Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Review ‘Tarot’: Jumpscare Tak Banyak Diumbar, Tapi Kisahnya Segar

Jadi, masih berani diramal, Bela?

Niken Ari Prayitno

Melihat apa yang akan terjadi di masa depan tentu menjadi keinginan sebagian orang. Sebab, jika kita mengetahui apa yang akan terjadi, kita bisa mempersiapkan diri. Sehingga, efek buruknya dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan sama sekali. 

Karena hal inilah, tak sedikit dari kita yang sering menunggu ramalan zodiak mingguan hingga melakukan private reading tarot. Tujuannya hanya satu, yakni mempersiapkan diri menghadapi masa depan.

Namun, apa jadinya jika semua ramalan yang ditujukan kepada kita–baik itu ramalan positif, maupun yang negatif–malah terwujud dalam versi buruknya? Apa yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasinya?

Sinopsis: Berawal iseng, berakhir menakutkan

Dok. Sony Pictures

Kisah dari film ini dimulai saat sekelompok anak muda yang beranggotakan Haley (Harriet Slater), Grant (Adain Bradley), Paxton (Jacob Batalon), Paige (Avantika), Madeline (Humberly González), Lucas (Wolfgang Novogratz), dan Elise (Larsen Thompson) sedang menginap di sebuah rumah tua untuk merayakan ulang tahun Elise. Karena bosan dan kehabisan bir, mereka pun menggeledah rumah tua itu dengan harapan bisa mendapatkan bir atau minuman beralkohol lainnya.

Bukan minuman yang mereka dapatkan, Paxton menemukan satu pak kartu tarot tua yang disimpan di sebuah kotak kayu. Untuk membunuh rasa bosan itu, mereka pun meminta Haley untuk membacakan ramalan karena Haley memang bisa meramal dengan medium tarot.

Meski awalnya ragu, Haley akhirnya membacakan ramalan untuk masing-masing temannya. Dari ramalan Haley, masing-masing mendapatkan ‘kartu pamungkas’. Elise mendapatkan kartu The High Priestess, Lucas mendapat The Hermit, Madeline mendapat The Hanged Man, Paige mendapat The Magician, Paxton mendapat The Fool, Grant mendapat The Devil, dan Haley mendapatkan Death saat membacakan ramalan untuk dirinya sendiri.

Ramalan yang dibacakan oleh Haley ternyata bukan ramalan biasa. Masing-masing kartu yang mereka dapat adalah cara kematian merenggut mereka. Pertanyaannya, bisakah mereka lepas dari kutukan ramalan itu?

Jumpscare yang nggak berlebihan, tapi tetap bikin ngeri

Dok. Sony Pictures

Tarot memiliki kisah yang sederhana dan mudah diikuti. Diangkat dari novel berjudul Horrorscope (1992) karya Nicholas Adams, film ini tak banyak membuat kita berpikir. Penulis yang juga sebagai sutradara dalam film Tarot, Spenser Cohen dan Anna Halberg, mampu mengadaptasi kisah dalam novel menjadi naskah film dengan baik. Kisahnya rapi, membuat kita seolah ‘menunggu’ melihat giliran siapa yang akan terenggut hidupnya berdasarkan kartu yang dibacakan untuk mereka. 

Sebagai film horor, tak banyak jumpscare yang diumbar dalam film ini. Bukan berarti film ini tak menakutkan. Tapi, jumpscare-nya memiliki porsi yang pas dan tidak terlalu berlebihan untuk memainkan adrenalin penonton yang menyaksikan. Perpindahan kamera dari POV tokoh ke ‘calon’ bahaya yang akan menimpa sang tokoh pun membuat kita ikut gemas, sekaligus deg-degan. Dijamin, deh, meski kamu sudah siap dengan adegan seramnya, kamu pasti kaget dan ikut terlompat ngeri saat jumpscare-nya muncul.

Premis yang simpel, tapi eksekusinya mantul

Dok. Sony Pictures

Menilik kembali sinopsisnya, sebetulnya film ini punya premis yang sederhana. Namun, eksekusi dari dua sutradaralah yang membuat kisah ini sama sekali nggak bosan untuk diikuti. 

Siapa yang akan menyangka jika pada pertengahan film, sang tokoh utama sudah bisa menemukan solusinya? Tapi, kenyataannya, kisah ini nggak ketebak sama sekali. Justru saat penonton berpikir masalah sudah selesai, saat itulah teror yang paling ngeri baru dimulai.

Ilmu soal tarot dan horoskop

Dok. Sony Pictures

Bagi saya, film ini bukan hanya menampilkan kisah horor supranatural biasa. Lebih dari itu, penonton sedikit banyak akan mendapatkan informasi soal ramalan mengenai tarot dan horoskop, serta fakta mengenai kekuatan besar yang bisa didapatkan jika tarot dan horoskop digunakan secara bersamaan untuk meramal.

Selain itu pula, dari film ini, kita juga diperlihatkan jika pembaca tarot memiliki cara membacanya masing-masing. Misalnya, Haley yang memiliki teknik membuat lingkaran saat membaca tarot, serta Astrologer (Suncica Milanovic) yang memiliki teknik menyusun kartu menjadi piramida saat meramal.

Terlepas dari kisahnya yang sederhana tersebut, film lumayan seru untuk hiburan di saat weekend. Mungkin, bisa dibilang pula jika Tarot menjadi film yang nyaman alias comfort movie jika kamu bingung untuk menonton apa. Menurutmu sendiri bagaimana, Bela?

IDN Channels

Latest from Inspiration