulah hajar selimut polusi
Ingatlah hai wahai kau manusia
Tuhan menitipkan aku
Hoo Di genggam tanganmu
Pandanglah indahnya biru yang menjingga
Simpanlah gawaimu hirup dunia
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada
Dengar alam bernyanyi
Dengarkanlah
Bisik mesra
Alam bernyanyi
Bawa canda dan riang tawa
Untuk dunia
Gunakan telinga hati
Cobalah dengar nyanyian kami
Bayangkanlah hidupmu
Bila tak ada kami
Pandanglah indahnya biru yang menjingga
Simpanlah gawaimu hirup dunia
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada
Dengar alam bernyanyi
Pandanglah indahnya biru yang menjingga
Simpanlah gawaimu hirup dunia
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada
Dengar alam bernyanyi
Biru yang menjingga
Dunia... Dengarlah alammu bernada
Dengar alam bernyanyi
Oo dunia
Dengar alam bernyanyi
Jangan kau tunggu nanti
Dengar alam bernyanyi
Dengarkanlah
Dengar alam bernyanyi
Dengar kami bernyanyi