Sudah menyaksikan film Joker yang mulai tayang minggu lalu, Bela? Kalau sudah, kamu pasti akan ingat adegan di mana Arthur Fleck menuruni tangga sambil menari dengan penuh percaya diri setelah sebelumnya ia membunuh mantan teman kerja di apartemennya.
Adegan ini semakin terlihat dramatis karena dilengkapi dengan latar musik dari lagu The Hey Song milik Gary Glitter. Menyusul kesuksesan film ini yang kabarnya sudah berhasil meraup $93,5 juta atau Rp1,3 triliun hanya dalam waktu satu minggu, The Hey Song juga turut sukses mendapatkan royalti karena digunakan di dalam film tersebut.
Namun, kesuksesan lagu The Hey Song dalam film Joker disayangkan oleh berbagai pihak. Sebab, lagu ini justru menyimpan kontroversi besar. Memangnya ada kisah apa di balik lagu ini?
Gary Glitter, Pedofil yang Kini Mendekam di Penjara
The Hey Song merupakan lagu lawas yang sangat hits di tahun 70-an. Lagu ini digubah oleh musisi bernama Gary Glitter. Gary Glitter, yang bernama asli Paul Gadd ini sedang menjalani hukuman 16 tahun penjara setelah sidang putusan di tahun 2015 lalu.
Glitter Dipenjara karena Melakukan Pelecehan Seksual Terhadap Tiga Perempuan Muda
Glitter menerima hukuman atas tuduhan melakukan pelecehan terhadap tiga remaja perempuan. Hukumannya semakin berat dan sama sekali tak ada yang bisa disangkal sebab ia terbukti telah melakukan percobaan pemerkosaan, melakukan hal tak senonoh, dan melakukan hubungan seksual terhadap tiga remaja perempuan yang berbeda di mana salah satunya berusia di bawah 13 tahun.
The Hey Song, Lagu ‘Wajib’ Ajang Olahraga
Sebelum dikenal sebagai salah satu soundtrack Joker, The Hey Song merupakan lagu ‘wajib’ yang sering diputar di beberapa ajang olahraga lokal, khususnya sepak bola. Lagu yang hanya berisikan instrumen dan tanpa lirik ini bisa menghadirkan suasana kemenangan dan memeriahkan stadion tanpa berlebihan.
Ironi di Balik Sukses Besarnya Sebuah Film
Meski bisa ‘menyempurnakan’ film Joker menjadi lebih apik, namun banyak orang nggak setuju jika lagu ini ikut sukses juga. Sebab, apa yang telah dilakukan Glitter terhadap remaja perempuan di masa lalu sama sekali nggak bisa dimaafkan dan ia pantas menerima hukuman di penjara. Ironisnya, di sisi lain, ia ikut sukses dan masih akan terus menerima keuntungan jika film ini terus meraup kesuksesan dalam beberapa minggu ke depan.